Setiap hari manusia membutuhkan minum,
itulah fakta yang membuat banyak perusahaan memproduksi
air minum dalam
kemasan. Bentuknya beragam, mulai dari gelas, kaleng, botol sampai sachet untuk
diminum oleh konsumen. Disamping itu, ragam dan manfatnya pun bervariasi, ada minuman air mineral,
sirup, susu, (sekedar
pelepas dahaga), ada juga berbagai macam obat dan lain sebagainya. Itu baru sekedar minuman yang
dibahas, belum lagi issue tentang makanan dan benda – benda lain yang
menggunakan kemasan. Satu hal yang perlu dicatat, itu semua dibeli dan dikonsumsi
99 % oleh manusia dan sering kali kita lupa serta meninggalkan bekasnya yang
sering kita sebut “sampah.”
Saya awalnya tidak peduli akan fakta
tersebut, merasa
sudah ada yang mengelola dan mengatur sampah -termasuk limbah- dari lingkungan
sekitar kita. Tapi belakangan ini rasa
penasaran saya meningkat, wawasan dan kesadaran yang sempat tertidur kini
terjaga karena dampak yang mulai saya rasakan. Ini masalah kita, bukan masalah seseorang
atau sekelompok orang yang terlibat dalam menanggulangi sampah. Kita semua perlu ikut campur dan turun tangan langsung dalam
segala bidang terkait masalah yang satu ini.
Bagaimana tidak, kumpulan kemasan-kemasan –sampah– anorganik yang sulit didaur ulang oleh tanah ini, lama kelamaan
bertumpuk menjadi dan
menjadi masalah besar yang perlu dicari solusinya. Berbeda dengan tekstur sampah organik yang cepat
membusuk lalu menyuburkan tanah. Tidak hanya membantu manusia, sampah ini justru
tidak menghambat kegiatan kita karena mudah didaur ulang.
Nah! Apa yang saya rasakan adalah
mereka –sampah anorganik– seolah
memata-matai kehidupan manusia dibalik beragam aktifitas yang kita lakukan setiap hari. Bayangkan
saja, gelas plastik yang mewadahi/membungkus minuman satu kali minum dapat kita
beli dengan murah seharga 500 rupiah. Bagaimana jika semua orang minum air kemasan satu kali pakai dan membuang sampahnya (bersyukur ke tempat sampah) tanpa didaur? Pastinya ini akan terus menumpuk hingga kita harus menemukan alternatifnya. Ini baru gelas plastik belum lagi teman – temannya
yang lain.
Kemanakah akhir perjalanan sampah
- sampah tersebut? Sering kali kita melihat sekelompok orang yang memulung
sampah dan membawanya (dengan karung atau benda lain) ketempat – tempat tertentu
untuk dijual dan didaur ulang oleh pengumpul barang bekas. Namun kebanyakan dari mereka hanya mau mengambil sampah jenis botol, gelas dan kaleng yang kemudian dibersihkan
kembali dalam wujud
aslinya (bentuk orisinilnya). Sedangkan sampah lain yang kondisinya
terlihat tidak baik (sangat kotor, jijik atau sudah tercampur bahannya) mereka
tinggalkan karena alasan tertentu sehingga meninggalkan sampah lain yang tersisa. Ini merupakan salah satu usaha yang dilakukan orang – orang untuk menanggulangi
sampah.
Disisi lain, tak jarang kita
seringkali menemui mobil truk yang mengangkut sampah, beberapa orang diantara
pengelolanya memakai atribut pemerintahan yang menghimpun sampah dari tempat
tertentu seperti perumahan, tempat wisata, bak sampah, perkantoran dan tempat –
tempat umum untuk mereka bawa kesuatu tempat. Dimanakah itu? Yap, kita dapat menggunakan
search engine diinternet untuk
mencari lokasi tersebut. Misalnya saja kita tuliskan “TPS Bantar Gebang.” Maka akan muncul
web atau artikel terkait sampah – sampah yang kita buang setiap hari. Jika masih
penasaran, bisa juga dilihat pada tab image.
Sungguh itu adalah potret alam yang nyata disekitar kita.
Apa yang anda pikirkan? Bingung,
kaget, kecewa dan gelisah luar biasa setelah memandangnya dari balik monitor
dirumah. Pemandangan tak wajar ada dihadapan kita, alangkah bijakya jika kita
merasa tergerak untuk berpartisipasi aktif setelah melihat "gunung sampah" disana.
Pengelolaannya yang kurang tepat serta teknologi yang masih minim belum digunakan
secara efektif di Tempat Pembuangan
Sampah (TPS). Andai
saja seluruh lokasi TPS dinegeri ini menggunakan konsep seperti film "wall-e", dimana semua tumpukan
sampah dirubah menjadi tumpukan balok-balok yang dikelola oleh robot, kemudian dihanguskan dengan mesin
penghancur yang modern, mungkin itu akan lebih efektif untuk mengurangi sampah
yang ada. Hehehee, maklum saya senang film 3D seperti itu, jadi terinspirasi demikian.
Banyak juga masyrakat kita yang kemudian akhirnya "membakar" sampah – sampah rumah tangga mereka
dipekarangan/halaman rumah demi menjaga kebersihan
lingkungan tertentu agar terlihat menarik. Meskipun mereka telah mencemari
udara disekitarnya dengan asap yang kotor dan mengganggu orang lain, mereka tetap mempunyai solusi nyata sebagai
penanggulangan sampah. Tidak sedikit juga orang yang membuat pupuk
tanaman dari hasil pembakaran sampah tersebut, Allahualam panennya akan baik
atau tidak, tapi ini nyata terjadi disekitar kita. Hal ini tentu lebih baik jika dibandingkan dengan
orang – orang tertentu yang tidak bertanggung jawab seperti membuang sampah ke
sungai atau jalan raya. Ingin sekali saya tegur dan buat aturannya dengan
sanksi yang membuat jera pelaku pembuang sampah disungai.
Seiring perkembangan
zaman, banyak ilmu – ilmu yang membahas penanggulangan sampah serta turunannya
hingga ditetapkan dalam pendidikan sebagai mata pelajaran PLH (Pendidikan
Lingkungan Hidup). Awalnya hanya tingkat sekolah atas yang mempelajarinya,
namun sekarang sudah masuk sistem sekolah dasar sebagai bekal dan persiapan
dini menghadapi dampak lingkungan dalam kehidupan sehari – hari.
Agenda pergerakan go green (penghijauan) mulai
diaplikasikan disetiap lapisan masyarakat demi meminimalisir ancaman yang akan
ditimbulkan kelak. Kini mulai banyak kepedulian yang dilakukan dengan antusias,
misalnya saja plastik belanja yang mudah didaur ulang dengan ciri bertuliskan “plastik
ini akan hancur dengan sendirinya.” Awalnya saya sempat tidak mempercayai
pernyataan tersebut, karena pernyataan tersebut benar, perlahan saya mulai
terbiasa. Semua pihak turut mendukung kegiatan seputar lingkungan, baik itu reboisasi,
penghijauan, penyambutan hari bumi (setiap tanggal 22 april), seminar, bahkan
termasuk tema bahari yang disampaikan, demi menjaga keselamatan bumi kita
tercinta ini.
Kegiatan yang paling banyak
diminati saat ini adalah workshop
atau kelas khusus yang berkaitan dengan penanggulangan sampah yakni mengubah
sampah menjadi barang layak jual. Muncul kelompok – kelompok tertentu yang
peduli dengan lingkungan dengan mendaur sampah dan barang bekas menjadi sesuatu
yang ekonomis dan dapat digunakan sehari – hari. Misalnya saja tas dari
pelastik revill, tempat pensil dari anyaman plastik, vas bunga dari botol bekas
dan lain – lain. Disamping dapat mengurangi sampah, beberapa diantaranya
menggunakan kesempatan ini menjadi program wirausaha dan bisnis sebagai sumber
penghasilan.
Kita semua mengetahui bahwa kesadaran
itu akan timbul dari diri sendiri. Untuk menciptakan rasa peduli itu kita perlu
berlatih dan terus berlatih agar kita dapat menolong bumi kita menjadi lebih
baik. Minimal memungut sampah yang berserakan setiap hari kedalam tempat sampah,
karena sesungguhnya manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat untuk
orang lain. Sampah siapa ini? Ini milik kita dan tanggung jawab kita semua. :D
Bogor, 10 November 2013
Muhammad Dhinar Zulfiqar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar