Minggu, 10 November 2013

SAMPAH SIAPA INI?!



Setiap hari manusia membutuhkan minum, itulah fakta yang membuat banyak perusahaan memproduksi air minum dalam kemasan. Bentuknya beragam, mulai dari gelas, kaleng, botol sampai sachet untuk diminum oleh konsumen. Disamping itu, ragam dan manfatnya pun bervariasi, ada minuman air mineral, sirup, susu, (sekedar pelepas dahaga), ada juga berbagai macam obat dan lain sebagainya. Itu baru sekedar minuman yang dibahas, belum lagi issue tentang makanan dan benda – benda lain yang menggunakan kemasan. Satu hal yang perlu dicatat, itu semua dibeli dan dikonsumsi 99 % oleh manusia dan sering kali kita lupa serta meninggalkan bekasnya yang sering kita sebut “sampah.”

Saya awalnya tidak peduli akan fakta tersebut, merasa sudah ada yang mengelola dan mengatur sampah -termasuk limbah- dari lingkungan sekitar kita. Tapi belakangan ini rasa penasaran saya meningkat, wawasan dan kesadaran yang sempat tertidur kini terjaga karena dampak yang mulai saya rasakan. Ini masalah kita, bukan masalah seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam menanggulangi sampah. Kita semua perlu ikut campur dan turun tangan langsung dalam segala bidang terkait masalah yang satu ini.

Bagaimana tidak, kumpulan kemasan-kemasan –sampah– anorganik yang sulit didaur ulang oleh tanah ini, lama kelamaan bertumpuk menjadi dan menjadi masalah besar yang perlu dicari solusinya. Berbeda dengan tekstur sampah organik yang cepat membusuk lalu menyuburkan tanah. Tidak hanya membantu manusia, sampah ini justru tidak menghambat kegiatan kita karena mudah didaur ulang.

Nah! Apa yang saya rasakan adalah mereka –sampah anorganik– seolah memata-matai kehidupan manusia dibalik beragam aktifitas yang kita lakukan setiap hari. Bayangkan saja, gelas plastik yang mewadahi/membungkus minuman satu kali minum dapat kita beli dengan murah seharga 500 rupiah. Bagaimana jika semua orang minum air kemasan satu kali pakai dan membuang sampahnya (bersyukur ke tempat sampah) tanpa didaur? Pastinya ini akan terus menumpuk hingga kita harus menemukan alternatifnya. Ini baru gelas plastik belum lagi teman – temannya yang lain.

Kemanakah akhir perjalanan sampah - sampah tersebut? Sering kali kita melihat sekelompok orang yang memulung sampah dan membawanya (dengan karung atau benda lain) ketempat – tempat tertentu untuk dijual dan didaur ulang oleh pengumpul barang bekas. Namun kebanyakan dari mereka hanya mau mengambil sampah jenis botol, gelas dan kaleng yang kemudian dibersihkan kembali dalam wujud aslinya (bentuk orisinilnya). Sedangkan sampah lain yang kondisinya terlihat tidak baik (sangat kotor, jijik atau sudah tercampur bahannya) mereka tinggalkan karena alasan tertentu sehingga meninggalkan sampah lain yang tersisa. Ini merupakan salah satu usaha yang dilakukan orang – orang untuk menanggulangi sampah.

Disisi lain, tak jarang kita seringkali menemui mobil truk yang mengangkut sampah, beberapa orang diantara pengelolanya memakai atribut pemerintahan yang menghimpun sampah dari tempat tertentu seperti perumahan, tempat wisata, bak sampah, perkantoran dan tempat – tempat umum untuk mereka bawa kesuatu tempat. Dimanakah itu? Yap, kita dapat menggunakan search engine diinternet untuk mencari lokasi tersebut. Misalnya saja kita tuliskan TPS Bantar Gebang.” Maka akan muncul web atau artikel terkait sampah – sampah yang kita buang setiap hari. Jika masih penasaran, bisa juga dilihat pada tab image. Sungguh itu adalah potret alam yang nyata disekitar kita.

Apa yang anda pikirkan? Bingung, kaget, kecewa dan gelisah luar biasa setelah memandangnya dari balik monitor dirumah. Pemandangan tak wajar ada dihadapan kita, alangkah bijakya jika kita merasa tergerak untuk berpartisipasi aktif setelah melihat "gunung sampah" disana.

Pengelolaannya yang kurang tepat serta teknologi yang masih minim belum digunakan secara efektif di Tempat Pembuangan Sampah (TPS).  Andai saja seluruh lokasi TPS dinegeri ini menggunakan konsep seperti film "wall-e", dimana semua tumpukan sampah dirubah menjadi tumpukan balok-balok yang dikelola oleh robot, kemudian dihanguskan dengan mesin penghancur yang modern, mungkin itu akan lebih efektif untuk mengurangi sampah yang ada. Hehehee, maklum saya senang film 3D seperti itu, jadi terinspirasi demikian.

Banyak juga masyrakat kita yang kemudian akhirnya "membakar" sampah sampah rumah tangga mereka dipekarangan/halaman rumah demi menjaga kebersihan lingkungan tertentu agar terlihat menarik. Meskipun mereka telah mencemari udara disekitarnya dengan asap yang kotor dan mengganggu orang lain, mereka tetap mempunyai solusi nyata sebagai penanggulangan sampah. Tidak sedikit juga orang yang membuat pupuk tanaman dari hasil pembakaran sampah tersebut, Allahualam panennya akan baik atau tidak, tapi ini nyata terjadi disekitar kita. Hal ini tentu lebih baik jika dibandingkan dengan orang – orang tertentu yang tidak bertanggung jawab seperti membuang sampah ke sungai atau jalan raya. Ingin sekali saya tegur dan buat aturannya dengan sanksi yang membuat jera pelaku pembuang sampah disungai.

            Seiring perkembangan zaman, banyak ilmu – ilmu yang membahas penanggulangan sampah serta turunannya hingga ditetapkan dalam pendidikan sebagai mata pelajaran PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup). Awalnya hanya tingkat sekolah atas yang mempelajarinya, namun sekarang sudah masuk sistem sekolah dasar sebagai bekal dan persiapan dini menghadapi dampak lingkungan dalam kehidupan sehari – hari.

Agenda pergerakan go green (penghijauan) mulai diaplikasikan disetiap lapisan masyarakat demi meminimalisir ancaman yang akan ditimbulkan kelak. Kini mulai banyak kepedulian yang dilakukan dengan antusias, misalnya saja plastik belanja yang mudah didaur ulang dengan ciri bertuliskan “plastik ini akan hancur dengan sendirinya.” Awalnya saya sempat tidak mempercayai pernyataan tersebut, karena pernyataan tersebut benar, perlahan saya mulai terbiasa. Semua pihak turut mendukung kegiatan seputar lingkungan, baik itu reboisasi, penghijauan, penyambutan hari bumi (setiap tanggal 22 april), seminar, bahkan termasuk tema bahari yang disampaikan, demi menjaga keselamatan bumi kita tercinta ini.

Kegiatan yang paling banyak diminati saat ini adalah workshop atau kelas khusus yang berkaitan dengan penanggulangan sampah yakni mengubah sampah menjadi barang layak jual. Muncul kelompok – kelompok tertentu yang peduli dengan lingkungan dengan mendaur sampah dan barang bekas menjadi sesuatu yang ekonomis dan dapat digunakan sehari – hari. Misalnya saja tas dari pelastik revill, tempat pensil dari anyaman plastik, vas bunga dari botol bekas dan lain – lain. Disamping dapat mengurangi sampah, beberapa diantaranya menggunakan kesempatan ini menjadi program wirausaha dan bisnis sebagai sumber penghasilan.

Kita semua mengetahui bahwa kesadaran itu akan timbul dari diri sendiri. Untuk menciptakan rasa peduli itu kita perlu berlatih dan terus berlatih agar kita dapat menolong bumi kita menjadi lebih baik. Minimal memungut sampah yang berserakan setiap hari kedalam tempat sampah, karena sesungguhnya manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Sampah siapa ini? Ini milik kita dan tanggung jawab kita semua. :D

             Bogor, 10 November 2013



Muhammad Dhinar Zulfiqar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar