Kamis, 29 November 2018

No-Reason - Ketika Temanmu 'Dingin'


No Reason – Ketika Temanmu ‘Dingin’

Pernahkah kamu menghadapi situasi ketika temanmu tiba-tiba berubah dan menjadikan kita ‘orang lain’ dihadapannya? Tidak hanya itu, kondisi diperparah dengan berkurangnya komunikasi (yang sebelumnya baik-baik saja) dan sikap ‘cuek’ yang berlebihan. Pernah?

Sebagai manusia, adakalanya kita khilaf atas segala perkataan atau perbuatan kita terhadap orang lain. Kadang kesalahan itu dilakukan secara tidak sengaja yang mungkin menyakiti hati orang-orang disekeliling kita. Kita bukan malaikat yang selalu berbuat baik dan benar dalam segala aktifitas, ‘kecacatan’ selalu saja hadir dalam setiap aspek kehidupan kita.

Apa sebab teman kita menjadi dingin?

Pada setiap perilaku kita, adakalanya mungkin kita menyinggung perasaan orang lain. Setiap manusia diciptakan unik dan berbeda, sehingga respon yang terjadi juga berbeda. Mungkin ada yang bersikap wajar (memaklumi), ada juga yang menjadikannya masalah, sehingga sensitif sekali cara kita membersamai orang-orang disekitar kita. Urusan hati manusia itu, seperti langit yang luas, kadang cerah dan penuh lapang dada, akan tetapi mirip juga seperti palung laut yang dalam dan penuh misteri.

Menjadi cuek, seperti abai dan tidak peduli, disebabkan karena;

1.      Banyak masalah

Hal ini muncul dari berbagai sumber, entah itu faktor keluarga, lingkungan, aktifitas dan lainnya. Jangka waktunya bisa saja sebentar, bilamana masalah itu cepat terselesaikan, atau bisa juga menjadi jangka waktu yang lama jika memang tidak diselesaikan. Poin ini bisa menjadi hal yang umum yang mungkin kita sendiri pernah terjangkit sehingga membutuhkan me-time (waktu khusus) untuk sendiri.

2.      Bermasalah dengan personal

Nah, hal ini yang cukup berbahaya dan membuat resah bagi ‘korban’ yang dicuekin. Banyak faktor yang menyebabkan kita tidak disukai oleh orang lain. Mungkin karena kehadiran kita tidak berkesan baginya, atau mungkin karena kita pernah berbuat kesalahan atau memang sudah ada ikatan yang membuat pertemanan itu renggang (sudah tidak satu gelombang).

Bagaimana langkah awal/tindakan kita?

Bagi sebagian orang yang memang bermental baja, hal seperti ini merupakan masalah sepele yang bisa diantisipasi dengan sikap ‘B Ajah!’ (biasa saja). Namun bagi orang-orang berperasaan, apalagi yang menjadi dingin adalah rekan terdekat, menjadi sesuatu yang membuat ‘baper’. Membuat kita berpikir alangkah baiknya jika tidak mengenal sebelumnya.

Perlu kita ingat, manusia sewaktu-waktu bisa saja berubah, entah siapapun itu tidak hanya keluarga, teman, sahabat, rekan kerja, masyarakat bahkan diri kita sendiri. Jangankan menunggu 1 hari, dalam waktu 5 detik kedepan saja manusia bisa berubah menjadi sosok lain yang penuh tanda tanya. Seorang pecundang, jika diniatkan untuk berubah, maka berubahlah dia menjadi pemimpin yang berani.

Setidaknya dengan perubahan itu, pada intinya kita harus tetap berbuat baik kepada siapapun dan kapanpun. Ibarat perilakunya menjadi keras layaknya kayu, maka alangkah baiknya jika kita menjadi sebuah kapas yang lembut, tetap menyapa dan bersikap biasa, meski tidak dirasa ada perubahan yang signifikan, setidaknya kita tidak menjadi kayu juga yang nantinya bisa berbentur keras, hingga salah satu atau keduanya patah (konflik).

Ingat akan satu hal kata bijak “mari ingat kebaikan orang dan lupakan keburukan orang lalu ingat kekurangan kita dan lupakan kebaikan kita”. Tetap jalin komunikasi yang baik, tanyakan sebab-sebab berkurangnya empati terhadap kita. Meski ragu dan canggung setidaknya kita tahu letak kesalahan kita.

Bagaimana jika sikapnya sudah sangat keterlaluan? Contoh: jika bertemu kita wajahnya muram (menampakan ketidaksukaan), atau menghindari segala bentuk komunikasi dengan kita, atau tidak memberikan alasan (no-respon) terhadap tindakan kita. Parahnya lagi, berbanding terbalik terhadap orang lain pada tempat/situasi yang sama.

Respon kita sebagai manusia, singkatnya ada 2 jenis manusia:

1.      Manusia berhati malaikat

Ada orang yang tetap berbuat baik demi kedamaian dan mempertahankan keseimbangan sekalipun dia sedang dalam tekanan dan masalah yang banyak. Meskipun sedang dikucilkan dan dibenci oleh orang banyak, manusia berhati malaikat tetap berbuat baik. Hanya saja jarang sekali kita menemukan orang-orang ini. Bisa saja kita menjadi manusia berhati malaikat, dengan kesungguhan dan konsistensi yang tinggi karena memang butuh effort yang besar.

2.      Manusia biasa

Manusia ini yang banyak diberedar disetiap tempat. Wajar jika kiranya kita dipukul lalu kita marah atau pundung, manusiawi memang. Ingin membalas segala bentuk kejahatan dengan kejahatan serupa atau memakinya dengan kalimat kasar. Tapi, bukankah ini kurang bermanfaat. Bisa saja langkah seperti ini yang diambil, namun tetap kembali pada resiko yang diterimanya kelak. Khususnya dalam menjaga silaturahim, mengalah menjadi lebih baik dari pada berbuat kasar/membalas.

Setiap perkumpulan manusia, minimal pertemanan 2 insan, biasanya dipelopori oleh berbagai macam faktor, baik itu kesamaan tempat tinggal, kesamaan hobi, kondisi dan lainnya. Setiap pertemanan yang terjadi biasanya memiliki tujuan masing-masing. Baik itu sebagai tempat curhat, teman ngobrol, menjalankan visi-misi bersama dan lainnya.

Teman yang tergabung karena sebuah komunitas, biasanya terikat dengan tujuan-tujuan tertentu, berbeda dengan teman main, sifatnya general. Kembali bagaimana kita menyikapi dan bijak dalam pergaulan. Seiring dengan tumbuh-kembangnya, manusia semakin cerdas dalam membedakan baik dan buruk. Sebaik-baiknya kita adalah yang bermanfaat bagi orang lain, termasuk dalam ranah pertemanan.

Setiap orang yang menjauhkan diri dari diri kita, mungkin ada alasan tersendiri yang tidak kita ketahui. Hal ini tentu perlu dibicarakan baik-baik hingga menemukan akar permasalahannya, karena sesungguhnya menjaga ikatan itu lebih baik daripada memutuskannya. Dalam sebuah kelompok, jika seseorang mulai memutuskan untuk pergi menjauh/menghindar, setidaknya perlu dilakukan ‘rekonsiliasi’, diskusi yang akhirnya menemukan solusi. Meskipun pada akhirnya jika memang harus berpisah, sudah tidak ada lagi tanda tanya diantara mereka.

***

Intinya masih banyak orang yang sayang kepada kita daripada orang yang membenci kita. Ya, mungkin Allah menciptakan dia untuk menjadi bahan ujian untuk kita agar dapat memperbaiki diri, agar tidak melakukan kesalahan yang sama pada pergaulan yang lain.

Mungkin, episode kita bersamanya telah usai, hingga kita memulai untuk membuat episode baru dengan orang lain jika pada akhirnya harus berpisah. Banyak hikmah dalam kehidupan ini. Jangan pernah menyesali hidup, bertemunya kita dengan orang lain, sedikitnya memberikan kita banyak pelajaran berharga dibandingkan jika tidak punya teman.

Hanya secuil kata-kata dari penulis, mohon maaf untuk semua yang sudah saya sakiti, semata-mata pertemuan kita adalah takdir yang telah digariskan tuhan. Masih banyak waktu untuk kita merubah diri dan menambah jaringan lain yang lebih produktif ketimbang harus memikirkan seseorang yang sudah ‘melupakan’ kita. Jalin terus hubungan baik, intinya adalah bicarakan semuanya.

Semoga bermanfaat, selamat beraktifitas.

November 2018