No Reason – Ketika Temanmu
‘Dingin’
Pernahkah kamu menghadapi situasi ketika
temanmu tiba-tiba berubah dan menjadikan kita ‘orang lain’ dihadapannya? Tidak
hanya itu, kondisi diperparah dengan berkurangnya komunikasi (yang sebelumnya
baik-baik saja) dan sikap ‘cuek’ yang berlebihan. Pernah?
Sebagai manusia, adakalanya kita
khilaf atas segala perkataan atau perbuatan kita terhadap orang lain. Kadang
kesalahan itu dilakukan secara tidak sengaja yang mungkin menyakiti hati
orang-orang disekeliling kita. Kita bukan malaikat yang selalu berbuat baik dan
benar dalam segala aktifitas, ‘kecacatan’ selalu saja hadir dalam setiap aspek
kehidupan kita.
Apa sebab teman kita menjadi dingin?
Pada setiap perilaku kita, adakalanya
mungkin kita menyinggung perasaan orang lain. Setiap manusia diciptakan unik
dan berbeda, sehingga respon yang terjadi juga berbeda. Mungkin ada yang
bersikap wajar (memaklumi), ada juga yang menjadikannya masalah, sehingga sensitif
sekali cara kita membersamai orang-orang disekitar kita. Urusan hati manusia
itu, seperti langit yang luas, kadang cerah dan penuh lapang dada, akan tetapi
mirip juga seperti palung laut yang dalam dan penuh misteri.
Menjadi cuek, seperti abai dan tidak
peduli, disebabkan karena;
1. Banyak masalah
Hal ini muncul dari berbagai sumber,
entah itu faktor keluarga, lingkungan, aktifitas dan lainnya. Jangka waktunya
bisa saja sebentar, bilamana masalah itu cepat terselesaikan, atau bisa juga
menjadi jangka waktu yang lama jika memang tidak diselesaikan. Poin ini bisa
menjadi hal yang umum yang mungkin kita sendiri pernah terjangkit sehingga
membutuhkan me-time (waktu khusus)
untuk sendiri.
2. Bermasalah dengan personal
Nah, hal ini yang cukup berbahaya dan
membuat resah bagi ‘korban’ yang dicuekin.
Banyak faktor yang menyebabkan kita tidak disukai oleh orang lain. Mungkin karena
kehadiran kita tidak berkesan baginya, atau mungkin karena kita pernah berbuat
kesalahan atau memang sudah ada ikatan yang membuat pertemanan itu renggang
(sudah tidak satu gelombang).
Bagaimana langkah awal/tindakan kita?
Bagi sebagian orang yang memang
bermental baja, hal seperti ini merupakan masalah sepele yang bisa diantisipasi
dengan sikap ‘B Ajah!’ (biasa saja). Namun bagi orang-orang berperasaan,
apalagi yang menjadi dingin adalah rekan terdekat, menjadi sesuatu yang membuat
‘baper’. Membuat kita berpikir alangkah baiknya jika tidak mengenal sebelumnya.
Perlu kita ingat, manusia sewaktu-waktu
bisa saja berubah, entah siapapun itu tidak hanya keluarga, teman, sahabat,
rekan kerja, masyarakat bahkan diri kita sendiri. Jangankan menunggu 1 hari,
dalam waktu 5 detik kedepan saja manusia bisa berubah menjadi sosok lain yang
penuh tanda tanya. Seorang pecundang, jika diniatkan untuk berubah, maka
berubahlah dia menjadi pemimpin yang berani.
Setidaknya dengan perubahan itu, pada
intinya kita harus tetap berbuat baik
kepada siapapun dan kapanpun. Ibarat perilakunya menjadi keras layaknya
kayu, maka alangkah baiknya jika kita menjadi sebuah kapas yang lembut, tetap
menyapa dan bersikap biasa, meski tidak dirasa ada perubahan yang signifikan,
setidaknya kita tidak menjadi kayu juga yang nantinya bisa berbentur keras,
hingga salah satu atau keduanya patah (konflik).
Ingat akan satu hal kata bijak “mari ingat kebaikan orang dan lupakan
keburukan orang lalu ingat kekurangan kita dan lupakan kebaikan kita”. Tetap
jalin komunikasi yang baik, tanyakan sebab-sebab berkurangnya empati terhadap
kita. Meski ragu dan canggung setidaknya kita tahu letak kesalahan kita.
Bagaimana jika sikapnya sudah sangat keterlaluan? Contoh: jika bertemu kita wajahnya
muram (menampakan ketidaksukaan), atau menghindari segala bentuk komunikasi
dengan kita, atau tidak memberikan alasan (no-respon)
terhadap tindakan kita. Parahnya lagi, berbanding terbalik terhadap orang lain
pada tempat/situasi yang sama.
Respon kita sebagai manusia,
singkatnya ada 2 jenis manusia:
1. Manusia berhati malaikat
Ada orang yang tetap berbuat baik
demi kedamaian dan mempertahankan keseimbangan sekalipun dia sedang dalam
tekanan dan masalah yang banyak. Meskipun sedang dikucilkan dan dibenci oleh
orang banyak, manusia berhati malaikat tetap berbuat baik. Hanya saja jarang
sekali kita menemukan orang-orang ini. Bisa saja kita menjadi manusia berhati
malaikat, dengan kesungguhan dan konsistensi yang tinggi karena memang butuh effort yang besar.
2. Manusia biasa
Manusia ini yang banyak diberedar
disetiap tempat. Wajar jika kiranya kita dipukul lalu kita marah atau pundung,
manusiawi memang. Ingin membalas segala bentuk kejahatan dengan kejahatan
serupa atau memakinya dengan kalimat kasar. Tapi, bukankah ini kurang
bermanfaat. Bisa saja langkah seperti ini yang diambil, namun tetap kembali
pada resiko yang diterimanya kelak. Khususnya dalam menjaga silaturahim,
mengalah menjadi lebih baik dari pada berbuat kasar/membalas.
Setiap perkumpulan manusia, minimal
pertemanan 2 insan, biasanya dipelopori oleh berbagai macam faktor, baik itu
kesamaan tempat tinggal, kesamaan hobi, kondisi dan lainnya. Setiap pertemanan yang
terjadi biasanya memiliki tujuan masing-masing. Baik itu sebagai tempat curhat,
teman ngobrol, menjalankan visi-misi
bersama dan lainnya.
Teman yang tergabung karena sebuah
komunitas, biasanya terikat dengan tujuan-tujuan tertentu, berbeda dengan teman
main, sifatnya general. Kembali bagaimana
kita menyikapi dan bijak dalam pergaulan. Seiring dengan tumbuh-kembangnya,
manusia semakin cerdas dalam membedakan baik dan buruk. Sebaik-baiknya kita
adalah yang bermanfaat bagi orang lain, termasuk dalam ranah pertemanan.
Setiap orang yang menjauhkan diri
dari diri kita, mungkin ada alasan tersendiri yang tidak kita ketahui. Hal ini
tentu perlu dibicarakan baik-baik hingga menemukan akar permasalahannya, karena
sesungguhnya menjaga ikatan itu lebih baik daripada memutuskannya. Dalam sebuah
kelompok, jika seseorang mulai memutuskan untuk pergi menjauh/menghindar,
setidaknya perlu dilakukan ‘rekonsiliasi’,
diskusi yang akhirnya menemukan solusi. Meskipun pada akhirnya jika memang
harus berpisah, sudah tidak ada lagi tanda tanya diantara mereka.
***
Intinya masih banyak orang yang sayang
kepada kita daripada orang yang membenci kita. Ya, mungkin Allah menciptakan
dia untuk menjadi bahan ujian untuk kita agar dapat memperbaiki diri, agar
tidak melakukan kesalahan yang sama pada pergaulan yang lain.
Mungkin, episode kita bersamanya
telah usai, hingga kita memulai untuk membuat episode baru dengan orang lain
jika pada akhirnya harus berpisah. Banyak hikmah dalam kehidupan ini. Jangan pernah
menyesali hidup, bertemunya kita dengan orang lain, sedikitnya memberikan kita
banyak pelajaran berharga dibandingkan jika tidak punya teman.
Hanya secuil kata-kata dari penulis, mohon maaf untuk semua yang sudah
saya sakiti, semata-mata pertemuan kita adalah takdir yang telah digariskan
tuhan. Masih banyak waktu untuk kita merubah diri dan menambah jaringan lain
yang lebih produktif ketimbang harus memikirkan seseorang yang sudah ‘melupakan’
kita. Jalin terus hubungan baik, intinya adalah bicarakan semuanya.
Semoga bermanfaat, selamat
beraktifitas.
November 2018