Rabu, 18 Januari 2017

Seminar Okupaso IOIT Bekasi ABK

Terapi Okupasi-Bekasi
Minggu, 15 Januari 2017
Gedung Balai Irigasi-Bekasi
Ikatan Okupasi Terapis Indonesia (IOTI)

Sambutan-sambutan:
Seksualitas ABK yang berkembang/ tumbuh adalah suatu tanda bahwa perkembangan anak berjalan dengan baik. Semoga masalah-masalah pubertas ABK bisa di selesaikan dengan cara yang baik.

Okupasi termasuk aset dalam pelayanan masyarakat, salah satunya penyandang disabilitas demi tercapainya masyarakat yang sehat, untuk itu dibutuhkan kerjasama antar lembaga/instansi agar pelayanan kesehatan dapat terlaksana dengan lancar.

Harapannya ABK kita, nantinya bisa menjadi individu yang mandiri, berkualitas dan mampu bersosialisasi dengan masyarakat dengan kemampuannya.

Sesi ke-1
Ibu Diah Puspita
Jika seorang guru, terapis, orang tua, sahabat ABK merasa kita "normal" dan men-judge ABK tidak normal, selesai sudah harapan kita.

Pubertas pada ABK: kilas balik,
-Bagaimana menangani?
-Bagaimana menyiapkan dan menghadapi?

Pubertas & Remaja pada ABK
*Pubertas: perubahan fisik untuk bisa reproduksi, setiap orang berbeda usianya
*Remaja: masa peralihan dari anak ke dewasa
Klasifikasinya mudah: SMP, SMA, baligh

WHAT: apa yang harus dilakukan?
1. Menyiapkan keluarga dan lingkungan
*Tahu apa yang sebenarnya terjadi pada fisik, psikis, emosi anak yang bersangkutan
*Tahu bahwa semua perasaan bersumber pada tidak tahu
*Tahu bahwa ketidakpastian adalah paket yang tidak terpisahkan pada calon ABK (selalu siaga)
*Membuat persiapan menghadapi masa pubertas ABK
"Kalau orang tua tidak siap, maka akan galau selamanya"

2. Menyiapkan ABK/calon RBK
*Keluarga dan lingkungan yang paham, bisa tepat dan cepat menangani ABK

Menyiapkan ABK maksudnya membuat orang tua paham bahwa ABK akan melalui proses berpikir yang berbeda, bahkan terperinci hingga statement "ABK tidak mungkin di tinggal sendirian"

"Bicara tentang respect pada ABK itu sulit, harus dengan maksud dan cara yang jelas"

Memberi waktu untuk memberi penjelasan, memberi makna sesuai tingkat pemahaman mereka, dalam hal ini "berikan contoh konkrit"

Fakta 1:
Anak mengalami perubahan, orang tua dan lingkungan tidak menerima/peka karena tidak kasat mata, maka akan muncul "degradasi mental anak", jangan bandingkan anak 1 dengan lainnya

Fakta 2
Anak mengalami perubahan dan anak itu tidak paham/bingung karena tidak ada penjelasan, bisa jadi dia mengalami disorientasi, misal mencukur kumis sekaligus dengan jerawat (ngeri 'kan?). Atau ereksi sembarangan. Maka ajarkan anak dengan contoh.

Fakta 3
Orang tua & lingkungan menghadapi dengan sikap berlebihan tanpa penjelasan kepada anak

"Benang kusut akan menjadi mulus dengan membutuhkan usaha dan waktu"

Pubertas itu selalu diikuti masa remaja. Pahami apa yang anak sedang hadapi, perlakukan dengan sangat baik. Bukan hanya yang terlihat, tapi juga yang tidak kasat mata.

*Menetapkan kriteria benar dan lazim
1. Misal anak mengambil uang didompet untuk jajan, ajarkan dengan tegas: Sudah izin belum tentu dikasih.

2. Menyerobot antrian: Antri itu tidak boleh menyela, sabar! (SPG pun diajarkan bila perlu, jika anak ABK justru diutamakan/dimanja atas dasar mencari konsumen)

3. Membentuk perilaku seharusnya sudah diuji saat usia 8-10 tahun, jika terlewat, maka siap-siap untuk menghadapinya.

*Melakukan perubahan jadwal kegiatan/kebutuhan butuh pendekatan
1. Ajari beberapa fakta seperti 'perasaan': Nak, coba lihat orang lain, apakah mereka ada yang melepas baju di tengah-tengah mall? Adakah mereka menangis merengek-rengek di tempat umum?

2. Buat kriteria bersama
Higenis, gaya berpakaian, sikap sosial,, budi pekerti, pengendalian diri, emosi, suasana hati, kebutuhan, pemenuhan hasrat, seksualitas: ajarkan mana yang boleh, mana yang lazim, dan mana yang tidak boleh

"Dikeluarga kita, konsumsi rokok & tato kulit itu tidak boleh, itu aturan keluarga kita"
Pun juga dengan: penggunaan rok kini, celana melorot, berkata buruk, dsb

3. Keterampilan baru sebagai persiapan
-pengalaman
-kemampuan bakat minat
-kemampuan memenuhi kebutuhan
-kemampuan sensory
-beri arah hidup melalui kegiatan positif yang disukai

Mati lampu-bayar token
Gas habis-beli ke warung
Pulsa habis-isi ke counter
Dsb

HOW? BAGAIMANA CARANYA
A. Perlakuan sesuai usianya
-urus kebutuhan sendiri
-kebiasaan tidur dan bersihkan
-kedekatan fisik dengan orang tua
-tanggung jawab, konsekuensi, sebab- akibat, etika & adab

B. Buat pola dan jadwal kegiatan sesuai kebutuhan/aktifitas
-Jenis
-Ketertarikan
-step by step
-target jelas, spesifik, konkrit & kasat mata
-memberikan keterampilan baru untuk pencegahan masalah
-kenali emosinya
-latih dalam skala kecil & intrinsik

"Jika kita tidak bisa mengajar dengan cara kita, maka ikuti cara belajarnya"

Masakan Matang? Pakaian Rapih? Rasanya Manis? Seperti apa??? Buat gambarnya (terlihat kekuningan, menjadi lipatan 4 dengan sudut bertemu sudut, dsb)

Apa yang ingin dicapai keluarga?
Apakah keluarga yang akan memilih jalur kanan? Silahkan tanggung resiko pilihannya? Pun demikian jalur sebelah kiri?

"Buatlah harapan yang realistis dan objektif sesuai kondisi anak"

"Kita tidak menuggu badai berlalu, tapi mencari cara untuk diatasi"

Pertanyaan:
-orang tua yang tidak bisa kerjasama:
Ajak diskusi lagi, akan menjadi apa. Bisa jadi orang tua tidak tahu, maka guru boleh kasih gagasan/gambaran/ penjelasan dengan detail "anak ibu target 3 bulannya akan seperti ini", ajak ngobrol dengan santai. Semua berasal dari kata tidak tahu.

-apa konsekwensi yang tepat?
Konsekuensi adalah memberikan sesuatu yang tidak suka/mengambil yang disukai, coba sekali-kali berbuat tega seperti: dimarahi/tidak memberi makan kepada anak

-kapan kita bisa bercerita tentang seksualitas?
Berbicara yang simple dulu perbedaan ikhwan dan akhwat. Mana yang umum dan mana yang khusus. Boleh dan tidak boleh. Bertahap.

-bagaimana nasib anak saya yang autis ketika besar nanti tidak punya pendamping?
Fokus saja ke yang realistis seperti tentang kemandirian dia karena rejeki, jodoh, mati tidak ada yang tahu.

Sesi ke-2
"Seksualitas dan lifeskill pada anak DSG dan Autisme"
Bambang Kuncoro M. OT.

Seksualitas:
-Aspek penting bagi individu
-Unik
-Dialami dan diekspresikan pada apa yang kita ungkapkan baik rasa, pikiran dan apa yang dilakukan. Mencakup ungkapan rasa benci dan senang, persetujuan, dan lainnya.
-Fenomena sosial

Sistem Limbik
Apakah permintaan anak berkembang? Adalah kerja otak. Gangguan Limbik mempengaruhi pubertas dan seksualitasnya seperti: emosi terhadap sesama jenis (bukan berarti LGBT, namun harus diluruskan), hasrat seks, dsb

'Limbik jadi penyimpanan seksualitas'
Aspek yang perlu diperhatikan:
*Nilai budaya, sikap, perilaku dan relasi individu
*Pengetahuan seksual
*Esensi kehidupan yang alamiah
*Sosial media
*Orang tua & teman

Contoh: bagaimana dengan masturbasi? Secara nilai agama tidak boleh, namun nilai sosial di negeri kita mengatakan, 'selama tidak di depan umum, diperbolehkan'

Feminim, cinta, intimidasi, kasih sayang, hasrat, rasa kehilangan, senang, cemburu, sentuhan, berbagi rasa, kepribadian, anatomi fisiologi dan biokimia, respon seksual, peran, identitas adalah faktor seksualitas

Pandangan salah tentang seks ABK:
#anak GSA tidak tertarik seksual
#serendah-rendahnya akal kognitif seseorang, bahkan orang yang mengalami gangguan jiwa tidak memiliki rasa seksual
#anak GSA cenderung berlebihan
#anak GSAD tidak mampu belajar, butuh diproteksi
#Hak Asasi Manusia anak GSA tidak terlalu penting
#anak GSA jarang berpartisipasi terhadap seksual

Realitas tentang seksualitas:
*Kita semua makhluk seksualitas
*Setiap individu memiliki pilihan seksualitas
*Seksualitas dapat diekspresikan berupa rasa kasih sayang
*Anak GSA adalah seksuality being seperti manusia lain
*Mampu belajar untuk mengekspresikan
*Mampu belajar self determination
*Mampu mengembangkan relasi dengan level tertentu
*Ada Hak Asasi Manusia untuk anak GSA

Semoga bermanfaat