Pengajian bulanan
SDM SALAM
Jum’at, 14
November 2014
Ust. Yasir
A.M.
LEARNING
Assalamu’alaikum wr.wb. bagaimana
kondisi teman-teman semua, sehat? Semoga senantiasa dalam keadaan yang baik ya,
sehat jasmani maupun rohani. Seperti biasa, kali ini Pak Yasir akan memberikan
ilmu yang dimilikinya kepada kita semua yang diawali dengan sebuah kisah nyata
(pengalaman) dari beliau dan pertanyaan-pertanyaan seputar tema yang akan
didiskusikan pada pertemuan kemarin. Masih ingat? Yuk kita ingat-ingat lagi! Kalau
ada yang keliru, mohon masukkannya ya… ;)
Beberapa hari lalu, berita duka
datang dari keluarga pak Yasir. Neneknya yang tinggal di Garut meninggal dunia ketika
pak Yasir berada diluar kota. Sekitar pukul 19.30, pak Yasir pulang ke Garut
untuk melayat (melaksanakan kewajiban terhadap neneknya) dengan kondisi ongkos
yang pas-pasan. Terpaksa pak Yasir melewati sebuah jalan sepi dengan berjalan
kaki, tanpa menumpangi transportasi umum.
Ditengah perjalanan, beliau bertemu
dengan seorang pemuda yang kelihatannya seperti tidak waras (kabungbulangeun),
menemani pak Yasir berjalan sambil mengucapkan beberapa dalil dan do’a-do’a
tertentu dengan nada yang keras. Hampir 10x lebih pemuda tersebut menanyakan
nama pak Yasir dan tidak jarang menjadi perhatian warga sekitar karena
tingkahnya yang berbeda dari perilaku sewajarnya.
“Jangan takut sama apapun, takutlah
sama Allah swt.,” beserta ucapan-ucapan positif lainnya yang justru memotivasi
pak Yasir dalam bertindak sekaligus membuat pak Yasir banyak belajar darinya. Usut
punya usut, ternyata dugaan yang selama ini menjadi pertanyaan terbongkar, dari
berbagai cerita warga, memang betul bahwa pemuda tersebut adalah seorang mantan
santri (tidak sempat lulus karena kondisi ekonomi keluarganya) yang menjadi
gila karena telah tertipu sebesar 20 juta rupiah (hasil dari tani yang
dicurangi oleh bandar). Uang yang hendak digunakannya untuk modal menikah, raib
dirampas oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan menyebabkan perilaku pemuda
tersebut menjadi kurang waras. Tak lama setelah mengantar pak Yasir ke tempat
yang ramai, pemuda tersebut pergi kembali tanpa meninggalkan pesan apapun.
“belajar itu bisa dilakukan kapan saja, dimana saja dan
kepada siapa saja.”
***
Mengapa harus belajar?
·
Meningkatkan
kompetensi diri untuk bersaing (fastabiqul khoirot) –pak Dhinar
·
Menambah
pengetahuan –bu Dari
·
Tidak
ada kegiatan manusia yang tidak membutuhkan ilmu –bu …
·
Sebagai
tanda rasa syukur kepada Allah swt. –pak Syamsul
·
Belajar
itu wajib –bu Laely
·
Karena
perintah pertama Rasulullah saw adalah “iqro” (membaca, mengkaji), shalat itu
nomor 2 dan boleh di langgar (di surau/mushola), hehee… -pak Farid
·
Karena
dengan belajar kita dapat ilmu yang menjadi cahaya penolong didunia dan diakhirat
-bu Euis
·
Amal
tanpa ilmu sia-sia, agar lebih bermanfaat kita harus belajar (ilmu tanpa amal
disebut aing-aing) –bu Yunda
Kesimpulannya:
1. Belajar adalah kewajiban
Kewajiban ini tercantum
dalam QS Muhammad ayat 19:
19. Maka ketahuilah, bahwa
Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
Belajar itu hukumnya wajib bagi
siapapun, “thalibun ilmu faridlatun muslimin wal muslimat.” Tinggal bagaimana
caranya kita untuk mengkombinasikan sistem pelajaran untuk sampai ketauhidan
(seperti yang dilakukan oleh nabi dan rasul terdahulu).
2. Belajar melekat dengan misi ke khalifahan
Manusia diciptakan dengan segala
kelebihan dan keunggulan terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 30-31. Tidak layak
hukumnya menjadi seorang pemimpin kalau tidak mempunyai ilmu. Pahami kisah
Thalut, seorang pemimpin yang dipilih (disarankan oleh nabi Samuel as.) untuk
melawan Jalut yang perkasa. Bani Israil sempat kaget karena Thalut tidak
memiliki keluasan harta.
“Bastotan
fil ilmi wal jismi (keluasan ilmu dan jasad),” kelebihan yang dimiliki Thalut
sehingga dipilih menjadi pemimpin.
“Seseorang yang belajar sebuah ilmu dan mengamalkannya maka
ia akan ditambahkan ilmunya dari apa-apa yang tidak diketahuinya (medapatkan ilmu
baru).”
3.
Orang yang berilmu mempunyai banyak
keutamaan
Keutamaan ilmu tercantum dalam surat Al Mujaadilah ayat 11
11. Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
“Perbedaan
antara yang berilmu dengan yang tidak berilmu itu 100 derajat yang kejauhannya
adalah 100 tahun tiap 1 derajat.”
Dalam surat Ali-Imran ayat 18 juga menjelaskan tentang orang
yang berilmu
18. Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah),
yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga
menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
“Orang yang berilmu itu sertara atau lebih baik dengan
malaikat.”
Seperti kisah nabi Sulaiman yang
mencaritakan tetang perpindahan istana ratu Balqis dari Boqo ke Borobudur (KH.
Fahmi Basya), hanya orang-orang yang berilmu yang dapat mengambil pelajaran
dari semua itu (Az Zumar ayat 9)
9. (apakah
kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
“Perbedaan orang berilmu dengan tidak
berilmu seperti seseorang yang memiliki mata yang terang dengan yang buta.” Al
Ankabut ayat 43
43. dan
perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya
kecuali orang-orang yang berilmu.
“Kebaikan yang haqiqi adalah mempelajari
tentang ilmu tentang pemahaman agama sehingga kita mencintai Allah swt dan
Rasul-Nya secara penuh.” At-Taubah ayat 24
24.
Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.
Tidak diperbolehkan kalau satu kaum
berperang semua, harus ada orang-orang
tertentu yang tetap belajar untuk liyurau-kembali,
menstabilkan pengetahuan kepada prajurit yang kembali berperang dan generasi
penerus. Lain konsepnya dengan kondisi saat ini (kita sedang belajar) justru
memprovokasi, “kapan kita perang?” dan disaat waktunya perang kita malah
belajar untuk menghindar.
“Tinta ulama lebih berharga dari darah mujahid.”
Apa itu belajar?
·
Belajar
itu proses yang dilakukan secara di sengaja, untuk mengubah seseorang dari tidak
bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti. –usulan
·
Kalau
musim kemarau “belajar mobil” tapi kalau musim hujan “berlayar” –naon sih pak
Yasir…
Belajar menurut pak Natiq dan pak Yasir:
1. Tadrus (mengulang), apa yg sudah
didapat diulang-ulang (menghafal)
2. Ta'lim, transfer ilmu yang didasari
pemikiran namun tidak memperdulikan tanggung jawab. Ini merupakan level dasar
untuk belajar, disebut juga “transfer pengetahuan/pengalaman panca indra”
3. Tarbiyyah, sama seperti ta’lim hanya
saja orang yang mentransfer harus bertanggung jawab. Mengatur kepada pemeliharaan
diri & lingkungan, mengatur serta mengurus ilmunya agar dapat diamalkan
oleh murid-muridnya. Dalam konsep ini, pemberi ilmu harus menjadi “teladan/modeling”
yang aplikasinya harus berwujud amal.
4. Ta'dib , proses
membangun/merubah/membuat peradaban baru, ketika mengajar niatnya bukan sekedar
mentransfer tapi lebih dari itu. Seperti mencontohkan adab makan-minum sambil
duduk, dengan tangan kanan, dsb. Adab apapun dari yang kecil sampai yang besar,
urusan kasur, sumur, lembur, sudah diatur dalam Islam, tinggal dijalankan
sesuai syariat. Atau mempelajari konsep matematika untuk melatih anak bekerja
keras dan berfikir logis, dibutuhkan keteladanan dalam memberikan ilmu seperti
ini.
“Orang yang tidur dengan ilmu lebih baik dibandingkan dengan
shalat tanpa ilmu.”
Bagaimana caranya?
Ada di surat Al-Alaq ayat 1-5
1. bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.
Ketika ayat ini turun, Rasulullah saw
yang ummi (tidak dapat membaca)
menjawab, “ma ana bi qori (aku bukan seseorang yang bisa membaca).” Lantas
apakah yang dimaksud dengan “membaca” dalam perintah Allah ini?
Membaca segala bentuk ciptaan Allah, kita harus ingat 3 T (bukan
makanan pesantren: Tahu, Tempe Toge), yaitu:
1. Tandzurun: berkeliaran, maka
lihatlah, saksikanlah, lihat bagaimana orang-orang memperhatikan, meneliti,
mengkaji, menelaah, mendiskusikan, kaifa-bagaimana. Bagaimana menghitung volume
mahkota? (Archimedes mengukur dengan volume air yang tumpah), bagaimana apel
bisa jatuh ke tanah (Newton menemukan gravitasi bumi), relatifitas dan yang
lainnya. Termasuk salah satunya adalah membaca buku.
2. Tafakkur, proses yang lebih mendalam.
“Ya robb, tidaklah Kau ciptakan ini dengan sia-sia” seperti proses ekspedisi,
melihat alam, belajar dari alam, dan lainnya. Surat Ali imran 191:
191. (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
3. Tadabbur, menelaah Al-Qur’an (baik
ayat Quliyah maupun Kalamiah), menelaah wahyu-perkataan-perkataan. Banyak yang
ditemukan di Al-Qur’an, kalau kita tidak memahaminya, tanyakan kepada ahli
ilmu.
“Niat manusia ada 3: to have (direndahkan), to be
(direndahkan), valensi (kapasitas ditingkatkan)”
Pertanyaan:
1.
Proses
belajar ada 4, masuk kedalam manakah pembelajaran sikap, karakter dan
keterampilan (skill)? –pak Agus
Surat Lukman 14-19
14. dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu.
15. dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): "Hai
anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha
mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat
dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
18. dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.
19. dan sederhanalah kamu dalam
berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah
suara keledai.
Pembangunan sikap & keterampilan,
amar ma'ruf nahi munkar terdapat di al-Qur’an dan hadist. Islam itu ajaran yang
sangat lengkap. Ajarkan anak untuk membaca, menghafal al-Qur’an, berolahraga
(kuda, renang dan memanah) termasuk ranah ‘taksonomi bloom’ semua ada di Islam.
2.
Tulisan
itu ada sejak kapan? Apa yang melatar-belakangi bahwa bahasa Al-Qur’an itu
abadi? –bu Yunda
Ketika jaman sejarah (prasejarah belum mengenal tulisan)
tidak diketahui kapan waktunya (belum ada yang meneliti sampai kesana). Bahasa Al-Qur’an
selalu dijaga Allah oleh para penghafal. Hanya ini kitab yang bisa dihafal,
dijelaskan dala surat Al-Qomar. Bahkan Pasteur gereja sekalipun harus membawa
al-kitab untuk dibaca karena tidak bisa dihafal. Injil sunda dengan injil jawa
jelas berbeda. Disinilah letak keistimewaan islam.
3. Apakah ada adab belajar dari non-muslim?
–bu Diena
Pernah suatu ketika pak Yasir dan pak
Husnan harus mendengarkan dan belajar dari Pastur Joseph terkait pendidikan,
memposisikan menjadi murid yang menerima masukkan ilmu dengan saringan akidah
islam. Pernah seorang Yahudi mengajarkan Rasul cara kabur dari pemberontak dan
Rasul menganggap Yahudi tersebut sebagai gurunya. Atau kisah lain ketika
non-muslim mengajarkan baca-tulis kepada kaum muslimin sehingga dimerdekakan
dari tawanan perang Badar. Muliakan dia layaknya seorang guru, selama tidak
menyangkut akidah, itu tidak dipermasalahkan.
4. Menambahkan, tulis segala ilmu yang
sudah kita dapatkan. Ali r.a. pernah berkata, “ikatlah ilmu dengan tulisan.” –pak
Anas