Jumat, 25 Juli 2014

sebar malam lailatul qadar...



Serius nih sekarang malam lailatul qadar?

Malam jum’at kemarin, Alhamdulillah iman saya sedang naik menuju puncak dan sangat bersemangat melakukan ibadah (semoga tetap istiqomah, amiin). Entah mengapa saya selalu berada dilingkungan yang mendukung terhadap amalan-amalan kebaikan, khususnya seputar bulan Ramadhan dan “pencarian malam lailatul qadar.” Banyaknya broadcast yang membahas tentang keistimewaan malam jum’at kemarin, mendorong saya untuk ikut terlibat menyebarkan kabar baik tersebut, yang sebenarnya saya sendiri belum yakin keberadaannya, karena memang dirahasiakan oleh Allah swt.
                Lantas, “apakah benar malam kemarin adalah lailatul qadar? Bagaimana kalau bukan? ‘kan itu merupakan rahasia Allah swt.” Salah satu pertanyaan teman saya yang secara langsung menginstropeksi perbuatan saya karena telah mengumumkan lailatul qadar kepada orang lain. Menurut saya…
***
                Bayangkan jika kita mempunyai sahabat yang kaya raya, sebut saja si A hendak membuat sebuah acara besar dengan sedikit clue/ciri-ciri yang diberikan kepada kita. Tentu sangat menarik bukan? Perbuatan baik akan lebih baik jika diserukan dan ditularkan kepada orang lain.
                Pikirkan sebuah pesta besar dimalam hari yang telah disiapkan oleh sahabat kita yang rutin diselenggarakan setahun sekali. Adapun waktu pelaksanaannya hanya satu malam ganjil tertentu diantara 10 malam terakhir sebuah bulan suci sampai terbit fajar. Tanpa diberitahukan tanggal acaranya, tentu kita yang memahami konsep ini akan merasa sangat senang menerimanya.
                Dengan berbagai perkiraan dan hasil diskusi dengan teman-teman yang lain, kami menebak salah satu tanggal yang diperikirakan cocok dengan petunjuk yang diberikan. Alhasil, berbondong-bondonglah masyarakat sekitar datang dan berkunjung ke rumah si A untuk merayakan acara tersebut.
                Sesampainya disana, ternyata si A menjelaskan kepada seluruh warga yang telah hadir bahwa acara ditunda.
                “Maaf, untuk saat ini acara kami tunda karena ada syarat tertentu yang belum terpenuhi malam mini, tunggulah 2 hari lagi. Sebagai gantinya, untuk ibu-bapak dan teman-teman yang sudah datang, saya berikan souvenir ini untuk kenang-kenangan.”
                Sebagian orang mungkin merasa kecewa, akan tetapi sebagian besar yang lain justru merasa lebih tertantang. Pengalaman ‘penundaan’ acara tersebut memberikan 3 hal positif kepada kita, yaitu:
o   Memotivasi agar lebih giat dan tekun dalam melakukan persiapan
o   Bersilaturahim
o   Mendapatkan souvenir
***
Begitulah perbandingan yang dapat saya gambarkan terkait malam lailatul qadar dibulan Ramadhan ini. Siapapun yang berniat mendapatkan lailatul qadar, harus memiliki persiapan terlebih dahulu untuk melaksanakannya. Adapun perbuatan kita dalam bentuk apapun (i’tikaf dimesjid-ikhwan dan menyengaja beribadah dirumah dengan khusyuk-akhwat) membuat kita lebih dekat lagi dengan Allah swt. dalam bentuk ibadah apapun (dzikir, shalat, sedekah, tilawah, bershalawat, dsb.)
Bila belum waktunya kita mendapatkan malam lailatul qadar, yakinlah bahwa Allah swt. telah menyediakan souvenir mulia untuk kita bawa pulang nantinya diakhirat kelak. So, tidak salah bukan menjadi perantara atas terlaksananya acara maha agung dari Allah swt. untuk seluruh makhluknya?
Mohon maaf kalau banyak yang terdoktrin bahwa lailatul qadar seolah ‘bisa ditebak’ oleh manusia padahal sebenarnya saya sendiri sedang memotivasi diri saya pribadi ke arah yang lebih baik. Mari lihat positifnya, insyaa Allah semua amalan baik di bulan Ramadhan ini dicatat dan dibalaskan dengan kebaikan pula berkali-kali lipat. Amiin J
Selamat mencari malam lailatul qadar!!!