Serius nih sekarang malam
lailatul qadar?
Malam jum’at
kemarin, Alhamdulillah iman saya sedang naik menuju puncak dan sangat
bersemangat melakukan ibadah (semoga tetap istiqomah, amiin). Entah mengapa
saya selalu berada dilingkungan yang mendukung terhadap amalan-amalan kebaikan,
khususnya seputar bulan Ramadhan dan “pencarian malam lailatul qadar.” Banyaknya
broadcast yang membahas tentang keistimewaan malam jum’at kemarin, mendorong
saya untuk ikut terlibat menyebarkan kabar baik tersebut, yang sebenarnya saya
sendiri belum yakin keberadaannya, karena memang dirahasiakan oleh Allah swt.
Lantas,
“apakah benar malam kemarin adalah lailatul qadar? Bagaimana kalau bukan? ‘kan
itu merupakan rahasia Allah swt.” Salah satu pertanyaan teman saya yang secara
langsung menginstropeksi perbuatan saya karena telah mengumumkan lailatul qadar
kepada orang lain. Menurut saya…
***
Bayangkan
jika kita mempunyai sahabat yang kaya raya, sebut saja si A hendak membuat
sebuah acara besar dengan sedikit clue/ciri-ciri yang diberikan kepada kita. Tentu
sangat menarik bukan? Perbuatan baik akan lebih baik jika diserukan dan
ditularkan kepada orang lain.
Pikirkan
sebuah pesta besar dimalam hari yang telah disiapkan oleh sahabat kita yang
rutin diselenggarakan setahun sekali. Adapun waktu pelaksanaannya hanya satu
malam ganjil tertentu diantara 10 malam terakhir sebuah bulan suci sampai
terbit fajar. Tanpa diberitahukan tanggal acaranya, tentu kita yang memahami
konsep ini akan merasa sangat senang menerimanya.
Dengan
berbagai perkiraan dan hasil diskusi dengan teman-teman yang lain, kami menebak
salah satu tanggal yang diperikirakan cocok dengan petunjuk yang diberikan. Alhasil,
berbondong-bondonglah masyarakat sekitar datang dan berkunjung ke rumah si A
untuk merayakan acara tersebut.
Sesampainya
disana, ternyata si A menjelaskan kepada seluruh warga yang telah hadir bahwa
acara ditunda.
“Maaf,
untuk saat ini acara kami tunda karena ada syarat tertentu yang belum terpenuhi
malam mini, tunggulah 2 hari lagi. Sebagai gantinya, untuk ibu-bapak dan
teman-teman yang sudah datang, saya berikan souvenir ini untuk kenang-kenangan.”
Sebagian
orang mungkin merasa kecewa, akan tetapi sebagian besar yang lain justru merasa
lebih tertantang. Pengalaman ‘penundaan’ acara tersebut memberikan 3 hal
positif kepada kita, yaitu:
o
Memotivasi agar lebih giat dan tekun dalam
melakukan persiapan
o
Bersilaturahim
o
Mendapatkan souvenir
***
Begitulah perbandingan
yang dapat saya gambarkan terkait malam lailatul qadar dibulan Ramadhan ini. Siapapun
yang berniat mendapatkan lailatul qadar, harus memiliki persiapan terlebih
dahulu untuk melaksanakannya. Adapun perbuatan kita dalam bentuk apapun (i’tikaf
dimesjid-ikhwan dan menyengaja beribadah dirumah dengan khusyuk-akhwat) membuat
kita lebih dekat lagi dengan Allah swt. dalam bentuk ibadah apapun (dzikir,
shalat, sedekah, tilawah, bershalawat, dsb.)
Bila belum
waktunya kita mendapatkan malam lailatul qadar, yakinlah bahwa Allah swt. telah
menyediakan souvenir mulia untuk kita bawa pulang nantinya diakhirat kelak. So,
tidak salah bukan menjadi perantara atas terlaksananya acara maha agung dari
Allah swt. untuk seluruh makhluknya?
Mohon maaf kalau
banyak yang terdoktrin bahwa lailatul qadar seolah ‘bisa ditebak’ oleh manusia
padahal sebenarnya saya sendiri sedang memotivasi diri saya pribadi ke arah yang
lebih baik. Mari lihat positifnya, insyaa Allah semua amalan baik di bulan
Ramadhan ini dicatat dan dibalaskan dengan kebaikan pula berkali-kali lipat. Amiin
J
Selamat mencari
malam lailatul qadar!!!