Jumat, 17 Mei 2019

Tentang Rasulullah Saw

*Kan Kucintakan Engkau dengan Lelaki Penuh Pesona itu...*




Inginku mengajak Anda memperkenalkan seorang laki-laki yang didamba surga. Dialah laki-laki yang ditinggalkan orang tuanya semenjak balita. Dialah lelaki padang pasir yang memiliki keistimewaan dan kesempurnaan yang sulit kutorehkan dengan kata-kata. Namun begitu, kuusahakan untaian kata-kataku ini mewakili ucapan-ucapan mereka yang pernah melihatnya, bersamanya dalam suka dan duka, mendengar tutur katanya sekaligus menyaksikan sosoknya yang begitu berbekas dalam jiwa.

Duh, tak sabar lagi pena ini menari untuk kawan dan memang untuk kawanlah kupersembahkan tentangnya..

*Binar Indah Matanya*

Lebar dan hitam kedua matanya nan berkelopak panjang. Bulu matanya amat letik menawan. Alisnya melengkung rapi bak bulan sabit dan bersambung.

*Tampan Wajahnya nan Rupawan*

Sekiranya lelaki ini hidup saat ini maka para wanita akan tergila-gila dengan elok rupanya. Mereka akan terpesona. Bagaimana tidak, kawan? Wajahnya begitu tampan, cerah nian seolah-olah di mukanya lah lintasan peredaran mentari. Manis pula dipandang. Ketika ia bergembira maka bercahayalah rona wajahnya nan mempesona. Rekan-rekannya mengibaratkan wajah lelaki itu dengan potongan rembulan saat purnama menjelang yang mengikis gelapnya malam.

Subhanallah, sungguh elok rupanya bak terbitnya mentari di ufuk timur. Ketika lelaki itu marah, mukanya akan memerah seakan-akan ada biji buah delima.

Duhai kawanku, kerabatku, saudaraku, saudariku …

aku tidaklah mengada-ada bertutur karena begitulah rekan-rekannya berucap.

Salah satu rekannya berkata,”Jika aku melihatnya seakan-akan aku melihat matahari yang sedang terbit.”

Kawannya yang lain bertutur,”Apabila dia bergembira, wajahnya bercahaya sehingga terlihat seperti potongan rembulan.”

Wanita muda yang menjadi salah satu belahan jiwanya pernah berkata, ”Jika aku melihat keringat yang ada (menetes) di wajahnya, ia (begitu) bersinar bagai kilat yang melintas.”

Pernah suatu ketika ada orang yang melihatnya di suatu malam yang cerah kemudian orang tersebut berkata sambil tertegun, ”Aku memandangnya, kemudian kupandang rembulan, dia memakai baju merah, ternyata dia lebih indah dari rembulan.”

Subhanallah kawan … tidakkah engkau jatuh hati?

*Keringatnya pun Harum Semerbak*

Memang demikian adanya. Keringatnya yang membasahi tubuhnya begitu wangi mengalahkan harumnya wewangian. Orang-orang akan mengetahui bahwa dia melewati suatu jalan karena harum tubuhnya yang tersiar.

Seorang temannya berkata, ”(Butiran-butiran) keringatnya merupakan minyak wangi yang paling harum”

Rekan wanitanya berucap pula, ”Keringatnya lebih harum dari minyak wangi”

Rekan yang lain bertutur, ”Aku pernah menggapai tangannya kemudian kuletakkan diwajahku, ternyata tangannya lebih sejuk dari embun dan aromanya lebih wangi dari misik.”

Mereka Begitu Cinta dengan Sosoknya

Kawanku yang kucinta.

Orang-orang yang bergaul dengannya begitu mencintainya sampai pada batas hayam (tergila-gila). Mereka mencintainya karena kesempurnaannya yang menjadi idaman dan sosoknya yang menenteramkan jiwa bagi yang memandang. Mereka mati-matian untuk mengerumuninya dan mengagungkannya.

Lihatlah kawan, mereka mampu menceritakan secara detail tentang lelaki itu. Tentang putih kulitnya, renggang gigi depannya, wajahnya yang seputih pedang yang tajam, tulang persendiannya yang besar, indah nan serasi betisnya, lembut nan halus bulu dadanya dan hal-hal lainnya yang menggambarkan secara utuh sosok lelaki itu. Itulah salah satu tanda cinta mereka yaitu mengetahui segalanya tentang figur yang dicinta.

*Nyawapun Mereka Pertaruhkan untuk Lelaki Itu*

Tidakkah engkau tahu bahwa nyawa pun mereka taruhkan demi lelaki itu? Marilah sejenak bersamaku melihat buktinya.

Ada dua anak kecil yang sangat mencintai lelaki itu. Ketika keduanya mendengar kabar kepastian bahwa lelaki itu dicela maka keduanya bertekad membunuh si pencela. Iya kawan, membunuh si pencela.
Anak kecil pertama berkata dengan penuh ketegasan dan jiwa kesatria, ”. . . Demi Allah jika aku bertemu dengannya (si pencela), niscaya aku dan dia (si pencela) tidak akan berpisah sampai salah satu di antara kami terbunuh.”

Anak kedua pun berkata demikian. Kemudian ketika keduanya bertemu dengan si pencela lelaki itu, segera pedang-pedang terhunus dan larut dalam pertarungan, mereka pun berhasil membunuh si pencela.

Subhanallah, alangkah besarnya kekuatan cinta yang tertancap dalam sanubari kedua anak itu. Cinta mampu menghunus tajamnya pedang hingga mengalirkan darah di kancah peperangan.

*Tahukah Kawan Siapakah Lelaki Itu?*

Dialah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang begitu sempurna perawakannya, yang begitu cinta kepada kita sebagai umatnya, yang tak ingin umatnya terjerumus dalam kubangan neraka, yang telah mengajarkan kita agama Tuhannya, yang dinantikan surga, yang menjadi teladan seluruh umat hingga akhir zaman, yang, yang, yang, yang, ….

Duhai kawan di manakah cinta kita teruntuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dibanding pesona cinta beliau kepada kita?

Di manakah cinta kita teruntuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dibanding gelora cinta para sahabat teruntuk beliau?

Cobalah kita tengok gelora cinta dua anak kecil dari kaum anshar yang kututurkan di atas. Keduanya bertaruh nyawa untuk membunuh Abu Jahl yang telah mencaci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kekuatan cintanya mampu mengeluarkan pedang dari sarungnya hingga berhenti setelah darah tertumpah.

Bagaimana dengan kita????

Jangan biarkan cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertepuk sebelah tangan, kawan.

Cintanya itu dibuktikan dengan selalu mengikuti petunjuknya. Buktikanlah …

********

Catatan penulis:

Para sahabat yang kukutip ucapannya di atas yang menceritakan gambaran fisik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Ali bin Abi Thalib, Jabir bin Samurah, ar-Rabi binti Mu’adz, Ummul Mukminin ‘Aisyah, Ka’ab bin Malik, sahabat Anas, dll.
Ide tulisan di atas berkenaan dengan materi khutbah jum’at yang begitu mengharukan di Islamic Centre Mataram dengan tema Mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sumber tulisan:

1. Kitab ar-Rahiq al-Makhtum (edisi terjemahan) karya syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri

2. Majalah al-Furqon

Sekian, semoga bermanfaat..

_.Jum’at sore kala mendung menyelimuti kota mataram, Lombok._

Penulis: Fachrian Almer Akira
(Yani Fachriansyah Muhammad A-samawiy)

Muroja’ah: M. A. Tuasikal

Artikel www.remajaislam.com

#ypi #yayasanprogressinsani #sekolahalam #sekolahalambogor #salambogor #bogor #kotabogor #inspirasi #motivasi #ulasan #kultum #ceramah #kisah #berbagi #islam

Tafsir QS Al Jumu'ah ayat 1-11

Kamis, 04 April 2013

Tafsir Al Jumu’ah Ayat 1-11

Surah Al Jumu’ah (Shalat Jum’at)
Surah ke-62. 11 ayat. Madaniyyah

  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-4: Penyucian dan pengagungan bagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan bahwa pengutusan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah karunia Allah kepada umat manusia.

  يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (١) هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٢) وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٣) ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (٤)

Terjemah Surat Al Jumu’ah Ayat 1-4

Ayat 5-8: Peringatan kepada umat Islam agar jangan seperti orang Yahudi yang tidak mengamalkan isi kitabnya, dan bagaimana mereka (orang-orang Yahudi) menyimpang dari syariat Allah serta memiliki cinta yang berlebihan kepada dunia dan takut mati.

  مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (٥) قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٦) وَلا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (٧) قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (٨)

Terjemah Surat Al Jumu’ah Ayat 5-8

Ayat 9-11: Beberapa hukum yang berhubungan dengan shalat Jum’at, seruan kepada kaum mukmin agar bersegera kepadanya dan peringatan kepada mereka agar tidak tersibukkan oleh perniagaan dan permainan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٩) فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (١٠) وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (١١)

Terjemah Surat Al Jumu’ah Ayat 9-11

9. [24]Wahai orang-orang yang beriman! Apabila diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jum'at, maka segeralah kamu mengingat Allah[25] dan tinggalkanlah jual beli[26]. Yang demikian itu lebih baik bagimu[27] jika kamu mengetahui[28].

10. Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi[29]; carilah karunia Allah [30]dan ingatlah Allah banyak-banyak[31]agar kamu beruntung[32].

11. [33]Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah, "Apa yang di sisi Allah[34] lebih baik daripada permainan dan perdagangan[35],” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik[36].

[1] Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah, tunduk kepada perintah-Nya dan beribadah kepada-Nya karena Dia Maharaja, dimana milik-Nya alam bagian atas maupun bawah, semua milik-Nya dan di bawah pengaturan-Nya.

[2] Dari apa yang tidak layak bagi-Nya dan dari segala kekurangan.

[3] Yang menundukkan segala sesuatu.

[4] Dalam ciptaan dan perintah-Nya.

Sifat-sifat agung yang disebutkan dalam ayat ini mengajak untuk beribadah kepada Allah saja; tidak ada sekutu bagi-Nya.

[5] Yaitu bangsa Arab, dimana mereka tidak kenal baca-tulis. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberikan nikmat kepada mereka dengan nikmat yang sangat besar daripada nikmat-Nya kepada selain mereka, karena mereka sebelumnya tidak berilmu dan tidak di atas kebaikan, bahkan mereka berada di atas kesesatan yang nyata; mereka menyembah patung, batu dan pepohonan serta berakhak dengan akhlak binatang, dimana yang kuat memakan yang lemah, bahkan mereka berada dalam kebodohan yang dalam terhadap ilmu para nabi, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutus seorang rasul dari kalangan mereka sendiri yang mereka ketahui nasabnya, sifat-sifatnya yang baik, amanahnya dan kejujurannya dan Dia turunkan kepadanya kitab-Nya.

[6] Dari syirk. Atau mendorong mereka berakhlak mulia dan mencegah mereka dari akhlak yang buruk. Oleh karena itu, pengutusan rasul kepada mereka adalah nikmat yang paling besar dan paling agung yang dikaruniakan Allah kepada mereka.

Ayat ini juga sebagai dasar pijakan dalam dakwah tashfiyah wa tarbiyah (membersihkan umat dari segala yang bukan dari Islam dan mendidik umat di atas ajaran Islam yang murni).

[7] Oleh karena itu, setelah ta’lim (pengajaran) dan pembersihan ini mereka (para sahabat) menjadi manusia yang berilmu, bahkan menjadi imam dalam ilmu dan agama, sempurna akhlaknya, paling baik petunjuk dan jalannya. Di samping itu, mereka juga dijadikan standar yang benar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam beragama ketika terjadi perselisihan di zaman setelah Beliau sebagaimana sabdanya:

، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Karena barang siapa yang hidup di antara kamu (setelah ini), maka ia akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kamu berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham, dan jauhilah perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat.“ (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dia berkata, "Hasan shahih.")

[8] Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga memberikan nikmat kepada kaum yang lain selain orang-orang Arab yang datang setelah mereka, dan dari kalangan Ahli Kitab yang belum berhubungan dengan mereka sehingga mereka beriman juga. Bisa juga maksudnya, bahwa mereka belum berhubungan dengan mereka dalam hal keutamaan (belum sampai seperti mereka dalam keutamaan). Dan bisa juga maksudnya, bahwa mereka belum berhubungan dengan mereka dalam hal waktu. Singkatnya, semua makna itu adalah benar, karena mereka yang mendapat kiriman rasul oleh Allah menyaksikan Rasul tersebut dan mengikuti dakwahnya, maka mereka memperoleh keutamaan dan kelebihan yang tidak dicapai oleh yang lain.

[9] Di antara keperkasaan dan kebijaksanaan-Nya adalah Dia tidak membiarkan hamba-hamba-Nya begitu saja, bahkan Dia mengutus rasul kepada mereka, memerintah dan melarang. Yang demikian termasuk karunia Allah yang besar yang Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki, bahkan yang demikian merupakan nikmat-Nya yang paling besar daripada nikmat sehat, rezeki dan nikmat-nikmat duniawi lainnya. Oleh karena itu, tidak ada nikmat yang lebih besar daripada nikmat agama, karena di sanalah letak keberuntungan dan kebahagiaan yang abadi.

[10] Yaitu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang disebutkan bersamanya.

[11] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan nikmat-Nya kepada umat ini, dimana Dia telah mengutus kepada mereka nabi yang ummi (buta huruf) dan telah melebihkan mereka dengan berbagai kelebihan dan keutamaan yang tidak dicapai oleh seorang pun, padahal mereka adalah ummat yang ummi tetapi bisa mengalahkan generasi terdahulu dan yang akan datang, bahkan mengalahkan Ahli Kitab yang menganggap bahwa mereka adalah para ulama rabbani dan para pendeta yang senior, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebutkan bahwa orang-orang yang Allah bebankan kepada mereka kitab Taurat yaitu orang-orang Yahudi, demikian pula orang-orang Nasrani yang Allah bebankan kepada mereka kitab Injil, Dia memerintahkan mereka untuk mempelajari dan mengamalkannya, namun mereka tidak mengamalkannya, maka sesungguhnya mereka tidak memiliki keutamaan apa-apa, bahkan perumpamaan mereka adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab tebal di punggungnya, dimana keledai-keledai itu tidak dapat mengambil faedah dari kitab-kitab itu. Apakah mereka akan mendapatkan keutamaan hanya karena memikul kitab-kitab ilmu ataukah yang mereka dapatkan hanya ‘memikul saja’? Seperti inilah keadaan para ulama Yahudi yang tidak mengamalkan Taurat, yang di antara isinya adalah perintah mengikuti Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kabar gembira tentang kedatangannya dan beriman kepada apa yang dibawanya berupa Al Qur’an. Bukankah yang didapat oleh orang yang seperti ini keadaannya hanyalah kekecewaan, kerugian, dan penegakkan hujjah terhadapnya? Perumpamaan ini sangat sesuai dengan keadaan mereka.

[12] Yakni mengamalkannya.

[13] Maksudnya, tidak mengamalkan isinya, antara lain tidak membenarkan kedatangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

[14] Dalam hal tidak bermanfaatnya kitab-kitab itu baginya.

[15] Yang menunjukkan kebenaran Rasul kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan apa yang dibawanya.

[16] Dia tidak akan memberi petunjuk kepada hal yang bermaslahat bagi mereka selama sifat zalim dan keras kepala masih melekat pada mereka.

[17] Di antara kezaliman orang-orang Yahudi dan keras kepalanya mereka adalah bahwa mereka sudah tahu berada di atas kebatilan namun menyangka di atas kebenaran dan menganggap bahwa diri mereka adalah para wali Allah. Oleh karena itu, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk mengatakan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas.

[18] Karena wali Allah itu lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Ini adalah perintah yang ringan, karena jika mereka mengetahui bahwa mereka berada di atas kebenaran, tentu mereka tidak akan mundur terhadap tantangan ini yang Allah jadikan sebagai dalil atau bukti terhadap kebenarannya.

[19] Bahwa kamu adalah para wali Allah dan bahwa kamu berada di atas kebenaran.

[20] Oleh karena mereka tidak berani melakukannya maka dapat diketahui secara pasti bahwa mereka mengetahui berada di atas kebatilan. Namun demikian, meskipun mereka tidak suka kepada kematian bahkan berusaha melarikan diri darinya, tetapi kematian itu akan datang menimpa mereka sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.

[21] Seperti kafirnya mereka kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

[22] Oleh karena itu, tidak samar bagi-Nya sedikit pun kezaliman mereka.

[23] Yang baik maupun yang buruk.

[24] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin untuk menghadiri shalat Jum’at dan bersegera kepadanya. Maksud bersegera di sini adalah bukan pergi dengan buru-buru, tetapi memperhatikannya dan menjadikannya di atas kesibukan yang lain.

[25] Yaitu melaksanakan shalat Jum’at.

[26] Maksudnya,apabila imam telah naik mimbar dan muazzin telah azan di hari Jum'at, maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalkan semua pekerjaannya.

[27] Daripada sibuk berjual-beli.

[28] Bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal, dan bahwa barang siapa yang mengutamakan dunia di atas akhirat, maka sesungguhnya ia telah rugi dengan kerugian yang hakiki.

[29] Perintah setelah larangan menunjukkan mubah, yakni silahkan bertebaran lagi di bumi untuk mencari rezeki.

[30] Oleh karena kesibukan untuk bekerja dan berdagang biasanya membuat lalai dari mengingat Allah, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk banyak mengingat-Nya.

[31] Baik ketika berdiri, duduk maupun berbaring.

[32] Karena banyak berdzikr merupakan sebab terbesar untuk beruntung.

[33] Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Jabir bin Abdullah ia berkata, “Ketika kami shalat (Jum’at) bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba datang rombongan yang membawa bahan makanan, lalu mereka menoleh kepadanya sehingga tidak ada yang tersisa bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali dua belas orang, maka turunlah ayat ini, “Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhutbah)…dst.” (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim, Tirmidzi dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahih,” diriwayatkan pula oleh Ahmad dan Ibnu Jarir).

Thabari meriwayatkan dengan sanad yang para perawinya adalah para perawi hadits shahih, demikian pula Abu ‘Uwanah dalam shahihnya sebagaimana dikatakan Al Haafizh dalam Al Fat-h juz 3 hal. 76 dari Jabir bin Abdullah ia berkata, “Wanita-wanita gadis apabila mereka menikah, maka mereka lewat dengan iringan tabuhan gendang dan seruling, dan mereka (sebagian kaum muslimin) meninggalkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan berdiri di atas mimbar dan pergi kepadanya, maka Allah menurunkan ayat, “Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya…dst.”

[34] Berupa balasan dan pahala untuk orang yang senantiasa melazimi kebaikan dan menyabarkan dirinya untuk beribadah kepada Tuhannya.

[35] Meskipun sebagian maksud mereka tercapai, namun sangat sedikit sekali dibanding kebaikan akhirat yang luput karena mengutamakannya.

[36] Sabar di atas ketaatan kepada Allah tidaklah menghilangkan rezeki, karena Allah sebaik-baik pemberi rezeki; barang siapa bertakwa kepada Allah, maka ia akan diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

Dalam ayat ini terdapat beberapa faedah:

- Shalat Jum’at wajib bagi seluruh kaum muslimin, mereka juga wajib segera dan mengutamakannya di atas semua kesibukan mereka.

- Dua kali khutbah pada shalat Jum’at wajib dihadiri, karena kata ‘dzikr’ (mengingat Allah) ditafsirkan dengan dua khutbah.

- Disyariatkan mengumandangkan azan Jum’at.

- Larangan jual beli ketika azan Jum’at telah dikumandangkan. Yang demikian, karena hal itu dapat menghilangkan kewajiban dan melalaikan darinya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap perkara meskipun pada asalnya mubah, namun jika sampai melalaikan kewajiban, maka pada saat itu tidak diperbolehkan.

- Perintah untuk menghadiri dua khutbah Jum’at dan celaan bagi orang-orang yang tidak menghadirinya. Termasuk ke dalam bagian ini adalah wajibnya diam mendengarkan khutbah.

- Sepatutnya seorang hamba mendatangi ibadah kepada Allah meskipun ada dorongan dalam jiwa untuk mendatangi permainan, bisnis dan keinginan hawa nafsu serta mengingat kebaikan dan pahala yang Allah janjikan serta mengutamakan keridhaan-Nya daripada hawa nafsunya.

Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.

di 07.18 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Label: Juz 28, Tafsir Al Jumu'ah

6 komentar:

Ghilang Wahyu Ramadhan5 September 2014 03.02

maaf, bolehkah saya meng-copy paste beberapa bagian dari artikel untuk keperluan tugas sekolah?

Balas

Ghilang Wahyu Ramadhan5 September 2014 03.05

Ralat: "maaf, bolehkah saya meng-copy paste beberapa bagian dari artikel ini untuk keperluan tugas sekolah?"

Balas

Anonim11 Mei 2015 07.05

sangat bermanfaat,TERIMA kasih ya

Balas

Muhammad Sigit Widodo12 Juli 2015 23.21

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Balas

abu nabila20 September 2015 18.15

jazakallah khair

Balas

Rudy Prabowo10 Oktober 2015 12.28

Maaf kalau bisa di kasih bahasa latinnya ya,,nantik kasihan yang gak bisa baca arab mksh

Balas

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Subscribe via email

Bila antum ingin berlangganan artikel tafsir ke email antum, silahkan masukkan alamat email antum di sini:

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Cari Kata Dalam Al Qur'an

Komentar Terbaru

Radio Islam

Tafsir - Berdasarkan Surat

Tafsir 'Abasa (1)Tafsir Ad Dukhaan (4)Tafsir Adh Dhuha (1)Tafsir Adz Dzaariyat(4)Tafsir Al 'Aadiyaat (1)Tafsir Al 'Alaq (1)Tafsir Al 'Ashr (1)Tafsir Al A'laa (1)Tafsir Al A'raaf (16)Tafsir Al Ahqaf (3)Tafsir Al Ahzab (7)Tafsir Al An'aam (15)Tafsir Al Anbiya (9)Tafsir Al Anfaal (6)Tafsir Al Ankabut (6)Tafsir Al Balad (1)Tafsir Al Baqarah (42)Tafsir Al Bayyinah (1)Tafsir Al Buruj (1)Tafsir Al Fajr (1)Tafsir Al Falaq (1)Tafsir Al Fath (3)Tafsir Al Fatihah (1)Tafsir Al Fiil (1)Tafsir Al Furqan (6)Tafsir Al Ghaasyiah(1)Tafsir Al Haaqqah (3)Tafsir Al Hadid (3)Tafsir Al Hajj (6)Tafsir Al Hasyr (3)Tafsir Al Hijr (6)Tafsir Al Hujuraat (2)Tafsir Al Humazah (1)Tafsir Al Ikhlas (1)Tafsir Al Infithaar (1)Tafsir Al Infithar (1)Tafsir Al Insan (3)Tafsir Al Insyiqaq (1)Tafsir Al Insyirah (1)Tafsir Al Isra (8)Tafsir Al Jaatsiyah (3)Tafsir Al Jinn (2)Tafsir Al Jumu'ah (1)Tafsir Al Kaafiruun(1)Tafsir Al Kahfi (9)Tafsir Al Kautsar (1)Tafsir Al Lahab (1)Tafsir Al Lail (1)Tafsir Al Ma'aarij (3)Tafsir Al Maa'uun (1)Tafsir Al Maidah (14)Tafsir Al Mu'min (7)Tafsir Al Mu'minun(8)Tafsir Al Muddatstsir(3)Tafsir Al Mujadilah(2)Tafsir Al Mulk (3)Tafsir Al Mumtahanah (2)Tafsir Al Munafiqun(1)Tafsir Al Mursalat (4)Tafsir Al Muthaffifin(1)Tafsir Al Muzzammil(2)Tafsir Al Qaari'ah (1)Tafsir Al Qadar (1)Tafsir Al Qalam (5)Tafsir Al Qamar (3)Tafsir Al Qashash (6)Tafsir Al Qiyamah (3)Tafsir Al Waqiah (4)Tafsir Al Zalzalah (1)Tafsir Ali Imran (21)Tafsir An Naas (1)Tafsir An Naazi'aat(1)Tafsir An Naba' (1)Tafsir An Nahl (9)Tafsir An Najm (4)Tafsir An Naml (7)Tafsir An Nashr (1)Tafsir An Nisa (26)Tafsir An Nur (6)Tafsir Ar Ra'd (4)Tafsir Ar Rahman (3)Tafsir Ar Ruum (4)Tafsir As Sajdah (2)Tafsir Ash Shaaffaat(8)Tafsir Ash Shaff (1)Tafsir Asy Syams (1)Tafsir Asy Syu'araa(12)Tafsir Asy Syuura (5)Tafsir At Taghaabun(2)Tafsir At Tahrim (1)Tafsir At Takaatsur(1)Tafsir At Takwir (1)Tafsir At Taubah (10)Tafsir At Tiin (1)Tafsir Ath Thalaq (1)Tafsir Ath Thuur (3)Tafsir Az Zukhruf (7)Tafsir Az Zumar (7)Tafsir Fathir (5)Tafsir Fushshilat (5)Tafsir Hud (10)Tafsir Ibrahim (4)Tafsir Juz Amma (36)Tafsir Luqman (3)Tafsir Maryam (7)Tafsir Muhammad (3)Tafsir Nuh (3)Tafsir Qaaf (3)Tafsir Quraisy (1)Tafsir Saba' (4)Tafsir Shaad (6)Tafsir Thaha (8)Tafsir Yasin (7)Tafsir Yunus (9)Tafsir Yusuf (9)

Tafsir - Berdasarkan Juz

Juz 1 (20)Juz 10 (10)Juz 11 (13)Juz 12 (13)Juz 13 (14)Juz 14 (15)Juz 15 (14)Juz 16 (18)Juz 17 (15)Juz 18 (16)Juz 19 (20)Juz 2 (17)Juz 20 (14)Juz 21 (14)Juz 22 (15)Juz 23 (22)Juz 24 (15)Juz 25 (20)Juz 26 (16)Juz 27 (22)Juz 28 (14)Juz 29 (34)Juz 3 (15)Juz 30 (37)Juz 4 (17)Juz 5 (18)Juz 6 (13)Juz 7 (14)Juz 8 (12)Juz 9 (12)

Tulisan Terpopuler

Tafsir Luqman Ayat 12-19

Ayat 12-13: Kisah Luqman yang bijaksana, nasihatnya kepada anaknya tentang pentingnya syukur dan bahaya syirk.   وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَا...

Tafsir Ar Rahman Ayat 1-25

Surah Ar Rahman (Allah Yang Maha Pengasih) Surah ke-55. 78 ayat. Makkiyyah   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama ...

Tafsir Al Mujadilah Ayat 1-11

Surah Al Mujaadilah (Wanita Yang Mengajukan Gugatan) Surah ke-58. 22 ayat. Madaniyyah   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan men...

Tafsir Thaha Ayat 1-16

Surah Thaahaa Surah ke-20. 135 ayat. Makkiyyah   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lag...

Tafsir An Nisa Ayat 22-23

Ayat 22-23: Yang haram dinikahi dan yang halal وَلا تَنْكِحُوا مَا نَكَحَ آبَاؤُكُمْ مِنَ النِّسَاءِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّهُ كَانَ فَا...

Tafsir Al Maidah Ayat 48-56

Ayat 48-50: Al Qur’an membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, menjadi saksi terhadapnya, dan bahwa berhukum dengan Al Qur’an adalah wajib ...

Tafsir Ar Ra’d Ayat 1-11

Surah Ar Ra’d (Guruh) Surah ke-13. 43 ayat. Makkiyyah, ada pula yang mengatakan Madaniyyah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan ...

Tafsir Al Baqarah Ayat 183-187

Ayat 183-187: Pensyariatan puasa dan penjelasan hukum-hukumnya. Demikian pula menerangkan tentang pentingnya puasa, keutamaan bulan Ramadhan...

Tafsir Al Insyirah

Surah Al Insyirah (Melapangkan Dada) Surah ke-94. 8 ayat. Makkiyyah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama Allah Ya...

Tafsir Al Isra Ayat 1-11

Juz 15 Surah Al Israa’ (Memperjalankan Di Malam Hari) Surah ke-17. 111 ayat. Makkiyyah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ...

Arsip Blog

April (166)Maret (211)Februari (43)Januari (93)

Link Bermanfaat

Bahasa Arab & Terjemah MatanKeutamaan Ibnu Taimiyyah

Statistik Pengunjung

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Seluruh artikel dalam website ini boleh disebarluaskan dengan tetap mencantumkan sumber. Diberdayakan oleh Blogger.

Tafsir Al Quran Al Karim

Terjemah Al Qur'an, Tafsir Al Qur'an, Ilmu Al Qur'an, Software Al Qur'an, Ebook Al Qur'an, Tilawah Al Qur'an, Murattal Al Qur'an

BerandaMuqaddimahReferensiDaftar Indeks Al Qur'anDownload Tafsir Al Qur'anAbout Us

Kamis, 04 April 2013

Tafsir Al Jumu’ah Ayat 1-11

Surah Al Jumu’ah (Shalat Jum’at)

Surah ke-62. 11 ayat. Madaniyyah

  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Ayat 1-4: Penyucian dan pengagungan bagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan bahwa pengutusan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah karunia Allah kepada umat manusia.

  يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (١) هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٢) وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٣) ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (٤)

Terjemah Surat Al Jumu’ah Ayat 1-4

1. Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah[1]. Maharaja, Yang Mahasuci[2], Yang Mahaperkasa[3] lagi Mahabijaksana[4].

2. Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf[5] dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka[6] dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata[7],

3. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka[8]. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana[9].

4. Demikianlah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki[10]; dan Allah memiliki karunia yang besar.

Ayat 5-8: Peringatan kepada umat Islam agar jangan seperti orang Yahudi yang tidak mengamalkan isi kitabnya, dan bagaimana mereka (orang-orang Yahudi) menyimpang dari syariat Allah serta memiliki cinta yang berlebihan kepada dunia dan takut mati.

  مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (٥) قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٦) وَلا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (٧) قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (٨)

Terjemah Surat Al Jumu’ah Ayat 5-8

5. [11]Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat[12], kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya)[13]adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal[14]. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah[15]. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim[16].

6. [17]Katakanlah (Muhammad), "Wahai orang-orang yang Yahudi! Jika kamu mengira bahwa kamulah kekasih Allah bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu[18], jika kamu orang yang benar[19].”

7. Dan mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selamanya[20] disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri[21]. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim[22].

8. Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan[23]."

Ayat 9-11: Beberapa hukum yang berhubungan dengan shalat Jum’at, seruan kepada kaum mukmin agar bersegera kepadanya dan peringatan kepada mereka agar tidak tersibukkan oleh perniagaan dan permainan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٩) فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (١٠) وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (١١)

Terjemah Surat Al Jumu’ah Ayat 9-11

9. [24]Wahai orang-orang yang beriman! Apabila diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jum'at, maka segeralah kamu mengingat Allah[25] dan tinggalkanlah jual beli[26]. Yang demikian itu lebih baik bagimu[27] jika kamu mengetahui[28].

10. Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi[29]; carilah karunia Allah [30]dan ingatlah Allah banyak-banyak[31]agar kamu beruntung[32].

11. [33]Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah, "Apa yang di sisi Allah[34] lebih baik daripada permainan dan perdagangan[35],” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik[36].

[1] Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah, tunduk kepada perintah-Nya dan beribadah kepada-Nya karena Dia Maharaja, dimana milik-Nya alam bagian atas maupun bawah, semua milik-Nya dan di bawah pengaturan-Nya.

[2] Dari apa yang tidak layak bagi-Nya dan dari segala kekurangan.

[3] Yang menundukkan segala sesuatu.

[4] Dalam ciptaan dan perintah-Nya.

Sifat-sifat agung yang disebutkan dalam ayat ini mengajak untuk beribadah kepada Allah saja; tidak ada sekutu bagi-Nya.

[5] Yaitu bangsa Arab, dimana mereka tidak kenal baca-tulis. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberikan nikmat kepada mereka dengan nikmat yang sangat besar daripada nikmat-Nya kepada selain mereka, karena mereka sebelumnya tidak berilmu dan tidak di atas kebaikan, bahkan mereka berada di atas kesesatan yang nyata; mereka menyembah patung, batu dan pepohonan serta berakhak dengan akhlak binatang, dimana yang kuat memakan yang lemah, bahkan mereka berada dalam kebodohan yang dalam terhadap ilmu para nabi, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutus seorang rasul dari kalangan mereka sendiri yang mereka ketahui nasabnya, sifat-sifatnya yang baik, amanahnya dan kejujurannya dan Dia turunkan kepadanya kitab-Nya.

[6] Dari syirk. Atau mendorong mereka berakhlak mulia dan mencegah mereka dari akhlak yang buruk. Oleh karena itu, pengutusan rasul kepada mereka adalah nikmat yang paling besar dan paling agung yang dikaruniakan Allah kepada mereka.

Ayat ini juga sebagai dasar pijakan dalam dakwah tashfiyah wa tarbiyah (membersihkan umat dari segala yang bukan dari Islam dan mendidik umat di atas ajaran Islam yang murni).

[7] Oleh karena itu, setelah ta’lim (pengajaran) dan pembersihan ini mereka (para sahabat) menjadi manusia yang berilmu, bahkan menjadi imam dalam ilmu dan agama, sempurna akhlaknya, paling baik petunjuk dan jalannya. Di samping itu, mereka juga dijadikan standar yang benar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam beragama ketika terjadi perselisihan di zaman setelah Beliau sebagaimana sabdanya:

، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Karena barang siapa yang hidup di antara kamu (setelah ini), maka ia akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kamu berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham, dan jauhilah perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat.“ (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dia berkata, "Hasan shahih.")

[8] Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga memberikan nikmat kepada kaum yang lain selain orang-orang Arab yang datang setelah mereka, dan dari kalangan Ahli Kitab yang belum berhubungan dengan mereka sehingga mereka beriman juga. Bisa juga maksudnya, bahwa mereka belum berhubungan dengan mereka dalam hal keutamaan (belum sampai seperti mereka dalam keutamaan). Dan bisa juga maksudnya, bahwa mereka belum berhubungan dengan mereka dalam hal waktu. Singkatnya, semua makna itu adalah benar, karena mereka yang mendapat kiriman rasul oleh Allah menyaksikan Rasul tersebut dan mengikuti dakwahnya, maka mereka memperoleh keutamaan dan kelebihan yang tidak dicapai oleh yang lain.

[9] Di antara keperkasaan dan kebijaksanaan-Nya adalah Dia tidak membiarkan hamba-hamba-Nya begitu saja, bahkan Dia mengutus rasul kepada mereka, memerintah dan melarang. Yang demikian termasuk karunia Allah yang besar yang Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki, bahkan yang demikian merupakan nikmat-Nya yang paling besar daripada nikmat sehat, rezeki dan nikmat-nikmat duniawi lainnya. Oleh karena itu, tidak ada nikmat yang lebih besar daripada nikmat agama, karena di sanalah letak keberuntungan dan kebahagiaan yang abadi.

[10] Yaitu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang disebutkan bersamanya.

[11] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan nikmat-Nya kepada umat ini, dimana Dia telah mengutus kepada mereka nabi yang ummi (buta huruf) dan telah melebihkan mereka dengan berbagai kelebihan dan keutamaan yang tidak dicapai oleh seorang pun, padahal mereka adalah ummat yang ummi tetapi bisa mengalahkan generasi terdahulu dan yang akan datang, bahkan mengalahkan Ahli Kitab yang menganggap bahwa mereka adalah para ulama rabbani dan para pendeta yang senior, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebutkan bahwa orang-orang yang Allah bebankan kepada mereka kitab Taurat yaitu orang-orang Yahudi, demikian pula orang-orang Nasrani yang Allah bebankan kepada mereka kitab Injil, Dia memerintahkan mereka untuk mempelajari dan mengamalkannya, namun mereka tidak mengamalkannya, maka sesungguhnya mereka tidak memiliki keutamaan apa-apa, bahkan perumpamaan mereka adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab tebal di punggungnya, dimana keledai-keledai itu tidak dapat mengambil faedah dari kitab-kitab itu. Apakah mereka akan mendapatkan keutamaan hanya karena memikul kitab-kitab ilmu ataukah yang mereka dapatkan hanya ‘memikul saja’? Seperti inilah keadaan para ulama Yahudi yang tidak mengamalkan Taurat, yang di antara isinya adalah perintah mengikuti Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kabar gembira tentang kedatangannya dan beriman kepada apa yang dibawanya berupa Al Qur’an. Bukankah yang didapat oleh orang yang seperti ini keadaannya hanyalah kekecewaan, kerugian, dan penegakkan hujjah terhadapnya? Perumpamaan ini sangat sesuai dengan keadaan mereka.

[12] Yakni mengamalkannya.

[13] Maksudnya, tidak mengamalkan isinya, antara lain tidak membenarkan kedatangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

[14] Dalam hal tidak bermanfaatnya kitab-kitab itu baginya.

[15] Yang menunjukkan kebenaran Rasul kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan apa yang dibawanya.

[16] Dia tidak akan memberi petunjuk kepada hal yang bermaslahat bagi mereka selama sifat zalim dan keras kepala masih melekat pada mereka.

[17] Di antara kezaliman orang-orang Yahudi dan keras kepalanya mereka adalah bahwa mereka sudah tahu berada di atas kebatilan namun menyangka di atas kebenaran dan menganggap bahwa diri mereka adalah para wali Allah. Oleh karena itu, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk mengatakan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas.

[18] Karena wali Allah itu lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Ini adalah perintah yang ringan, karena jika mereka mengetahui bahwa mereka berada di atas kebenaran, tentu mereka tidak akan mundur terhadap tantangan ini yang Allah jadikan sebagai dalil atau bukti terhadap kebenarannya.

[19] Bahwa kamu adalah para wali Allah dan bahwa kamu berada di atas kebenaran.

[20] Oleh karena mereka tidak berani melakukannya maka dapat diketahui secara pasti bahwa mereka mengetahui berada di atas kebatilan. Namun demikian, meskipun mereka tidak suka kepada kematian bahkan berusaha melarikan diri darinya, tetapi kematian itu akan datang menimpa mereka sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.

[21] Seperti kafirnya mereka kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

[22] Oleh karena itu, tidak samar bagi-Nya sedikit pun kezaliman mereka.

[23] Yang baik maupun yang buruk.

[24] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin untuk menghadiri shalat Jum’at dan bersegera kepadanya. Maksud bersegera di sini adalah bukan pergi dengan buru-buru, tetapi memperhatikannya dan menjadikannya di atas kesibukan yang lain.

[25] Yaitu melaksanakan shalat Jum’at.

[26] Maksudnya,apabila imam telah naik mimbar dan muazzin telah azan di hari Jum'at, maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalkan semua pekerjaannya.

[27] Daripada sibuk berjual-beli.

[28] Bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal, dan bahwa barang siapa yang mengutamakan dunia di atas akhirat, maka sesungguhnya ia telah rugi dengan kerugian yang hakiki.

[29] Perintah setelah larangan menunjukkan mubah, yakni silahkan bertebaran lagi di bumi untuk mencari rezeki.

[30] Oleh karena kesibukan untuk bekerja dan berdagang biasanya membuat lalai dari mengingat Allah, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk banyak mengingat-Nya.

[31] Baik ketika berdiri, duduk maupun berbaring.

[32] Karena banyak berdzikr merupakan sebab terbesar untuk beruntung.

[33] Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Jabir bin Abdullah ia berkata, “Ketika kami shalat (Jum’at) bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba datang rombongan yang membawa bahan makanan, lalu mereka menoleh kepadanya sehingga tidak ada yang tersisa bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali dua belas orang, maka turunlah ayat ini, “Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhutbah)…dst.” (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim, Tirmidzi dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahih,” diriwayatkan pula oleh Ahmad dan Ibnu Jarir).

Thabari meriwayatkan dengan sanad yang para perawinya adalah para perawi hadits shahih, demikian pula Abu ‘Uwanah dalam shahihnya sebagaimana dikatakan Al Haafizh dalam Al Fat-h juz 3 hal. 76 dari Jabir bin Abdullah ia berkata, “Wanita-wanita gadis apabila mereka menikah, maka mereka lewat dengan iringan tabuhan gendang dan seruling, dan mereka (sebagian kaum muslimin) meninggalkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan berdiri di atas mimbar dan pergi kepadanya, maka Allah menurunkan ayat, “Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya…dst.”

[34] Berupa balasan dan pahala untuk orang yang senantiasa melazimi kebaikan dan menyabarkan dirinya untuk beribadah kepada Tuhannya.

[35] Meskipun sebagian maksud mereka tercapai, namun sangat sedikit sekali dibanding kebaikan akhirat yang luput karena mengutamakannya.

[36] Sabar di atas ketaatan kepada Allah tidaklah menghilangkan rezeki, karena Allah sebaik-baik pemberi rezeki; barang siapa bertakwa kepada Allah, maka ia akan diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

Dalam ayat ini terdapat beberapa faedah:

- Shalat Jum’at wajib bagi seluruh kaum muslimin, mereka juga wajib segera dan mengutamakannya di atas semua kesibukan mereka.

- Dua kali khutbah pada shalat Jum’at wajib dihadiri, karena kata ‘dzikr’ (mengingat Allah) ditafsirkan dengan dua khutbah.

- Disyariatkan mengumandangkan azan Jum’at.

- Larangan jual beli ketika azan Jum’at telah dikumandangkan. Yang demikian, karena hal itu dapat menghilangkan kewajiban dan melalaikan darinya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap perkara meskipun pada asalnya mubah, namun jika sampai melalaikan kewajiban, maka pada saat itu tidak diperbolehkan.

- Perintah untuk menghadiri dua khutbah Jum’at dan celaan bagi orang-orang yang tidak menghadirinya. Termasuk ke dalam bagian ini adalah wajibnya diam mendengarkan khutbah.

- Sepatutnya seorang hamba mendatangi ibadah kepada Allah meskipun ada dorongan dalam jiwa untuk mendatangi permainan, bisnis dan keinginan hawa nafsu serta mengingat kebaikan dan pahala yang Allah janjikan serta mengutamakan keridhaan-Nya daripada hawa nafsunya.

Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.

di 07.18 

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Label: Juz 28, Tafsir Al Jumu'ah

6 komentar:

Ghilang Wahyu Ramadhan5 September 2014 03.02

maaf, bolehkah saya meng-copy paste beberapa bagian dari artikel untuk keperluan tugas sekolah?

Balas

Ghilang Wahyu Ramadhan5 September 2014 03.05

Ralat: "maaf, bolehkah saya meng-copy paste beberapa bagian dari artikel ini untuk keperluan tugas sekolah?"

Balas

Anonim11 Mei 2015 07.05

sangat bermanfaat,TERIMA kasih ya

Balas

Muhammad Sigit Widodo12 Juli 2015 23.21

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Balas

abu nabila20 September 2015 18.15

jazakallah khair

Balas

Rudy Prabowo10 Oktober 2015 12.28

Maaf kalau bisa di kasih bahasa latinnya ya,,nantik kasihan yang gak bisa baca arab mksh

Balas

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Subscribe via email

Bila antum ingin berlangganan artikel tafsir ke email antum, silahkan masukkan alamat email antum di sini:

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Cari Kata Dalam Al Qur'an

Komentar Terbaru

Radio Islam

Tafsir - Berdasarkan Surat

Tafsir 'Abasa (1)Tafsir Ad Dukhaan (4)Tafsir Adh Dhuha (1)Tafsir Adz Dzaariyat(4)Tafsir Al 'Aadiyaat (1)Tafsir Al 'Alaq (1)Tafsir Al 'Ashr (1)Tafsir Al A'laa (1)Tafsir Al A'raaf (16)Tafsir Al Ahqaf (3)Tafsir Al Ahzab (7)Tafsir Al An'aam (15)Tafsir Al Anbiya (9)Tafsir Al Anfaal (6)Tafsir Al Ankabut (6)Tafsir Al Balad (1)Tafsir Al Baqarah (42)Tafsir Al Bayyinah (1)Tafsir Al Buruj (1)Tafsir Al Fajr (1)Tafsir Al Falaq (1)Tafsir Al Fath (3)Tafsir Al Fatihah (1)Tafsir Al Fiil (1)Tafsir Al Furqan (6)Tafsir Al Ghaasyiah(1)Tafsir Al Haaqqah (3)Tafsir Al Hadid (3)Tafsir Al Hajj (6)Tafsir Al Hasyr (3)Tafsir Al Hijr (6)Tafsir Al Hujuraat (2)Tafsir Al Humazah (1)Tafsir Al Ikhlas (1)Tafsir Al Infithaar (1)Tafsir Al Infithar (1)Tafsir Al Insan (3)Tafsir Al Insyiqaq (1)Tafsir Al Insyirah (1)Tafsir Al Isra (8)Tafsir Al Jaatsiyah (3)Tafsir Al Jinn (2)Tafsir Al Jumu'ah (1)Tafsir Al Kaafiruun(1)Tafsir Al Kahfi (9)Tafsir Al Kautsar (1)Tafsir Al Lahab (1)Tafsir Al Lail (1)Tafsir Al Ma'aarij (3)Tafsir Al Maa'uun (1)Tafsir Al Maidah (14)Tafsir Al Mu'min (7)Tafsir Al Mu'minun(8)Tafsir Al Muddatstsir(3)Tafsir Al Mujadilah(2)Tafsir Al Mulk (3)Tafsir Al Mumtahanah (2)Tafsir Al Munafiqun(1)Tafsir Al Mursalat (4)Tafsir Al Muthaffifin(1)Tafsir Al Muzzammil(2)Tafsir Al Qaari'ah (1)Tafsir Al Qadar (1)Tafsir Al Qalam (5)Tafsir Al Qamar (3)Tafsir Al Qashash (6)Tafsir Al Qiyamah (3)Tafsir Al Waqiah (4)Tafsir Al Zalzalah (1)Tafsir Ali Imran (21)Tafsir An Naas (1)Tafsir An Naazi'aat(1)Tafsir An Naba' (1)Tafsir An Nahl (9)Tafsir An Najm (4)Tafsir An Naml (7)Tafsir An Nashr (1)Tafsir An Nisa (26)Tafsir An Nur (6)Tafsir Ar Ra'd (4)Tafsir Ar Rahman (3)Tafsir Ar Ruum (4)Tafsir As Sajdah (2)Tafsir Ash Shaaffaat(8)Tafsir Ash Shaff (1)Tafsir Asy Syams (1)Tafsir Asy Syu'araa(12)Tafsir Asy Syuura (5)Tafsir At Taghaabun(2)Tafsir At Tahrim (1)Tafsir At Takaatsur(1)Tafsir At Takwir (1)Tafsir At Taubah (10)Tafsir At Tiin (1)Tafsir Ath Thalaq (1)Tafsir Ath Thuur (3)Tafsir Az Zukhruf (7)Tafsir Az Zumar (7)Tafsir Fathir (5)Tafsir Fushshilat (5)Tafsir Hud (10)Tafsir Ibrahim (4)Tafsir Juz Amma (36)Tafsir Luqman (3)Tafsir Maryam (7)Tafsir Muhammad (3)Tafsir Nuh (3)Tafsir Qaaf (3)Tafsir Quraisy (1)Tafsir Saba' (4)Tafsir Shaad (6)Tafsir Thaha (8)Tafsir Yasin (7)Tafsir Yunus (9)Tafsir Yusuf (9)

Tafsir - Berdasarkan Juz

Juz 1 (20)Juz 10 (10)Juz 11 (13)Juz 12 (13)Juz 13 (14)Juz 14 (15)Juz 15 (14)Juz 16 (18)Juz 17 (15)Juz 18 (16)Juz 19 (20)Juz 2 (17)Juz 20 (14)Juz 21 (14)Juz 22 (15)Juz 23 (22)Juz 24 (15)Juz 25 (20)Juz 26 (16)Juz 27 (22)Juz 28 (14)Juz 29 (34)Juz 3 (15)Juz 30 (37)Juz 4 (17)Juz 5 (18)Juz 6 (13)Juz 7 (14)Juz 8 (12)Juz 9 (12)

Tulisan Terpopuler

Tafsir Luqman Ayat 12-19

Ayat 12-13: Kisah Luqman yang bijaksana, nasihatnya kepada anaknya tentang pentingnya syukur dan bahaya syirk.   وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَا...

Tafsir Ar Rahman Ayat 1-25

Surah Ar Rahman (Allah Yang Maha Pengasih) Surah ke-55. 78 ayat. Makkiyyah   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama ...

Tafsir Al Mujadilah Ayat 1-11

Surah Al Mujaadilah (Wanita Yang Mengajukan Gugatan) Surah ke-58. 22 ayat. Madaniyyah   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan men...

Tafsir Thaha Ayat 1-16

Surah Thaahaa Surah ke-20. 135 ayat. Makkiyyah   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lag...

Tafsir An Nisa Ayat 22-23

Ayat 22-23: Yang haram dinikahi dan yang halal وَلا تَنْكِحُوا مَا نَكَحَ آبَاؤُكُمْ مِنَ النِّسَاءِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّهُ كَانَ فَا...

Tafsir Al Maidah Ayat 48-56

Ayat 48-50: Al Qur’an membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, menjadi saksi terhadapnya, dan bahwa berhukum dengan Al Qur’an adalah wajib ...

Tafsir Ar Ra’d Ayat 1-11

Surah Ar Ra’d (Guruh) Surah ke-13. 43 ayat. Makkiyyah, ada pula yang mengatakan Madaniyyah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan ...

Tafsir Al Baqarah Ayat 183-187

Ayat 183-187: Pensyariatan puasa dan penjelasan hukum-hukumnya. Demikian pula menerangkan tentang pentingnya puasa, keutamaan bulan Ramadhan...

Tafsir Al Insyirah

Surah Al Insyirah (Melapangkan Dada) Surah ke-94. 8 ayat. Makkiyyah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama Allah Ya...

Tafsir Al Isra Ayat 1-11

Juz 15 Surah Al Israa’ (Memperjalankan Di Malam Hari) Surah ke-17. 111 ayat. Makkiyyah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ...

Arsip Blog

April (166)Maret (211)Februari (43)Januari (93)

Link Bermanfaat

Bahasa Arab & Terjemah MatanKeutamaan Ibnu Taimiyyah

Statistik Pengunjung

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Seluruh artikel dalam website ini boleh disebarluaskan dengan tetap mencantumkan sumber. Diberdayakan oleh Blogger.

ShareThis Copy and Paste

Tafsir Al Quran Al Karim Terjemah Al Qur'an, Tafsir Al Qur'an, Ilmu Al Qur'an, Software Al Qur'an, Ebook Al Qur'an, Tilawah Al Qur'an, Murattal Al Qur'an Beranda Muqaddimah Referensi Daftar Indeks Al Qur'an Download Tafsir Al Qur'an About Us Kamis, 04 April 2013 Tafsir Al Jumu’ah Ayat 1-11 Surah Al Jumu’ah (Shalat Jum’at) Surah ke-62. 11 ayat. Madaniyyah   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ayat 1-4: Penyucian dan pengagungan bagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan bahwa pengutusan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah karunia Allah kepada umat manusia.   يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (١) هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٢) وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٣) ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (٤) Terjemah Surat Al Jumu’ah Ayat 1-4 1. Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah[1]. Maharaja, Yang Mahasuci[2], Yang Mahaperkasa[3] lagi Mahabijaksana[4]. 2. Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf[5] dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka[6] dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata[7], 3. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka[8]. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana[9]. 4. Demikianlah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki[10]; dan Allah memiliki karunia yang besar. Ayat 5-8: Peringatan kepada umat Islam agar jangan seperti orang Yahudi yang tidak mengamalkan isi kitabnya, dan bagaimana mereka (orang-orang Yahudi) menyimpang dari syariat Allah serta memiliki cinta yang berlebihan kepada dunia dan takut mati.   مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (٥) قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٦) وَلا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (٧) قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (٨) Terjemah Surat Al Jumu’ah Ayat 5-8 5. [11]Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat[12], kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya)[13] adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal[14]. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah[15]. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim[16]. 6. [17]Katakanlah (Muhammad), "Wahai orang-orang yang Yahudi! Jika kamu mengira bahwa kamulah kekasih Allah bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu[18], jika kamu orang yang benar[19].” 7. Dan mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selamanya[20] disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri[21]. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim[22]. 8. Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan[23]." Ayat 9-11: Beberapa hukum yang berhubungan dengan shalat Jum’at, seruan kepada kaum mukmin agar bersegera kepadanya dan peringatan kepada mereka agar tidak tersibukkan oleh perniagaan dan permainan. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٩) فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (١٠) وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (١١) Terjemah Surat Al Jumu’ah Ayat 9-11 9. [24]Wahai orang-orang yang beriman! Apabila diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jum'at, maka segeralah kamu mengingat Allah[25] dan tinggalkanlah jual beli[26]. Yang demikian itu lebih baik bagimu[27] jika kamu mengetahui[28]. 10. Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi[29]; carilah karunia Allah [30]dan ingatlah Allah banyak-banyak[31] agar kamu beruntung[32]. 11. [33]Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah, "Apa yang di sisi Allah[34] lebih baik daripada permainan dan perdagangan[35],” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik[36]. [1] Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah, tunduk kepada perintah-Nya dan beribadah kepada-Nya karena Dia Maharaja, dimana milik-Nya alam bagian atas maupun bawah, semua milik-Nya dan di bawah pengaturan-Nya. [2] Dari apa yang tidak layak bagi-Nya dan dari segala kekurangan. [3] Yang menundukkan segala sesuatu. [4] Dalam ciptaan dan perintah-Nya. Sifat-sifat agung yang disebutkan dalam ayat ini mengajak untuk beribadah kepada Allah saja; tidak ada sekutu bagi-Nya. [5] Yaitu bangsa Arab, dimana mereka tidak kenal baca-tulis. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberikan nikmat kepada mereka dengan nikmat yang sangat besar daripada nikmat-Nya kepada selain mereka, karena mereka sebelumnya tidak berilmu dan tidak di atas kebaikan, bahkan mereka berada di atas kesesatan yang nyata; mereka menyembah patung, batu dan pepohonan serta berakhak dengan akhlak binatang, dimana yang kuat memakan yang lemah, bahkan mereka berada dalam kebodohan yang dalam terhadap ilmu para nabi, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutus seorang rasul dari kalangan mereka sendiri yang mereka ketahui nasabnya, sifat-sifatnya yang baik, amanahnya dan kejujurannya dan Dia turunkan kepadanya kitab-Nya. [6] Dari syirk. Atau mendorong mereka berakhlak mulia dan mencegah mereka dari akhlak yang buruk. Oleh karena itu, pengutusan rasul kepada mereka adalah nikmat yang paling besar dan paling agung yang dikaruniakan Allah kepada mereka. Ayat ini juga sebagai dasar pijakan dalam dakwah tashfiyah wa tarbiyah (membersihkan umat dari segala yang bukan dari Islam dan mendidik umat di atas ajaran Islam yang murni). [7] Oleh karena itu, setelah ta’lim (pengajaran) dan pembersihan ini mereka (para sahabat) menjadi manusia yang berilmu, bahkan menjadi imam dalam ilmu dan agama, sempurna akhlaknya, paling baik petunjuk dan jalannya. Di samping itu, mereka juga dijadikan standar yang benar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam beragama ketika terjadi perselisihan di zaman setelah Beliau sebagaimana sabdanya: ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ “Karena barang siapa yang hidup di antara kamu (setelah ini), maka ia akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kamu berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham, dan jauhilah perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat.“ (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dia berkata, "Hasan shahih.") [8] Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga memberikan nikmat kepada kaum yang lain selain orang-orang Arab yang datang setelah mereka, dan dari kalangan Ahli Kitab yang belum berhubungan dengan mereka sehingga mereka beriman juga. Bisa juga maksudnya, bahwa mereka belum berhubungan dengan mereka dalam hal keutamaan (belum sampai seperti mereka dalam keutamaan). Dan bisa juga maksudnya, bahwa mereka belum berhubungan dengan mereka dalam hal waktu. Singkatnya, semua makna itu adalah benar, karena mereka yang mendapat kiriman rasul oleh Allah menyaksikan Rasul tersebut dan mengikuti dakwahnya, maka mereka memperoleh keutamaan dan kelebihan yang tidak dicapai oleh yang lain. [9] Di antara keperkasaan dan kebijaksanaan-Nya adalah Dia tidak membiarkan hamba-hamba-Nya begitu saja, bahkan Dia mengutus rasul kepada mereka, memerintah dan melarang. Yang demikian termasuk karunia Allah yang besar yang Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki, bahkan yang demikian merupakan nikmat-Nya yang paling besar daripada nikmat sehat, rezeki dan nikmat-nikmat duniawi lainnya. Oleh karena itu, tidak ada nikmat yang lebih besar daripada nikmat agama, karena di sanalah letak keberuntungan dan kebahagiaan yang abadi. [10] Yaitu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang disebutkan bersamanya. [11] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan nikmat-Nya kepada umat ini, dimana Dia telah mengutus kepada mereka nabi yang ummi (buta huruf) dan telah melebihkan mereka dengan berbagai kelebihan dan keutamaan yang tidak dicapai oleh seorang pun, padahal mereka adalah ummat yang ummi tetapi bisa mengalahkan generasi terdahulu dan yang akan datang, bahkan mengalahkan Ahli Kitab yang menganggap bahwa mereka adalah para ulama rabbani dan para pendeta yang senior, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebutkan bahwa orang-orang yang Allah bebankan kepada mereka kitab Taurat yaitu orang-orang Yahudi, demikian pula orang-orang Nasrani yang Allah bebankan kepada mereka kitab Injil, Dia memerintahkan mereka untuk mempelajari dan mengamalkannya, namun mereka tidak mengamalkannya, maka sesungguhnya mereka tidak memiliki keutamaan apa-apa, bahkan perumpamaan mereka adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab tebal di punggungnya, dimana keledai-keledai itu tidak dapat mengambil faedah dari kitab-kitab itu. Apakah mereka akan mendapatkan keutamaan hanya karena memikul kitab-kitab ilmu ataukah yang mereka dapatkan hanya ‘memikul saja’? Seperti inilah keadaan para ulama Yahudi yang tidak mengamalkan Taurat, yang di antara isinya adalah perintah mengikuti Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kabar gembira tentang kedatangannya dan beriman kepada apa yang dibawanya berupa Al Qur’an. Bukankah yang didapat oleh orang yang seperti ini keadaannya hanyalah kekecewaan, kerugian, dan penegakkan hujjah terhadapnya? Perumpamaan ini sangat sesuai dengan keadaan mereka. [12] Yakni mengamalkannya. [13] Maksudnya, tidak mengamalkan isinya, antara lain tidak membenarkan kedatangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. [14] Dalam hal tidak bermanfaatnya kitab-kitab itu baginya. [15] Yang menunjukkan kebenaran Rasul kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan apa yang dibawanya. [16] Dia tidak akan memberi petunjuk kepada hal yang bermaslahat bagi mereka selama sifat zalim dan keras kepala masih melekat pada mereka. [17] Di antara kezaliman orang-orang Yahudi dan keras kepalanya mereka adalah bahwa mereka sudah tahu berada di atas kebatilan namun menyangka di atas kebenaran dan menganggap bahwa diri mereka adalah para wali Allah. Oleh karena itu, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk mengatakan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas. [18] Karena wali Allah itu lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Ini adalah perintah yang ringan, karena jika mereka mengetahui bahwa mereka berada di atas kebenaran, tentu mereka tidak akan mundur terhadap tantangan ini yang Allah jadikan sebagai dalil atau bukti terhadap kebenarannya. [19] Bahwa kamu adalah para wali Allah dan bahwa kamu berada di atas kebenaran. [20] Oleh karena mereka tidak berani melakukannya maka dapat diketahui secara pasti bahwa mereka mengetahui berada di atas kebatilan. Namun demikian, meskipun mereka tidak suka kepada kematian bahkan berusaha melarikan diri darinya, tetapi kematian itu akan datang menimpa mereka sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya. [21] Seperti kafirnya mereka kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. [22] Oleh karena itu, tidak samar bagi-Nya sedikit pun kezaliman mereka. [23] Yang baik maupun yang buruk. [24] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin untuk menghadiri shalat Jum’at dan bersegera kepadanya. Maksud bersegera di sini adalah bukan pergi dengan buru-buru, tetapi memperhatikannya dan menjadikannya di atas kesibukan yang lain. [25] Yaitu melaksanakan shalat Jum’at. [26] Maksudnya,apabila imam telah naik mimbar dan muazzin telah azan di hari Jum'at, maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalkan semua pekerjaannya. [27] Daripada sibuk berjual-beli. [28] Bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal, dan bahwa barang siapa yang mengutamakan dunia di atas akhirat, maka sesungguhnya ia telah rugi dengan kerugian yang hakiki. [29] Perintah setelah larangan menunjukkan mubah, yakni silahkan bertebaran lagi di bumi untuk mencari rezeki. [30] Oleh karena kesibukan untuk bekerja dan berdagang biasanya membuat lalai dari mengingat Allah, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk banyak mengingat-Nya. [31] Baik ketika berdiri, duduk maupun berbaring. [32] Karena banyak berdzikr merupakan sebab terbesar untuk beruntung. [33] Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Jabir bin Abdullah ia berkata, “Ketika kami shalat (Jum’at) bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba datang rombongan yang membawa bahan makanan, lalu mereka menoleh kepadanya sehingga tidak ada yang tersisa bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali dua belas orang, maka turunlah ayat ini, “Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhutbah)…dst.” (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim, Tirmidzi dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahih,” diriwayatkan pula oleh Ahmad dan Ibnu Jarir). Thabari meriwayatkan dengan sanad yang para perawinya adalah para perawi hadits shahih, demikian pula Abu ‘Uwanah dalam shahihnya sebagaimana dikatakan Al Haafizh dalam Al Fat-h juz 3 hal. 76 dari Jabir bin Abdullah ia berkata, “Wanita-wanita gadis apabila mereka menikah, maka mereka lewat dengan iringan tabuhan gendang dan seruling, dan mereka (sebagian kaum muslimin) meninggalkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan berdiri di atas mimbar dan pergi kepadanya, maka Allah menurunkan ayat, “Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya…dst.” [34] Berupa balasan dan pahala untuk orang yang senantiasa melazimi kebaikan dan menyabarkan dirinya untuk beribadah kepada Tuhannya. [35] Meskipun sebagian maksud mereka tercapai, namun sangat sedikit sekali dibanding kebaikan akhirat yang luput karena mengutamakannya. [36] Sabar di atas ketaatan kepada Allah tidaklah menghilangkan rezeki, karena Allah sebaik-baik pemberi rezeki; barang siapa bertakwa kepada Allah, maka ia akan diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dalam ayat ini terdapat beberapa faedah: - Shalat Jum’at wajib bagi seluruh kaum muslimin, mereka juga wajib segera dan mengutamakannya di atas semua kesibukan mereka. - Dua kali khutbah pada shalat Jum’at wajib dihadiri, karena kata ‘dzikr’ (mengingat Allah) ditafsirkan dengan dua khutbah. - Disyariatkan mengumandangkan azan Jum’at. - Larangan jual beli ketika azan Jum’at telah dikumandangkan. Yang demikian, karena hal itu dapat menghilangkan kewajiban dan melalaikan darinya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap perkara meskipun pada asalnya mubah, namun jika sampai melalaikan kewajiban, maka pada saat itu tidak diperbolehkan. - Perintah untuk menghadiri dua khutbah Jum’at dan celaan bagi orang-orang yang tidak menghadirinya. Termasuk ke dalam bagian ini adalah wajibnya diam mendengarkan khutbah. - Sepatutnya seorang hamba mendatangi ibadah kepada Allah meskipun ada dorongan dalam jiwa untuk mendatangi permainan, bisnis dan keinginan hawa nafsu serta mengingat kebaikan dan pahala yang Allah janjikan serta mengutamakan keridhaan-Nya daripada hawa nafsunya. Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin. di 07.18 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest Label: Juz 28, Tafsir Al Jumu'ah 6 komentar: Ghilang Wahyu Ramadhan5 September 2014 03.02 maaf, bolehkah saya meng-copy paste beberapa bagian dari artikel untuk keperluan tugas sekolah? Balas Ghilang Wahyu Ramadhan5 September 2014 03.05 Ralat: "maaf, bolehkah saya meng-copy paste beberapa bagian dari artikel ini untuk keperluan tugas sekolah?" Balas Anonim11 Mei 2015 07.05 sangat bermanfaat,TERIMA kasih ya Balas Muhammad Sigit Widodo12 Juli 2015 23.21 Komentar ini telah dihapus oleh pengarang. Balas abu nabila20 September 2015 18.15 jazakallah khair Balas Rudy Prabowo10 Oktober 2015 12.28 Maaf kalau bisa di kasih bahasa latinnya ya,,nantik kasihan yang gak bisa baca arab mksh Balas Link ke posting ini Buat sebuah Link Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Posting Komentar (Atom) Subscribe via email Bila antum ingin berlangganan artikel tafsir ke email antum, silahkan masukkan alamat email antum di sini: Enter your email address: Delivered by FeedBurner Cari Kata Dalam Al Qur'an Komentar Terbaru Radio Islam Tafsir - Berdasarkan Surat Tafsir 'Abasa (1) Tafsir Ad Dukhaan (4) Tafsir Adh Dhuha (1) Tafsir Adz Dzaariyat (4) Tafsir Al 'Aadiyaat (1) Tafsir Al 'Alaq (1) Tafsir Al 'Ashr (1) Tafsir Al A'laa (1) Tafsir Al A'raaf (16) Tafsir Al Ahqaf (3) Tafsir Al Ahzab (7) Tafsir Al An'aam (15) Tafsir Al Anbiya (9) Tafsir Al Anfaal (6) Tafsir Al Ankabut (6) Tafsir Al Balad (1) Tafsir Al Baqarah (42) Tafsir Al Bayyinah (1) Tafsir Al Buruj (1) Tafsir Al Fajr (1) Tafsir Al Falaq (1) Tafsir Al Fath (3) Tafsir Al Fatihah (1) Tafsir Al Fiil (1) Tafsir Al Furqan (6) Tafsir Al Ghaasyiah (1) Tafsir Al Haaqqah (3) Tafsir Al Hadid (3) Tafsir Al Hajj (6) Tafsir Al Hasyr (3) Tafsir Al Hijr (6) Tafsir Al Hujuraat (2) Tafsir Al Humazah (1) Tafsir Al Ikhlas (1) Tafsir Al Infithaar (1) Tafsir Al Infithar (1) Tafsir Al Insan (3) Tafsir Al Insyiqaq (1) Tafsir Al Insyirah (1) Tafsir Al Isra (8) Tafsir Al Jaatsiyah (3) Tafsir Al Jinn (2) Tafsir Al Jumu'ah (1) Tafsir Al Kaafiruun (1) Tafsir Al Kahfi (9) Tafsir Al Kautsar (1) Tafsir Al Lahab (1) Tafsir Al Lail (1) Tafsir Al Ma'aarij (3) Tafsir Al Maa'uun (1) Tafsir Al Maidah (14) Tafsir Al Mu'min (7) Tafsir Al Mu'minun (8) Tafsir Al Muddatstsir (3) Tafsir Al Mujadilah (2) Tafsir Al Mulk (3) Tafsir Al Mumtahanah (2) Tafsir Al Munafiqun (1) Tafsir Al Mursalat (4) Tafsir Al Muthaffifin (1) Tafsir Al Muzzammil (2) Tafsir Al Qaari'ah (1) Tafsir Al Qadar (1) Tafsir Al Qalam (5) Tafsir Al Qamar (3) Tafsir Al Qashash (6) Tafsir Al Qiyamah (3) Tafsir Al Waqiah (4) Tafsir Al Zalzalah (1) Tafsir Ali Imran (21) Tafsir An Naas (1) Tafsir An Naazi'aat (1) Tafsir An Naba' (1) Tafsir An Nahl (9) Tafsir An Najm (4) Tafsir An Naml (7) Tafsir An Nashr (1) Tafsir An Nisa (26) Tafsir An Nur (6) Tafsir Ar Ra'd (4) Tafsir Ar Rahman (3) Tafsir Ar Ruum (4) Tafsir As Sajdah (2) Tafsir Ash Shaaffaat (8) Tafsir Ash Shaff (1) Tafsir Asy Syams (1) Tafsir Asy Syu'araa (12) Tafsir Asy Syuura (5) Tafsir At Taghaabun (2) Tafsir At Tahrim (1) Tafsir At Takaatsur (1) Tafsir At Takwir (1) Tafsir At Taubah (10) Tafsir At Tiin (1) Tafsir Ath Thalaq (1) Tafsir Ath Thuur (3) Tafsir Az Zukhruf (7) Tafsir Az Zumar (7) Tafsir Fathir (5) Tafsir Fushshilat (5) Tafsir Hud (10) Tafsir Ibrahim (4) Tafsir Juz Amma (36) Tafsir Luqman (3) Tafsir Maryam (7) Tafsir Muhammad (3) Tafsir Nuh (3) Tafsir Qaaf (3) Tafsir Quraisy (1) Tafsir Saba' (4) Tafsir Shaad (6) Tafsir Thaha (8) Tafsir Yasin (7) Tafsir Yunus (9) Tafsir Yusuf (9) Tafsir - Berdasarkan Juz Juz 1 (20) Juz 10 (10) Juz 11 (13) Juz 12 (13) Juz 13 (14) Juz 14 (15) Juz 15 (14) Juz 16 (18) Juz 17 (15) Juz 18 (16) Juz 19 (20) Juz 2 (17) Juz 20 (14) Juz 21 (14) Juz 22 (15) Juz 23 (22) Juz 24 (15) Juz 25 (20) Juz 26 (16) Juz 27 (22) Juz 28 (14) Juz 29 (34) Juz 3 (15) Juz 30 (37) Juz 4 (17) Juz 5 (18) Juz 6 (13) Juz 7 (14) Juz 8 (12) Juz 9 (12) Tulisan Terpopuler Tafsir Luqman Ayat 12-19 Ayat 12-13: Kisah Luqman yang bijaksana, nasihatnya kepada anaknya tentang pentingnya syukur dan bahaya syirk.   وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَا... Tafsir Ar Rahman Ayat 1-25 Surah Ar Rahman (Allah Yang Maha Pengasih) Surah ke-55. 78 ayat. Makkiyyah   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama ... Tafsir Al Mujadilah Ayat 1-11 Surah Al Mujaadilah (Wanita Yang Mengajukan Gugatan) Surah ke-58. 22 ayat. Madaniyyah   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan men... Tafsir Thaha Ayat 1-16 Surah Thaahaa Surah ke-20. 135 ayat. Makkiyyah   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lag... Tafsir An Nisa Ayat 22-23 Ayat 22-23: Yang haram dinikahi dan yang halal وَلا تَنْكِحُوا مَا نَكَحَ آبَاؤُكُمْ مِنَ النِّسَاءِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّهُ كَانَ فَا... Tafsir Al Maidah Ayat 48-56 Ayat 48-50: Al Qur’an membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, menjadi saksi terhadapnya, dan bahwa berhukum dengan Al Qur’an adalah wajib ... Tafsir Ar Ra’d Ayat 1-11 Surah Ar Ra’d (Guruh) Surah ke-13. 43 ayat. Makkiyyah, ada pula yang mengatakan Madaniyyah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan ... Tafsir Al Baqarah Ayat 183-187 Ayat 183-187: Pensyariatan puasa dan penjelasan hukum-hukumnya. Demikian pula menerangkan tentang pentingnya puasa, keutamaan bulan Ramadhan... Tafsir Al Insyirah Surah Al Insyirah (Melapangkan Dada) Surah ke-94. 8 ayat. Makkiyyah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama Allah Ya... Tafsir Al Isra Ayat 1-11 Juz 15 Surah Al Israa’ (Memperjalankan Di Malam Hari) Surah ke-17. 111 ayat. Makkiyyah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ... Arsip Blog April (166) Maret (211) Februari (43) Januari (93) Link Bermanfaat Bahasa Arab & Terjemah Matan Keutamaan Ibnu Taimiyyah Statistik Pengunjung Ada kesalahan di dalam gadget ini Seluruh artikel dalam website ini boleh disebarluaskan dengan tetap mencantumkan sumber. Diberdayakan oleh Blogger. Tafsir Al Quran Al Karim Terjemah Al Qur'an, Tafsir Al Qur'an, Ilmu Al Qur'an, Software Al Qur'an, Ebook Al Qur'an, Tilawah Al Qur'an, Murattal Al Qur'an Beranda Muqaddimah Referensi Daftar Indeks Al Qur'an Download Tafsir Al Qur'an About Us Kamis, 04 April 2013 Tafsir Al Jumu’ah Ayat 1-11 Surah Al Jumu’ah (Shalat Jum’at) Surah ke-62. 11 ayat. Madaniyyah   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ayat 1-4: Penyucian dan pengagungan bagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan bahwa pengutusan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah karunia Allah kepada umat manusia.   يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (١) هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٢) وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (٣) ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (٤) Terjemah Surat Al Jumu’ah Ayat 1-4 1. Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah[1]. Maharaja, Yang Mahasuci[2], Yang Mahaperkasa[3] lagi Mahabijaksana[4]. 2. Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf[5] dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka[6] dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata[7], 3. dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka[8]. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana[9]. 4. Demikianlah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki[10]; dan Allah memiliki karunia yang besar. Ayat 5-8: Peringatan kepada umat Islam agar jangan seperti orang Yahudi yang tidak mengamalkan isi kitabnya, dan bagaimana mereka (orang-orang Yahudi) menyimpang dari syariat Allah serta memiliki cinta yang berlebihan kepada dunia dan takut mati.   مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (٥) قُلْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ هَادُوا إِنْ زَعَمْتُمْ أَنَّكُمْ أَوْلِيَاءُ لِلَّهِ مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٦) وَلا يَتَمَنَّوْنَهُ أَبَدًا بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (٧) قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (٨) Terjemah Surat Al Jumu’ah Ayat 5-8 5. [11]Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat[12], kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya)[13] adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal[14]. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah[15]. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim[16]. 6. [17]Katakanlah (Muhammad), "Wahai orang-orang yang Yahudi! Jika kamu mengira bahwa kamulah kekasih Allah bukan orang-orang yang lain, maka harapkanlah kematianmu[18], jika kamu orang yang benar[19].” 7. Dan mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selamanya[20] disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri[21]. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim[22]. 8. Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan[23]." Ayat 9-11: Beberapa hukum yang berhubungan dengan shalat Jum’at, seruan kepada kaum mukmin agar bersegera kepadanya dan peringatan kepada mereka agar tidak tersibukkan oleh perniagaan dan permainan. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٩) فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (١٠) وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (١١) Terjemah Surat Al Jumu’ah Ayat 9-11 9. [24]Wahai orang-orang yang beriman! Apabila diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jum'at, maka segeralah kamu mengingat Allah[25] dan tinggalkanlah jual beli[26]. Yang demikian itu lebih baik bagimu[27] jika kamu mengetahui[28]. 10. Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi[29]; carilah karunia Allah [30]dan ingatlah Allah banyak-banyak[31] agar kamu beruntung[32]. 11. [33]Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah, "Apa yang di sisi Allah[34] lebih baik daripada permainan dan perdagangan[35],” dan Allah pemberi rezeki yang terbaik[36]. [1] Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah, tunduk kepada perintah-Nya dan beribadah kepada-Nya karena Dia Maharaja, dimana milik-Nya alam bagian atas maupun bawah, semua milik-Nya dan di bawah pengaturan-Nya. [2] Dari apa yang tidak layak bagi-Nya dan dari segala kekurangan. [3] Yang menundukkan segala sesuatu. [4] Dalam ciptaan dan perintah-Nya. Sifat-sifat agung yang disebutkan dalam ayat ini mengajak untuk beribadah kepada Allah saja; tidak ada sekutu bagi-Nya. [5] Yaitu bangsa Arab, dimana mereka tidak kenal baca-tulis. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberikan nikmat kepada mereka dengan nikmat yang sangat besar daripada nikmat-Nya kepada selain mereka, karena mereka sebelumnya tidak berilmu dan tidak di atas kebaikan, bahkan mereka berada di atas kesesatan yang nyata; mereka menyembah patung, batu dan pepohonan serta berakhak dengan akhlak binatang, dimana yang kuat memakan yang lemah, bahkan mereka berada dalam kebodohan yang dalam terhadap ilmu para nabi, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutus seorang rasul dari kalangan mereka sendiri yang mereka ketahui nasabnya, sifat-sifatnya yang baik, amanahnya dan kejujurannya dan Dia turunkan kepadanya kitab-Nya. [6] Dari syirk. Atau mendorong mereka berakhlak mulia dan mencegah mereka dari akhlak yang buruk. Oleh karena itu, pengutusan rasul kepada mereka adalah nikmat yang paling besar dan paling agung yang dikaruniakan Allah kepada mereka. Ayat ini juga sebagai dasar pijakan dalam dakwah tashfiyah wa tarbiyah (membersihkan umat dari segala yang bukan dari Islam dan mendidik umat di atas ajaran Islam yang murni). [7] Oleh karena itu, setelah ta’lim (pengajaran) dan pembersihan ini mereka (para sahabat) menjadi manusia yang berilmu, bahkan menjadi imam dalam ilmu dan agama, sempurna akhlaknya, paling baik petunjuk dan jalannya. Di samping itu, mereka juga dijadikan standar yang benar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam beragama ketika terjadi perselisihan di zaman setelah Beliau sebagaimana sabdanya: ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كًثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ “Karena barang siapa yang hidup di antara kamu (setelah ini), maka ia akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kamu berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham, dan jauhilah perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat.“ (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dia berkata, "Hasan shahih.") [8] Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga memberikan nikmat kepada kaum yang lain selain orang-orang Arab yang datang setelah mereka, dan dari kalangan Ahli Kitab yang belum berhubungan dengan mereka sehingga mereka beriman juga. Bisa juga maksudnya, bahwa mereka belum berhubungan dengan mereka dalam hal keutamaan (belum sampai seperti mereka dalam keutamaan). Dan bisa juga maksudnya, bahwa mereka belum berhubungan dengan mereka dalam hal waktu. Singkatnya, semua makna itu adalah benar, karena mereka yang mendapat kiriman rasul oleh Allah menyaksikan Rasul tersebut dan mengikuti dakwahnya, maka mereka memperoleh keutamaan dan kelebihan yang tidak dicapai oleh yang lain. [9] Di antara keperkasaan dan kebijaksanaan-Nya adalah Dia tidak membiarkan hamba-hamba-Nya begitu saja, bahkan Dia mengutus rasul kepada mereka, memerintah dan melarang. Yang demikian termasuk karunia Allah yang besar yang Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki, bahkan yang demikian merupakan nikmat-Nya yang paling besar daripada nikmat sehat, rezeki dan nikmat-nikmat duniawi lainnya. Oleh karena itu, tidak ada nikmat yang lebih besar daripada nikmat agama, karena di sanalah letak keberuntungan dan kebahagiaan yang abadi. [10] Yaitu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang disebutkan bersamanya. [11] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan nikmat-Nya kepada umat ini, dimana Dia telah mengutus kepada mereka nabi yang ummi (buta huruf) dan telah melebihkan mereka dengan berbagai kelebihan dan keutamaan yang tidak dicapai oleh seorang pun, padahal mereka adalah ummat yang ummi tetapi bisa mengalahkan generasi terdahulu dan yang akan datang, bahkan mengalahkan Ahli Kitab yang menganggap bahwa mereka adalah para ulama rabbani dan para pendeta yang senior, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebutkan bahwa orang-orang yang Allah bebankan kepada mereka kitab Taurat yaitu orang-orang Yahudi, demikian pula orang-orang Nasrani yang Allah bebankan kepada mereka kitab Injil, Dia memerintahkan mereka untuk mempelajari dan mengamalkannya, namun mereka tidak mengamalkannya, maka sesungguhnya mereka tidak memiliki keutamaan apa-apa, bahkan perumpamaan mereka adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab tebal di punggungnya, dimana keledai-keledai itu tidak dapat mengambil faedah dari kitab-kitab itu. Apakah mereka akan mendapatkan keutamaan hanya karena memikul kitab-kitab ilmu ataukah yang mereka dapatkan hanya ‘memikul saja’? Seperti inilah keadaan para ulama Yahudi yang tidak mengamalkan Taurat, yang di antara isinya adalah perintah mengikuti Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kabar gembira tentang kedatangannya dan beriman kepada apa yang dibawanya berupa Al Qur’an. Bukankah yang didapat oleh orang yang seperti ini keadaannya hanyalah kekecewaan, kerugian, dan penegakkan hujjah terhadapnya? Perumpamaan ini sangat sesuai dengan keadaan mereka. [12] Yakni mengamalkannya. [13] Maksudnya, tidak mengamalkan isinya, antara lain tidak membenarkan kedatangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. [14] Dalam hal tidak bermanfaatnya kitab-kitab itu baginya. [15] Yang menunjukkan kebenaran Rasul kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan apa yang dibawanya. [16] Dia tidak akan memberi petunjuk kepada hal yang bermaslahat bagi mereka selama sifat zalim dan keras kepala masih melekat pada mereka. [17] Di antara kezaliman orang-orang Yahudi dan keras kepalanya mereka adalah bahwa mereka sudah tahu berada di atas kebatilan namun menyangka di atas kebenaran dan menganggap bahwa diri mereka adalah para wali Allah. Oleh karena itu, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk mengatakan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas. [18] Karena wali Allah itu lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Ini adalah perintah yang ringan, karena jika mereka mengetahui bahwa mereka berada di atas kebenaran, tentu mereka tidak akan mundur terhadap tantangan ini yang Allah jadikan sebagai dalil atau bukti terhadap kebenarannya. [19] Bahwa kamu adalah para wali Allah dan bahwa kamu berada di atas kebenaran. [20] Oleh karena mereka tidak berani melakukannya maka dapat diketahui secara pasti bahwa mereka mengetahui berada di atas kebatilan. Namun demikian, meskipun mereka tidak suka kepada kematian bahkan berusaha melarikan diri darinya, tetapi kematian itu akan datang menimpa mereka sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya. [21] Seperti kafirnya mereka kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. [22] Oleh karena itu, tidak samar bagi-Nya sedikit pun kezaliman mereka. [23] Yang baik maupun yang buruk. [24] Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin untuk menghadiri shalat Jum’at dan bersegera kepadanya. Maksud bersegera di sini adalah bukan pergi dengan buru-buru, tetapi memperhatikannya dan menjadikannya di atas kesibukan yang lain. [25] Yaitu melaksanakan shalat Jum’at. [26] Maksudnya,apabila imam telah naik mimbar dan muazzin telah azan di hari Jum'at, maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalkan semua pekerjaannya. [27] Daripada sibuk berjual-beli. [28] Bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal, dan bahwa barang siapa yang mengutamakan dunia di atas akhirat, maka sesungguhnya ia telah rugi dengan kerugian yang hakiki. [29] Perintah setelah larangan menunjukkan mubah, yakni silahkan bertebaran lagi di bumi untuk mencari rezeki. [30] Oleh karena kesibukan untuk bekerja dan berdagang biasanya membuat lalai dari mengingat Allah, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk banyak mengingat-Nya. [31] Baik ketika berdiri, duduk maupun berbaring. [32] Karena banyak berdzikr merupakan sebab terbesar untuk beruntung. [33] Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Jabir bin Abdullah ia berkata, “Ketika kami shalat (Jum’at) bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba datang rombongan yang membawa bahan makanan, lalu mereka menoleh kepadanya sehingga tidak ada yang tersisa bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali dua belas orang, maka turunlah ayat ini, “Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhutbah)…dst.” (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim, Tirmidzi dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahih,” diriwayatkan pula oleh Ahmad dan Ibnu Jarir). Thabari meriwayatkan dengan sanad yang para perawinya adalah para perawi hadits shahih, demikian pula Abu ‘Uwanah dalam shahihnya sebagaimana dikatakan Al Haafizh dalam Al Fat-h juz 3 hal. 76 dari Jabir bin Abdullah ia berkata, “Wanita-wanita gadis apabila mereka menikah, maka mereka lewat dengan iringan tabuhan gendang dan seruling, dan mereka (sebagian kaum muslimin) meninggalkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam keadaan berdiri di atas mimbar dan pergi kepadanya, maka Allah menurunkan ayat, “Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan, mereka segera menuju kepadanya…dst.” [34] Berupa balasan dan pahala untuk orang yang senantiasa melazimi kebaikan dan menyabarkan dirinya untuk beribadah kepada Tuhannya. [35] Meskipun sebagian maksud mereka tercapai, namun sangat sedikit sekali dibanding kebaikan akhirat yang luput karena mengutamakannya. [36] Sabar di atas ketaatan kepada Allah tidaklah menghilangkan rezeki, karena Allah sebaik-baik pemberi rezeki; barang siapa bertakwa kepada Allah, maka ia akan diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dalam ayat ini terdapat beberapa faedah: - Shalat Jum’at wajib bagi seluruh kaum muslimin, mereka juga wajib segera dan mengutamakannya di atas semua kesibukan mereka. - Dua kali khutbah pada shalat Jum’at wajib dihadiri, karena kata ‘dzikr’ (mengingat Allah) ditafsirkan dengan dua khutbah. - Disyariatkan mengumandangkan azan Jum’at. - Larangan jual beli ketika azan Jum’at telah dikumandangkan. Yang demikian, karena hal itu dapat menghilangkan kewajiban dan melalaikan darinya. Hal ini menunjukkan bahwa setiap perkara meskipun pada asalnya mubah, namun jika sampai melalaikan kewajiban, maka pada saat itu tidak diperbolehkan. - Perintah untuk menghadiri dua khutbah Jum’at dan celaan bagi orang-orang yang tidak menghadirinya. Termasuk ke dalam bagian ini adalah wajibnya diam mendengarkan khutbah. - Sepatutnya seorang hamba mendatangi ibadah kepada Allah meskipun ada dorongan dalam jiwa untuk mendatangi permainan, bisnis dan keinginan hawa nafsu serta mengingat kebaikan dan pahala yang Allah janjikan serta mengutamakan keridhaan-Nya daripada hawa nafsunya. Selesai dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillahi Rabbil ‘aalamiin. di 07.18 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest Label: Juz 28, Tafsir Al Jumu'ah 6 komentar: Ghilang Wahyu Ramadhan5 September 2014 03.02 maaf, bolehkah saya meng-copy paste beberapa bagian dari artikel untuk keperluan tugas sekolah? Balas Ghilang Wahyu Ramadhan5 September 2014 03.05 Ralat: "maaf, bolehkah saya meng-copy paste beberapa bagian dari artikel ini untuk keperluan tugas sekolah?" Balas Anonim11 Mei 2015 07.05 sangat bermanfaat,TERIMA kasih ya Balas Muhammad Sigit Widodo12 Juli 2015 23.21 Komentar ini telah dihapus oleh pengarang. Balas abu nabila20 September 2015 18.15 jazakallah khair Balas Rudy Prabowo10 Oktober 2015 12.28 Maaf kalau bisa di kasih bahasa latinnya ya,,nantik kasihan yang gak bisa baca arab mksh Balas Link ke posting ini Buat sebuah Link Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Posting Komentar (Atom) Subscribe via email Bila antum ingin berlangganan artikel tafsir ke email antum, silahkan masukkan alamat email antum di sini: Enter your email address: Delivered by FeedBurner Cari Kata Dalam Al Qur'an Komentar Terbaru Radio Islam Tafsir - Berdasarkan Surat Tafsir 'Abasa (1) Tafsir Ad Dukhaan (4) Tafsir Adh Dhuha (1) Tafsir Adz Dzaariyat (4) Tafsir Al 'Aadiyaat (1) Tafsir Al 'Alaq (1) Tafsir Al 'Ashr (1) Tafsir Al A'laa (1) Tafsir Al A'raaf (16) Tafsir Al Ahqaf (3) Tafsir Al Ahzab (7) Tafsir Al An'aam (15) Tafsir Al Anbiya (9) Tafsir Al Anfaal (6) Tafsir Al Ankabut (6) Tafsir Al Balad (1) Tafsir Al Baqarah (42) Tafsir Al Bayyinah (1) Tafsir Al Buruj (1) Tafsir Al Fajr (1) Tafsir Al Falaq (1) Tafsir Al Fath (3) Tafsir Al Fatihah (1) Tafsir Al Fiil (1) Tafsir Al Furqan (6) Tafsir Al Ghaasyiah (1) Tafsir Al Haaqqah (3) Tafsir Al Hadid (3) Tafsir Al Hajj (6) Tafsir Al Hasyr (3) Tafsir Al Hijr (6) Tafsir Al Hujuraat (2) Tafsir Al Humazah (1) Tafsir Al Ikhlas (1) Tafsir Al Infithaar (1) Tafsir Al Infithar (1) Tafsir Al Insan (3) Tafsir Al Insyiqaq (1) Tafsir Al Insyirah (1) Tafsir Al Isra (8) Tafsir Al Jaatsiyah (3) Tafsir Al Jinn (2) Tafsir Al Jumu'ah (1) Tafsir Al Kaafiruun (1) Tafsir Al Kahfi (9) Tafsir Al Kautsar (1) Tafsir Al Lahab (1) Tafsir Al Lail (1) Tafsir Al Ma'aarij (3) Tafsir Al Maa'uun (1) Tafsir Al Maidah (14) Tafsir Al Mu'min (7) Tafsir Al Mu'minun (8) Tafsir Al Muddatstsir (3) Tafsir Al Mujadilah (2) Tafsir Al Mulk (3) Tafsir Al Mumtahanah (2) Tafsir Al Munafiqun (1) Tafsir Al Mursalat (4) Tafsir Al Muthaffifin (1) Tafsir Al Muzzammil (2) Tafsir Al Qaari'ah (1) Tafsir Al Qadar (1) Tafsir Al Qalam (5) Tafsir Al Qamar (3) Tafsir Al Qashash (6) Tafsir Al Qiyamah (3) Tafsir Al Waqiah (4) Tafsir Al Zalzalah (1) Tafsir Ali Imran (21) Tafsir An Naas (1) Tafsir An Naazi'aat (1) Tafsir An Naba' (1) Tafsir An Nahl (9) Tafsir An Najm (4) Tafsir An Naml (7) Tafsir An Nashr (1) Tafsir An Nisa (26) Tafsir An Nur (6) Tafsir Ar Ra'd (4) Tafsir Ar Rahman (3) Tafsir Ar Ruum (4) Tafsir As Sajdah (2) Tafsir Ash Shaaffaat (8) Tafsir Ash Shaff (1) Tafsir Asy Syams (1) Tafsir Asy Syu'araa (12) Tafsir Asy Syuura (5) Tafsir At Taghaabun (2) Tafsir At Tahrim (1) Tafsir At Takaatsur (1) Tafsir At Takwir (1) Tafsir At Taubah (10) Tafsir At Tiin (1) Tafsir Ath Thalaq (1) Tafsir Ath Thuur (3) Tafsir Az Zukhruf (7) Tafsir Az Zumar (7) Tafsir Fathir (5) Tafsir Fushshilat (5) Tafsir Hud (10) Tafsir Ibrahim (4) Tafsir Juz Amma (36) Tafsir Luqman (3) Tafsir Maryam (7) Tafsir Muhammad (3) Tafsir Nuh (3) Tafsir Qaaf (3) Tafsir Quraisy (1) Tafsir Saba' (4) Tafsir Shaad (6) Tafsir Thaha (8) Tafsir Yasin (7) Tafsir Yunus (9) Tafsir Yusuf (9) Tafsir - Berdasarkan Juz Juz 1 (20) Juz 10 (10) Juz 11 (13) Juz 12 (13) Juz 13 (14) Juz 14 (15) Juz 15 (14) Juz 16 (18) Juz 17 (15) Juz 18 (16) Juz 19 (20) Juz 2 (17) Juz 20 (14) Juz 21 (14) Juz 22 (15) Juz 23 (22) Juz 24 (15) Juz 25 (20) Juz 26 (16) Juz 27 (22) Juz 28 (14) Juz 29 (34) Juz 3 (15) Juz 30 (37) Juz 4 (17) Juz 5 (18) Juz 6 (13) Juz 7 (14) Juz 8 (12) Juz 9 (12) Tulisan Terpopuler Tafsir Luqman Ayat 12-19 Ayat 12-13: Kisah Luqman yang bijaksana, nasihatnya kepada anaknya tentang pentingnya syukur dan bahaya syirk.   وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَا... Tafsir Ar Rahman Ayat 1-25 Surah Ar Rahman (Allah Yang Maha Pengasih) Surah ke-55. 78 ayat. Makkiyyah   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama ... Tafsir Al Mujadilah Ayat 1-11 Surah Al Mujaadilah (Wanita Yang Mengajukan Gugatan) Surah ke-58. 22 ayat. Madaniyyah   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan men... Tafsir Thaha Ayat 1-16 Surah Thaahaa Surah ke-20. 135 ayat. Makkiyyah   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lag... Tafsir An Nisa Ayat 22-23 Ayat 22-23: Yang haram dinikahi dan yang halal وَلا تَنْكِحُوا مَا نَكَحَ آبَاؤُكُمْ مِنَ النِّسَاءِ إِلا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّهُ كَانَ فَا... Tafsir Al Maidah Ayat 48-56 Ayat 48-50: Al Qur’an membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya, menjadi saksi terhadapnya, dan bahwa berhukum dengan Al Qur’an adalah wajib ... Tafsir Ar Ra’d Ayat 1-11 Surah Ar Ra’d (Guruh) Surah ke-13. 43 ayat. Makkiyyah, ada pula yang mengatakan Madaniyyah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan ... Tafsir Al Baqarah Ayat 183-187 Ayat 183-187: Pensyariatan puasa dan penjelasan hukum-hukumnya. Demikian pula menerangkan tentang pentingnya puasa, keutamaan bulan Ramadhan... Tafsir Al Insyirah Surah Al Insyirah (Melapangkan Dada) Surah ke-94. 8 ayat. Makkiyyah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama Allah Ya... Tafsir Al Isra Ayat 1-11 Juz 15 Surah Al Israa’ (Memperjalankan Di Malam Hari) Surah ke-17. 111 ayat. Makkiyyah بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ...

#ypi #yayasanprogressinsani #sekolahalam #sekolahalambogor #salambogor #bogor #kotabogor #inspirasi #motivasi #ulasan #kultum #ceramah #kisah #berbagi #islam