Senin spirit #2
Senin, 20 Oktober 2014
Ruang Kepala Sekolah SM
Wangsit Prabu Siliwangi
Teman-teman pernah mendengar kisah
Kean Santang? Putra dari Prabu Siliwangi yang seringkali kisah diceritakan oleh
banyak sumber. Bahkan ada kepentingan tertentu sehingga dijadikan sinetron di
televisi.
Kali ini, bukan Kean Santangnya yang
kami ceritakan, melainkan ayahnya yang merupakan seorang Raja yang amat sangat
terkenal. Beliau adalah Prabu Siliwangi. Tidak sedikit kisah yang dapat kita
pelajari darinya, termasuk “Wangsit Prabu Siliwangi” yang akan kita bahas hari
ini. Cekidot!
***
Wangsit itu seperti siloka, seperti
sebuah sayembara yang diumumkan, akan terlaksana apabila ada partisipan yang
mau mengikuti seloka tersebut dan berhasil melaksanakannya/mewujudkannya. Prabu
Siliwangi pernah memberikan wangsit dalam berupa tulisan (bisa kita cari di
google), terkait kronologi kejadian yang terjadi di negeri kita Indonesia,
meskipun wangsit ini dibuatnya berabad-abad yang lalu.
Raja Padjadjaran tersebut pernah
mengatakan bahwa peradaban yang sangat besar berkemungkinan akan dikuasi
kembali oleh orang berjenggot (muslim) dan angon (mencintai lingkungannya). Ucapan
ini seperti janji Allah swt. yang tertulis pada surat An-Nur (24) ayat 55 yang
berbunyi:
55. dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan
Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang fasik.
“Entah siapapun orangnya, kita yakin bahwa Islam akan
memenangkan kembali kejayaannya seperti tahun-tahun yang lalu.”
Wangsit Prabui Siliwangi merupakan
sebuah “manuskrip yang ghaib” akan tetapi tafsir pembahasannya rasional dan
menantang. Tetap fokus kita pada Al-Qur’an dan Hadist/Sunnah sebagai landasan,
akan tetapi wangsit ini justru memperjelas dan menambah keyakinan kita terhadap
kejayaan itu “kalau tidak dijemput, kita gak
tau bakal bagaimana.”
Tatar Padjadjaran yang diceritakan
dalam wangsit ini, tidak hanya untuk daerah Sunda, bisa jadi dari suku lain
yang masih berada didaratan Nusantara (Indonesia). Hanya saja saat ini masyarakat
Indonesia sedang di nina-bobokan dengan perkembangan zaman yang dikuasai oleh
budaya barat. “Kamalinaan” (keterlaluan) kalau seluruh masyarakat di Indonesia
tidak ada yang menyanggupi isi dari wangsit untuk menjadi pemimpin peradaban
baru yang lebih baik.
“Suatu saat akan datang budak jenggotan dan angon…”
Mimpi-semangat mimpi jangan pernah
kita ragukan kekuatannya. Muhammad Al-Fatih yang mampu menguasai Konstantinopel
pada abad 14 merupakan perwujudan nyata dari sebuah mimpi yang selalu
diceritakan orang-orang selama 400 tahun lamanya (turun temurun sampai 7
turunan).
Menjadi utusan/tokoh utama yang saat
itu belum pernah ada yang mencoba melakukan penguasaan ke Konstantinopel
disebabkan tidak adanya satupun penguasa yang berani untuk dapat merealisasikan
mimpi tersebut, sehingga Al-Fatih turun tangan dengan berlatih keras dan bekal
yang tidak sedikit (latihan terus-menerus). Meskipun pada awalnya banyak yang
menghujat (karena perasaan mustahil untuk menguasai jazirah Arab, Persia dan
Romawi), akhirnya semua orang bungkam karena pembuktian yang dilakukan Al-Fatih.
***
Bagaimana cara kita mewujudkan/mengembalikan kejayaan Islam?
Zaman sekarang, diantara miliyaran
orang didunia ini, kita harus bisa mencari orang yang pandai agamanya dan dapat
hidup dengan alam. Meski pada kenyataannya banyak ulama yang justru malah
dipenjara karena kesalahan sistem/budaya saat ini. Jangan pernah letih untuk
terus bertahan dan membuktikan kebenaran.
“Jangan cuma berdiam diri dan menunggu, aktif bergerak adalah
salah satu langkah awal menuju perubahan.”
Percaya atau tidak, Atlantis yang seringkali
dibicarakan oleh sejarah adalah bagian dari negeri kita, Indonesia. Kendati
kejayaan tersebut tidak datang dengan kita, tetapi bisa jadi oleh anak-cucu
kita. Bangun mereka dengan berbagai macam pembelajaran yang bersifat proaktif
untuk mendukung cara berfikir anak-anak kita.
Pemimpin yang hebat dapat
memfungsikan bagian terkecil apapun menjadi bagian yang berarti. Baik itu guru
pendamping, fasilitator dan menejer harus beranggapan bahwa “tanpa mereka kita
tidak bisa berjalan dengan baik,” hindari perasaan egois. Seperti halnya paku
kecil yang menancap tepat di bibir jendela sehingga posisi kaca terpasang
dengan baik, rapi, dan kuat/tahan getaran, jangan remehkan hal-hal kecil yang
berada disekitar kita.
“Tidak masalah jika kita tidak bisa menjadi pemimpin yang
tangguh, menjadi prajurit/follower yang tangguh juga termasuk salah satu usaha
terbaik kita untuk merubah dunia kepada kebaikan”
***
“Anak angon” adalah istilah untuk
orang yang pekerjaannya menggembala/mengasuh domba, hampir seluruh Rasul kita
pekerjaannya adalah menggembala. Akan tetapi dalam hal ini tidak dimaksudkan
demikian, anak angon yang dimaksud adalah mengangon-menggembala kebaikan demi kebaikan.
Wangsit/artifak-seni sastra, bukti
sejarah yang sedang kita diskusikan ini mengandung hikmah bagi kita umat muslim
untuk lebih optimis melihat masa depan. Sangat menarik untuk dijemput oleh kita
sebagai umat muslim dan yang terpenting adalah langkah kita dalam menjemput
cita-cita tersebut menjadi kenyataan. Tida seperti aliran Imam Mahdi al-Muntadar,
yang hanya menunggu datangnya kejayaan tanpa ada aksi, tentu saja hal tersebut
merupakan perbuatan yang kurang baik kalau kita lihat. “Kemenangan harus dilayakkan
oleh kita sendiri.”
***
Wangsit Prabu Siliwangi:
“Kerajaan ini akan hilang semua
berkasnya, akan tetapi baunya tetap semerbak menghiasi tanah ini (arti dari
kata Siliwangi). Kerajaan ini akan muncul dan nampak untuk tolong-menolong membantu
yang kesusahan. Untuk yang baik hatinya, dengan jalan pikiran yang lurus dan
dengan wewangian.
Menusur ranting daun kering, sisa-sisa
kehidupan/hikmah (daun pohong) yang hilang. Mencari kejadian untuk digembalakan,
bukan kerbau, bukan sapi, bukan domba dan bukan pula macan yang diangon.
Suatu hari akan datang kerbau bule
(Belanda) dan monyet (Jepang) ke tanah air untuk menjajah/merampas. Narik waluku-jadi
tukang/buruh di negeri sendiri akan tetapi pribumi tidak merasakan karena masih
bisa beristirahat dan kenyang, padahal kekayaan alamnya sedang dikuras oleh
kerbau bule. Adapun orang yang kunyuk-sadar terbangun akan tetapi seperti
mimpi, tidak menjadikan gerakan perlawanan yang nyata/real.
Selain kerbau bule, ada
pula monyet yang menolong dan membangkitkan pribumi mengusir kerbau bule. Belum
juga habis raut senyum pribumi (tertawa tapi belum selesai), monyet menjajah
lagi bahkan dengan perlakuan yang lebih parah.
“caweni reuneuh-sampai pribumi tidak
perawan oleh monyet.”
Ulama-ulama tidak ada yang didengar
kata-katanya karena banyak yang egois mementingkan diri sendiri, justru mereka
dimasukkan kedalam penjara. Waktu itu langit berwarna merah.
Menunggu datangnya
orang berjenggot dan angon untuk memperbaiki semua dan kembali Berjaya dengan
kondisi yang lebih baik.”
Semoga bermanfaat