Pelatihan SafetyRep
Sabtu, 19 April 2014 @SAB
Oleh: Bpk. Tri Priyanto (abi Naka, SD
1 Singosari)
Menentukan 'master point' (spot
berkumpul) disetiap program, terutama untuk gempa bumi & kebakaran.
Sebagai sebuah team safety,
terlebih dahulu kita harus memahami teori dari segala aspek kemungkinan terkait
kecelakaan, terutama dilingkungan sekolah. Bagaimana caranya harus bisa
melindungi dan bertahan sekaligus saat terjadi kejadian khusus seperti gempa
dan kebakaran. Keamanan paling dasar (disamping segala perlengkapan safety)
yaitu do'a dan awareness. Adapun fasilitas lain adalah sebagai penunjang dan
alat pelengkap keselamatan.
Pengalaman seputar safety oleh
pak Pryanto yakni dibidang ketinggian dan ruang terbatas (sebuah tempat yang
tidak didesign untuk tempat bekerja, seperti gorong-gorong dan sumur). Banyak
kecelakaan terjadi yang padahal korbannya hanya 1, namun korban sampai dirawat
sampai 3-4 orang karena berbagai faktor (terutama diruang terbatas). Untuk
menghindari hal tersebut, diharapkan SAB mampu menekan tingkat kecelakaan yang
terjadi untuk jangka waktu yang cukup lama.
Cara menekan faktor kecelakaan
yang dapat dilakukan, yaitu:
1.
Berdo'a dan aware diri. Ini merupakan langkah awal
untuk kita (guru dan anak-anak). Optimalkan agar kreatifitas anak tidak sampai
terhambat.
2.
Eliminasi potensi bahaya. Dalam hal ini dibutuhkan cost
yang besar untuk, substitusi/ganti fasilitas agar lebih aman. Bisa namun kurang
direkomdasikan.
3.
Menambah SDM & enginer
4.
Mempersiapkan/menambahkan administrasi, seperti display
pengingat namun jangan terlalu banyak larangan.
5.
Alat pelindung diri. Membuat rancangan yang efektif dan
menekan cost/pengeluaran.
Disarankan, untuk lantai
bertingkat (2 atau lebih) dipasangkan jaring-jaring pengaman, khususnya untuk
bangunan SD. Beli jaring meteran yang tidak terlalu mahal dan bisa dipasangkan
sendiri oleh team. Disamping itu bisa juga menambahkan asksesori lain dijaring
tersebut, agar lebih menarik sesuai kreatifitas guru-murid.
Banyak orang yang tidak
mengetahui 'bahaya padahal operasioal biaya mengobati lebih besar ketimbang
mencegah. Belum lagi ditambah dengan dampak hukum dan dampak nama baik. Oleh
karena itu, diharapkan team ini benar-benar bertanggung jawab atas segala apa yang
terjadi. Kita mengetahui masyarakat Indonesia yang senang bergosip-ria, dimana
sebuah fakta ditambahkan bumbu (dengan sangat banyak) sehingga keasliannya
hilang. Terus komunikasikan langkah-langkah team untuk terus memberikan yang
terbaik.
Ciri titik kumpul:
·
Lokasi aman (jauh dari bahaya)
·
Terbuka
·
Ukuran 30x30 cm (sebesar keramik) untuk
tiap orang, jumlah korban dikalikan dengan ukuran.
·
Dapat dilalui/diakses 2 mobil. Latih
pengantar/supir jemputan untuk membiasakan keluar-masuk kendaraan pada
rute yang disepakati.
Saat "panik" lakukan
4 tahap berikut:
·
Stop
·
Tarik nafas dalam-dalam
·
Berfikir untuk tindakan selanjutnya
·
Take action Selalu ingatkan tahapan ini karena
yang sudah mengalami/punya pengalaman pun bisa lupa karena panik.
Untuk kebakaran, usahakan (mulai
dari sekarang) menentukan leader tiap level. Korban biasanya mengikuti
seseorang yang paling depan. Seharusnya guru kelas yang menjadi leader, agar
lebih memahami/mengenal murid-muridnya yang bertugas untuk mengarahkan anak-anak
ke tempat evakuasi.
Lakukan "simulasi"
dengan rutin, minimal setahun 2x (satu semester sekali) untuk membiasakan
gerakan dan lebih mengenal potensi bahaya saat melakukan evaluasi. Atau diwaktu
outbound, sehari lakukan simulasi untuk 2-3 kelas dengan kondisi serius.
Ciri-ciri jalur evakuasi:
·
-nyaman
·
-lebar
·
-tidak ada penghalang
·
-diberi tanda (gunakan scoutline-menyala atau
glow in the dark untuk kondisi malam hari)
·
-jika ada pintu untuk jalur evakuasi, arahkan
buka keluar (didorong), kurang tepat jika ditarik. Latih agar timbul gerakan
reflek mendorong pintu
Saat ada gempa bumi, lakukan
tahapan berikut:
·
-tidak langsung berlari
·
-segera merunduk dan berlindung dibawah/kolong
meja sambil menutup kepala
·
-bertahan
Sampai berapa lama? Sampai
gempa bumi selesai. Pastikan lokasi aman (usahakan posisi berlindung membentuk
segitiga, sebagai penopang). Sebenarnya pilihan berlari saat gempa (memilih
tempat berlindung) seperti judi/peluang/kemungkinan. Bisa jadi yang berlari
selamat, akan tetapi bisa juga yang berlindung selamat.
Pikirkan hal ini secara meluas,
orang yang berlari saat gempa kencang, justru malah vertigo dan berkemungkinan
terjatuh. Tidak masalah kalau hanya jatuh, namun jika terkilir dan menyebabkan
patah kaki, itu lebih memperburuk keadaan. Belum lagi orang lain yang berpikir
untuk lari dan terjatuh ditempat yang sama lantas kita tertindih. Bukan berarti
bersembunyi dikolong itu aman, khawatir jika bangunan rubuh. Oleh karena itu
buat sudut segitiga penopang dan sarankan sekolah untuk memperhatikan kekuatan
bangunan rutin setiap tahunnya.
Bagaimana jika pakaian kita
terbakar? Segera merunduk dan berguling ditanah lapang (untuk mematikan api).
Pastikan tidak ada cairan berbahaya. Berlari malah akan menyebabkan api
bertambah besar.
Selalu yakinkan anak/murid agar
percaya pada kita, karena situasi panik membuat persiapan selalu diabaikan.
Kedekatan orang tua/guru terhadap anak, membuat anak yang panik (berkemungkinan
menangis) bisa kita dekati-peluk dan menyentuh/menyelesaikan permasalahan
secara perlahan. Khawatir saat panik menjadi nekat dan melakukan hal ekstrim.
Pengalaman, saat panik seseorang bisa membawa kulkas sendiri/kekuatan tambahan
dari dalam.
Penyimpanan: tabung 'apar'
minimal 1 buah setiap lokal, dipasang setinggi 1 meter. Menjelang waktu
expired, habiskan/manfaatkan untuk latihan, khawatir disalahgunakan.
Saran di SD:
·
*master point untuk kelas 6, evakuasi ke gerbang
luar, lakukan dengan teratur & tertib (tidak mendahului leader) karena
gerbang dekat dengan jalan raya.
·
*tambahkan jaring-jaring disetiap kelas yang
memiliki 2 lantai
·
*Buat pintu (akses baru) yang dapat dibuka
keluar-masuk sekitar mushola SD. Dibuat dengan warna yang cerah. Teknis &
bentuk improvisasi/kesepakatan, yang terpenting menarik perhatian, agar tidak
saling bertubrukan di 1 pintu kalau evakuasi terjadi.
TK:
·
*Tambahkan jaring untuk area playground &
kelas yang ventilasinya bisa diintip (mengurangi kepala yang tersangkut)
·
*buat lantai landai (bukan tangga berundak)
untuk motorik anak. Masih banyak tempat rawan kesandung untuk anak-anak
·
*buat tangga yang lebih landai diarea
mobil-mobilan Playgorup. Semaksimal apa motorik pada tangga tersebut? Tanyakan
kembali pada arsiteknya. Bentuk apapun, hubungkan dengan fungsinya.
·
*pindahkan apar ketempat yang lebih landai dan
sudut/pojok
·
*lantai bubur kertas harus selalu di perhatikan
secara rutin.
·
*hindari penggunaan asbes karena kurang baik
untuk manusia.
·
*selalu ingatkan untuk berpegangan saat
naik-turun tangga
SM:
·
*Buat display untuk akses evakuasi
·
*Double cover tiap kelas sudah bagus, sebaiknya
di SD juga dibuat sama
·
*hindari candaan disekitar tangga, karena tempat
tersebut rawan (terutama bebatuan licin disekitar tangga)
·
*spot evakuasi dilapangan basket
Semoga bermanfaat