Jumat, 13 Februari 2015

Kultum SM minggu ke 5

Kultum SM 2015 minggu ke-5

“Bentuk JIHAD”
Senin, 9 Februari 2015
Oleh: Saga-SM 2 & Pak Bagus

            Teman-teman, banyak sekali bentuk jihad yang dapat kita lakukan untuk memperjuangkan agama Allah swt. Tidak hanya dalam bentuk berperang dan menumpahkan darah, menuntun orang lain dalam kebaikan juga termasuk dalam jihad dijalan Allah swt. Kita tidak perlu mempertaruhkan nyawa dimedan perang demi mendapatkan pahala jihad, memperbaiki akhlak orang lain juga termasuk Jihad. (kultum tanpa persiapan, applause…)
            Ada 3 amalan yang sangat disukai oleh Allah swt. diantaranya:
1.      Shalat tepat waktu
2.      Birrulwalidayn (berbakti kepada orang tua)
3.      Jihad dijalan Allah swt.
Dari ketiga amalan tersebut, Jihad merupakan amalan level 3 yang sangat disukai Allah swt. benar kata saga, kita tidak perlu mempertaruhkan nyawa karena mengajak orang kufur kepada kebaikan juga termasuk kedalam jihad.
Adapun jenis jihad (perang) yang dilakukan Rasulullah saw. merupakan perang yang memperhatikan “kode etik perang.” Salah satu contohnya adalah ketika perang Badar. Dalam perbandingan 1:3 dan 1:4 (313 tentara melawan seribu orang kafir), Rasul memperingati pasukannya untuk
·         Tidak membunuh wanita dan anak-anak
·         Tidak membunuh orang tua yang sudah uzur/rentan
·         Tidak menghabiskan pasokan makanan musuh
·         Tidak menyerang musuh yang sudah menyerah
Adakah model perang yang dilakukan demikian selain Rasulullah saw.? Zaman sekarang kita banyak melihat peperangan yang tidak beradab. Pesawat Malaysia yang ditembak teroris, peperangan antar negara, dan lain sebagainya merupakan model perang yang tidak berperikemanusiaan. Kita tidak perlu menunggu masa perang, minimal mengingatkan orang lain kedalam kebaikan merupakan jenis kebaikan dalam bentuk jihad.

“tentang orang tua dan sedekah 1 gantang”
Selasa, 10 Februari 2015
Oleh: Rafa-SM 2 & Pak Natiq
            Dalam sebuah hadist dikatakan, “Kasih sayang orang tua lebih utama dibandingkan dengan sedekah 1 gantang (takaran).”
            Kewajiban orang tua adalah merawat dan mendidik anaknya sampai usia baligh. Berbicara tentang kewajiban, ada juga hak yang perlu diperhatikan yaitu balas budi seorang anak kepada orang tuanya. Tidak boleh kita menuntut seenaknya kepada orang tua tanpa kita berikan hak mereka. Minimal dengan membeli pulsa dengan uang sendiri.
            Berapapun jumlah uang yang kita keluarkan untuk mengganti jasa orang tua itu tidak akan pernah bisa tergantikan. Begitupun kita, yang kelak akan menjadi orang tua, harus bisa merawat anak-anak kita.
            Sebelum kita memberikan jumlah yang banyak untuk bersedekah, sebaiknya kita melaksanakan kewajiban kita yang lain terlebih dahulu, seperti membayar zakat atau pergi haji. Sedekah itu banyak macamnya, minimal dengan memberikan senyum kepada orang lain, itu juga sudah termasuk kedalam bentuk sedekah.
So, sudahkah kita berbakti hari ini? Yuk kita lakukan!

“Jangan marah!”
Rabu, 11 Februari 2015
Oleh: Achrellmo-SM 1 & Pak Bagus
Dari sebuah hadist, pernah ada seorang meminta kepada Rasulullah saw. dengan nada yang keras, “berikan aku sebuah nasihat!” dan ucapan tersebut terulang sampai 3x banyaknya. Rasulullah saw. menjawab, “jangan marah.”
perdamaian
Oleh: Mulki-SM 3
            Ada 2 orang yang bersahabat, kita sebut saja A dan B. Suatu hari mereka pergi kemping ke sebuah gunung. Tidak sengaja A jatuh kejurang dan meninggal dunia. Kemudia B datang menghampiri keluarga A namun tetap saja keluarga A tidak mau memaafkan sehingga keluarga A menyerang keluarga B. Tidak menerima dengan perlakuan tersebut, keluarga B membalas dan menghubungi semua rekannya hingga terjadilah peperangan.
            Akhirnya pertikaian tersebut diakhiri dengan sebuah perdamaian dari kedua belah pihak. Tidak ada untuknya kalau kita marah-marah. Salah satu cara menenangkan amarah yaitu dengan cara duduk tenang dan berbaring, kalau belum reda juga, berwudhulah. Akan tetapi lebih baik lagi jika kita tidak marah. :D

“Berjudi itu haram”
Kamis, 11 Februari 2015
Oleh: Rifqi-SM 1 & Pak Natiq
“barangsiapa memainkan dadu (berjudi), maka ia seperti mencelupkan tangannya kedalam darah babi.” (HR. Bukhori).
Intinya berjudi itu haram!
            Memainkan dadu masih diperbolehkan dalam sebuah permainan yang bukan judi (tidak ada uangnya) seperti monopoli, ludo, dsb. Bahkan seiring perkembangan zaman, perjudian yang dilakukan oleh manusia tidak hanya dilakukan dengan media dadu, tetapi dengan cara yang lain. Salah satu contohnya adalah, “jika nilai TUC saya lebih tinggi dari engkau, maka engkau harus mentraktir saya.” Berbeda konteksnya dengan sebuah nadzar.
            Zaman dulu, disamping dadu ada juga perjudian sejenis catur yang dilarang oleh sebagian ahli ilmu karena dapat mengganggu pemikiran manusia, memikirkan seekor kuda yang bisa makan Raja. Dampaknya bisa mengganggu waktu shalat kaum muslimin. Hmmm… boleh saja main catur asalkan masih ingat waktu.
            Termasuk didalam judi yaitu ada togel dan variasinya seperti mainan anak “cabut-cabutan angka.” Tidak boleh kita ikut memainkan permainan tersebut, demi mendapatkan hadiah besar, kita merelakan ribuan rupiah tanpa hasil yang pasti. Menggantungkan harta kita dengan sesuatu yang salah. Sebaiknya hindari segala macam judi, apapun itu.


Semoga bermanfaat

Minggu, 01 Februari 2015

senin spirit: jembatan goyang

Senin spirit SM SAB
Senin, 26 Januari 2015
Oleh: pak Okwan Himpuni

“JEMBATAN KEHIDUPAN”
Terceritakanlah sebuah keluarga yang terdiri dari seorang anak dan ayah yang sangat senang berdiskusi tentang masalah filosofi kehidupan dunia. Anaknya mengalami cacat fisik yaitu tidak memiliki tangan kiri karena kecelakaan, sedangkan ayahnya adalah seorang yang bijak.

Suatu hari mereka pergi ke jembatan gantung, tempat banyak orang berlalu lalang beraktifitas diatasnya. Ayahnya melakukan hal tersebut guna untuk memotivasi anaknya untuk bisa melewati jembatan gantung tersebut (yang belum pernah dilakukan oleh anaknya). Kondisinya, jembatan tersebut selalu bergoyang-goyang ketika ada orang lain yang melewati jembatan gantung itu.

Sang anak merasa ketakukan pada awalnya hingga akhirnya ayahnya menginstruksikan bahwa ia akan melewati/menyebrangi terlebih dahulu, yang kemudian disusul oleh anaknya dengan arahan dari sang ayah disebrang jembatan. Sang anak menyanggupinya.

“Lihat ke depan jalan!” pesan ayahnya seraya beranjak mendahului anaknya.

Grogi, takut, cemas dan beragam perasaan lainnya tercampur menjadi satu. Satu hal yang ingin ia capai adalah menyebrangi jembatan tersebut meskipun dengan kelemahan fisiknya. Tiap kali ada orang lain yang mendahului, jembatan gantung tersebut bergoyang-goyang dan membuat anak itu semakin ketakutan, terlebih hanya tangan kanan yang dapat ia andalkan.

Setelah lama berjalan, akhirnya ia dapat menyelesaikan tantangan ayahnya. Betapa bahagianya paras anak itu setelah sampai digaris akhir. Dengan bangga ia merayakan keberhasilannya dengan ucapan syukur yang tiada henti-hentinya.

Sambil berjalan mendekati anak, sang ayah mencoba mendekati anaknya dan membawanya kembali ketengah jembatan goyang untuk memberikan suatu hikmah disana, sang anak pun dengan berani mengikuti ayahnya karena tangannya dituntun erat-erat oleh ayahnya.

“Apa yang kamu rasakan?” Tanya ayah kepada anaknya ditengah jembatan.

“Rasa takut yang luar biasa, ketika berada disini, aku berupaya semaksimal mungkin agar sampai ke tempat tujuan,” jawab anak tersebut sembil menahan ketakutannya.

“Hmm, begitulah hidup, dunia ini hanya bersifat sementara, seperti perjalanan kita melewati jembatan gantung ini. Dibutuhkan nyali dan keberanian agar kita sampai pada tujuan kita yang sebenarnya, menyelesaikan segala bentuk ujian yang menimpa kita, jangan tergoda dengan yang lain.” Ucap ayahnya.

“Coba lihat kebawah, apa yang kamu lihat, Nak?” Tanya ayahnya kembali.

“Jurang yang sangaaaaaatt dalam, entahlah kita bisa kembali atau tidak kalau sudah terjatuh kedalamnya.” Jawab sang anak secara spontan.

“Kehidupan juga seperti itu, Nak. Adapun kalau kita melihat kebawah (hilang fokus menjalani hidup) dan kita terlena hingga kita terjatuh kedalamnya, kita gagal menyebrangi kehidupan ini, kita gagal mencapai tujuan terbaik dalam kehidupan ini. Meskipun orang yang sudah terjatuh mampu kembali lagi ke jembatan ini, namun tidak semudah yang kita bayangkan. Orang yang sudah terjatuh berkemungkinan besar hidupnya tidak akan selamat, entah itu tenggelam, tersesat bahkan sampai meninggal dunia. Tentunya kita tidak mau hal itu terjadi bukan?”

***

Hikmah dari kisah diatas adalah:

·         Apapun bentuk tubuh kita dan bagaimanapun kondisinya, itulah tubuh terbaik yang kita miliki yang Allah swt. kehendaki untuk kita. Selalu syukuri hal itu jangan pernah kita berhenti bersyukur karena kekurangan kita. Hindari membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain secara fisik.
·        
Hidup kita ini seperti sebuah pohon. Kita dituntut agar selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam kehidupan kita, meraih cita-cita sebanyak daun yang rindang pada sebuah pohon. Akan tetapi hal tersebut tidak bisa kita penuhi seluruhnya, keterbatasan kita hanya mampu menjadi ranting-ranting/dahan pohon untuk cita-cita yang lebih luas. Meskipun hanya sedikit yang dapat kita lakukan, pastikan perbuatan baik kita itu adalah perbuatan yang total dan mempengaruhi orang lain. Seperti halnya MLM yang memiliki banyak downline, teruslah berbuat kebajikan.

Semoga bermanfaat