Minggu, 24 November 2013

meski sudah direvisi, aku bangga!

                Temans, ahamdulillah saya mendapatkan kesempatan untuk kenal dan dekat dengan seorang penulis kesohor, Pak Jonru Ginting, penulis mana yang tidak mengenalnya. Beliau adalah seorang penulis yang karyanya lebih banyak dimuat dalam dunia maya sekaligus owner penerbitan buku "dapur buku." Singkat cerita (baca seri berikutnya, awal perkenalan kami) saya bersahabat dengan beliau difacebook dan beberapa pekan kemudian kami bertemu dalam suatu event yang mereka buat di Jakarta (saya ditawari menjadi MC waktu itu). Suatu ketika beliau mengatakan bahwa karakter saya dimasukkan kedalam sebuah novel yang sedang dibuatnya. Menceritakan tentang kisah cinta segitiga yang terdapat banyak konflik didalamnya. Isi novel tersebut kurang lebih seperti ini:

Di dalam kamar, kuhidupkan laptop, dan mulai online di Facebook. Sekitar sepuluh menit setelah membaca status teman-temanku satu persatu, seseorang menyapa lewat chatting.
“Assallamualaikum, Ryana.”
Hm, ternyata Furqon, si pria hitam manis yang selalu tersenyum manis jika difoto. Dia seorang pengusaha UKM yang sering datang ke kantorku, bertemu dengan Pak Irfan, sang editor senior. Entah untuk urusan apa. Dari situlah awal perkenalan kami.
“Waalaikumsalam, Furqon. Lagi ngapain?”
“Dari tadi nunggu kamu.”
“Ada apa, kok nunggu aku?”
“Kangen.”
“Hush!”
“Aku serius, nih.”
“Serius gimana?”
“Serius kangennya.”
“Masa sih?”
“Iya. Suer!”
“Tapi aku kok enggak kangen, ya?”
“Masa sih?”
“Iya.”
“Masa cowok seganteng aku enggak bikin kangen?”
“Hihihi.... Dari dulu kamu selalu aja ge-er!”
“Iya, dong. Harus percaya diri. Aku kan ganteng tak berujung. Kayak Restu.”
“Siapa tuh, Restu?”
“Itu, yang di sinetron Tukang Bubur Naik Haji.”
“Halah! Hobi banget nonton sinetron.”
“Bukan hobi. Kebutuhan.”
“Maksudnya?”
“Aku kan pengen jadi artis.”
“Oh, ya? Udah pernah main sinetron?”
“Pernah. Jadi figuran numpang lewat.”
“Kekekeke.... Kasihan!”
“Jangan ngeledek gitu, dong. Figuran kan cuma batu loncatan menuju peran yang lebih besar.”
“Hehehe.... Iya, deh. Aku doakan moga cita-citamu terkabul, Nak.”
“Aamiin, terima kasih doanya, Bu Ryana.”
“Kok manggil Bu?”
“Abis kamu manggil aku Nak, sih.”
“Hehehe....”
Kami terus ngobrol, bercanda dan tertawa-tawa.
.....
“Ryana, aku boleh ngomong serius?” ujar Furqon setelah kami ngobrol ngalor ngidul selama setengah jam lebih.
“Mengenai apa?”
“Yang kutanyakan tiga hari lalu.”
“Apa tuh?”
“Idih! Pura-pura lupa!”
“Hehehe....”
“Ayo, dong. Sekarang udah masuk episode serius, nih.”
Okay. Pak Furqon mau menyampaikan apa?”
“Seperti yang pernah kuutarakan, aku cinta kamu, Ryana. Aku ingin membangun rumah tanggap bersama kamu. Aku butuh jawaban kamu sekarang. Kamu mau aja atau mau banget?”
Oh My God! Di tengah ucapannya yang serius, dia masih sempat-sempatnya menyelipkan humor di bagian akhir. Begitulah Furqon, cowok hitam manis yang katanya ganteng tak berujung, dan sangat humoris orangnya.
Sejujurnya, aku sangat mengagumi keberanian dia. Caranya menyatakan cinta sangat gentleman, berani, penuh percaya diri.
“Ryana, kok diam?” Furqon menagih jawabanku setelah aku diam beberapa menit.
“Bingung ya?”
“Hm... I am sorry, Furqon,” sahutku. “Aku hargai niat baik kamu. Kamu cowok yang baik, humoris, pemberani, tidak mudah tersinggung, tidak gampang menyerah.”
“Alhamdulillah, terima kasih pujiannya.”
“Kamu pasti bisa mendapatkan pendamping yang jauh lebih baik dari aku.”
“Maksudnya?”
“Kita jadi sahabat saja, ya?”
Dia tak membalas. Mungkin kaget atas penolakan halusku.
“Furqon,” lanjutku, berusaha menghiburnya. “I am so sorry. Aku tak mau melukai hati kamu.”
Dia masih diam.
“Kamu adalah tipe pria idaman banyak wanita. Kamu akan dengan mudah mendapatkan yang jauh lebih baik dari aku. Jangan marah, ya. Kudoakan kamu cepat dapat pendamping hidup. Aku sebagai sahabat akan sangat bahagia jika kamu juga bahagia.”
Lalu aku segera sign out dari Facebook, mencoba meredam rasa pusing di kepala yang mulai menyerang.
Ya Allah, hari ini sudah ada tiga pria yang berniat melamarku! Di hari-hari sebelumnya pun, ada beberapa nama yang sudah menunggu jawaban. Jika harus memilih satu di antara mereka, ke hati siapakah cintaku akan dilabuhkan? Rasanya, belum ada satu pun di antara mereka yang sesuai kriteria!

                Begitulah cuplikan novel yang sedang diliris oleh Pak Jonru. Saya dilukiskan sebagai Furqon dalam cerita diatas. Meskipun peran Furqon hanya sebatas figuran, tetapi saya senang karena tokoh tersebut diadopsi dari kondisi saya (waktu itu saya pernah menjadi figuran sintron SCTV) juga sikap saya yang suka 'ge-er' dan humoris.
                Novel tersebut akhirnya direvisi oleh penulisnya demi mencapai titik final pembuatan buku, karena alasan tertentu, dialog tersebut dihapus. Terbesit rasa kecewa namun tak bertahan lama karena saya menganggap itu sebagai hiburan untuk saya. Meskipun sudah direvisi, aku merasa bangga bisa menginspirasi orang lain. :D

Selasa, 12 November 2013

Ku mohon 1 hari ini saja...

          Apa yang kita pikirkan setelah membaca judul diatas? Tentu saja akan tersirat sebuah maksud/harapan dari sesuatu tertentu yang kita inginkan dan hanya terjadi satu kali dalam seumur hidup kita. Entah apa yang akan saya ceritakan disini, pengalaman pertama yang saya alami dan berharap tidak akan terjadi lagi dimasa yang akan datang.

          Sebagai seorang sanguis yang ekstrovert, berbicara adalah suatu keahlian sekaligus anugrah yang dapat saya manfaatkan dalam melakukan berbagai aktifitas sesuai kehendak saya, tanpa merasa diberatkan atau mengeluh sedikit pun. Ya! Itulah yang selama ini saya rasakan dalam kehidupan sehari - hari. Saya dapat melakukan semua hal yang saya inginkan dengan berbicara. Berperan menjadi orang lain, melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, mengumandangkan adzan,bernyanyi sesuai irama yang tepat, berpidato didepan orang banyak, membacakan puisi dengan mimik dan intonasi yang sesuai dan lain - lain. Kemampuan ini membuat saya bisa terlihat berwibawa bahkan merasa terancam pada kondisi tertentu.

         Selasa, 12 November 2013. Saat terbangun dari tidur yang nyenyak karena alarm ponsel, saya merasa ada sesuatu yang tidak nyaman terjadi pada diri saya. Demam tinggi disertai batuk tiba - tiba menyerang saya. Disamping itu, sesuatu yang sangat berharga dalam diri saya tidak terdengar seperti biasanya. Saya kehilangan suara saya.

         Baru pertama saya mengalami kejadian seperti ini (semoga tidak pernah terulang), rasanya sulit dipercaya. Berulang kali saya coba memusatkan tenaga untuk mengeluarkannya, tetapi hanya terdengar suara pelan yang disertai batuk kering yang sangat gatal.

         "Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi?" Gumam saya dalam hati. Bergegas saya mencari jeruk nipis dan asam kamal di dapur, ternyata tidak ada stok persediaan disana. Sesegera mungkin saya sampaikan kabar ini ke Ibu untuk diantarkan berobat ke puskesmas. Tak lupa saya mengirim pesan ke sekolah meminta izin ketidak hadiran hari ini kepada menejer & rekan satu kelas.

         Pusing, lemas dan hening tanpa kicauan suara saya dipagi hari ini, membuat saya harus menyurutkan niat membawa motor menggantinya dengan naik transportasi umum (angkot) menuju puskesmas. Beribu imajinasi terbayang dibenak saya (sampai tulisan ini dibuat) karena kekhawatiran saya terkait kondisi seperti ini. Saya yang biasanya mendominasi percakapan orang-orang kini tak lagi berdaya. Sambil menunggu antrian, saya mencoba mengingat kejadian selama satu minggu kemarin untuk mencari sebab gejala ini. Akhirnya saya dapat menyimpulkan beberapa sebab dari aktifitas kemarin.

         Demi mempersiapkan UAS dihari minggu (10 November 2013) sering kali saya begadang untuk mempelajari materi yang belum dikuasai. Sebelum hari ujian itu tiba, saya selalu menjadwalkan agenda saya pada catatan kecil (berdasarkan ilmu 'the secret'), memang itu semua terlaksana. Alhamdulillah UAS dapat dikerjakan dengan lancar sampai selesai. Keesokan harinya, saya merasa bersemangat menjalani hari senin karena dirasa beban sudah selesai. Meskipun dalam keadaan shaum, saya dapat memimpin senam, olahraga (berlari & bersepeda) dan mengajarkan yang lainnya dengan antusias. Volume suara kurang saya atur (saking bersemangatnya) selama seharian. Tidak timbul gejala apa-apa sampai malam hari, karena (menurut saya) ini sudah menjadi habits yang tidak perlu dipermasalahkan. Sepertinya ini yang menjadi akar permasalahan saya.

         Lamunan saya tersadarkan karena nomor urut antrian saya dipanggil dan kami masuk keruang itu untuk di cek. Ibuku (yang menjadi jubir disebelah saya) menerangkan kesehatan saya kepada dokter. Ternyata tensi darah saya turun & terdapat radang yang perlu diistirahatkan, saya tidak menyadari sampai kesana. Lucunya adalah dokter itu memiliki nama yang serupa, "bu Dinar" sama seperti saya "Dhinar." Mempunyai kisah yang mirip terkait pemakaian nama tersebut yang sama - sama mengadopsi dari mata uang Timur Tengah.

         Selesai di cek dan meminta surat keterangan, kemudian kami keruang lain untuk mengambil obat, setelah itu kami beranjak pergi. Tanpa diberi tahu, ibu membelikanku jeruk nipis (banyak teman menyarankan minum ramuan jeruk nipis, madu dan asam kamal untuk mengembalikan suara) dan buah favorit saya, nangka. Saya lahap memakannya didalam angkot sampai habis. Membayangkan apa yang dialami oleh murid - murid saya yang kebanyakan dari mereka adalah non-verbal, begitu juga saya dan ibu saya yang (saat ini) tidak melakukan percakapan seperti biasanya. Setengah jam berlalu diangkot, hanya duduk mendengarkan cerita tanpa memberikan respon, kecuali hanya senyum manis dan suara yang sangat pelan. Bahkan saya tak sanggup memberikan kode berhenti untuk mengatakan "kiri!" ketika di Pomad.

         Sampai dirumah, saya kembali bersemangat mempersiapkan diri untuk pergi kesekolah. Hasrat kinestetik saya terketuk untuk bertemu rekan - rekan yang lain disana (lagi pula dirumah sedang ada pemadaman listrik, hehee). Teringat dulu waktu SMP saya pernah mengeluh, "apakah sekolah itu adil? Ketika satu murid izin, selalu dipertanyakan, mendapatkan teguran dan faktanya hanya dia yang tertinggal pelajaran disekolah. Tapi, jikalau satu guru izin, yang tertinggal pelajaran adalah semua muridnya." Ini yang saya rasakan saat ini.

         Meskipun bimbang tercampur malu karena datang siang (padahal tidak diizinkan menejer, disarankan beristirahat), saya tetap memberikan senyum cerah untuk yang lain. Usaha sudah lakukan dengan berobat dan minum larutan jeruk nipis. Kini saatnya berusaha memperbaiki kondisi 'seolah sehat' dengan pergi ke kantor. Pengalaman bulan Oktober tahun lalu saya pernah memaksakan datang kesekolah dalam keadaan sakit untuk menghibur diri sendiri (dibandingkan dengan dirumah), alhamdulillah sembuh. Sekaligus membuktikan 'diamnya pak Dhinar yang selalu mengoceh.' kepada rekan-rekan guru, terutama di Lsc.

         Saya tidak dapat berkutik dilingkungan kantor saya sendiri, wajar saja karena saya tidak dapat memberikan instruksi sedikit pun kepada semua siswa, termasuk memanggil namanya. Rindu rasanya mengatakan "Pegang! Ambil! Samakan!" serta instruksi yang lainnya. Langsung saya teringat pesan salah satu rekan akhwat, "pak Dhinar lebih keren kalau diam." Baiklah, untuk hari ini saya buktikan. Ternyata ini semua memberikan hikmah tersendiri bagi saya kalau ini merupakan teguran langsung dari Allah agar selalu mengingatNya, sebab saya selalu mengabaikan teguran dari orang lain kepada saya.
"Ya Allah, kumohon 1 hari ini saja, saya diperlakukan seperti ini. Amin" harapan saya dari sanubari.

Pengalaman pribadi: Muhammad Dhinar Zulfiqar

Notes:
*kita sakit bukan berarti harus diam dirumah, berusahalah sebaik mungkin agar kita sehat kembali. Kesehatan manusia dijamin oleh Allah swt. (bukan karena jamsostek), namun perantaranya melalui hal - hal tertentu (obat, minuman, motivasi diri, dll.)
*hindari teriak-teriak saat shaum, karena korongkongan yang haus membutuhkan haknya untuk minum
*pandangan orang lain yang menyatakan kita "sehat" akan membantu memulihkan stamina kita melalui pikiran sugesti :D

semoga bermanfaat

Senin, 11 November 2013

Saat Ujian Berlangsung



Pagi ini...
Cahaya mentari menerangi bumi
Menembus celah ventilasi
Membangunkan semangat jiwa tunas negeri
                          Hari ini aku ujian!
Ucap seorang teman dengan girang
Wajahnya menyambut riang
Akan hasil usaha yang telah diperjuangkannya
Sebagian lain terlihat letih dan terkantuk
Hatinya padam pandangannya redup
Karena lalai dimasa lalu
Membuat dirinya merasa malu
                          Kriingg.. kringgg.. kriingg..
Terdengar lonceng berbunyi
Tanda ujian sudah dimulai
Kejujuran melawan nafsu
Ntah nilai atau ilmu
Yang mereka mau
Dua orang dari mereka
Bersungguh – sungguh dan percaya
Menyiratkan ilmu dari akal
Pena dan tinta menari ditangannya
                                Tapi lihat!
                                Lelaki itu membuka catatan
                                Korupsi dan zhalim tindakannya
                                Melewati jalan pintas
                                Mencari aman membuang etika
Sedang yang lain hanya pasrah
Menunggu dan menengadahkan iman
Melempar akal dengan ujung lengan
Berharap banyak dewi  fortuna
                                Waktu pun habis
                                Kelas masih tetap terisi
                                Sebagian ke kantin
                                Persiapan logistik
Semua bercerita akan jawabannya
Susah senang tetap bersama
Melewati dimensi antar raga
Saat menjawab soal ujian....

               
11 November 2013
Muhammad Dhinar Zulfiqar

Minggu, 10 November 2013

SAMPAH SIAPA INI?!



Setiap hari manusia membutuhkan minum, itulah fakta yang membuat banyak perusahaan memproduksi air minum dalam kemasan. Bentuknya beragam, mulai dari gelas, kaleng, botol sampai sachet untuk diminum oleh konsumen. Disamping itu, ragam dan manfatnya pun bervariasi, ada minuman air mineral, sirup, susu, (sekedar pelepas dahaga), ada juga berbagai macam obat dan lain sebagainya. Itu baru sekedar minuman yang dibahas, belum lagi issue tentang makanan dan benda – benda lain yang menggunakan kemasan. Satu hal yang perlu dicatat, itu semua dibeli dan dikonsumsi 99 % oleh manusia dan sering kali kita lupa serta meninggalkan bekasnya yang sering kita sebut “sampah.”

Saya awalnya tidak peduli akan fakta tersebut, merasa sudah ada yang mengelola dan mengatur sampah -termasuk limbah- dari lingkungan sekitar kita. Tapi belakangan ini rasa penasaran saya meningkat, wawasan dan kesadaran yang sempat tertidur kini terjaga karena dampak yang mulai saya rasakan. Ini masalah kita, bukan masalah seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam menanggulangi sampah. Kita semua perlu ikut campur dan turun tangan langsung dalam segala bidang terkait masalah yang satu ini.

Bagaimana tidak, kumpulan kemasan-kemasan –sampah– anorganik yang sulit didaur ulang oleh tanah ini, lama kelamaan bertumpuk menjadi dan menjadi masalah besar yang perlu dicari solusinya. Berbeda dengan tekstur sampah organik yang cepat membusuk lalu menyuburkan tanah. Tidak hanya membantu manusia, sampah ini justru tidak menghambat kegiatan kita karena mudah didaur ulang.

Nah! Apa yang saya rasakan adalah mereka –sampah anorganik– seolah memata-matai kehidupan manusia dibalik beragam aktifitas yang kita lakukan setiap hari. Bayangkan saja, gelas plastik yang mewadahi/membungkus minuman satu kali minum dapat kita beli dengan murah seharga 500 rupiah. Bagaimana jika semua orang minum air kemasan satu kali pakai dan membuang sampahnya (bersyukur ke tempat sampah) tanpa didaur? Pastinya ini akan terus menumpuk hingga kita harus menemukan alternatifnya. Ini baru gelas plastik belum lagi teman – temannya yang lain.

Kemanakah akhir perjalanan sampah - sampah tersebut? Sering kali kita melihat sekelompok orang yang memulung sampah dan membawanya (dengan karung atau benda lain) ketempat – tempat tertentu untuk dijual dan didaur ulang oleh pengumpul barang bekas. Namun kebanyakan dari mereka hanya mau mengambil sampah jenis botol, gelas dan kaleng yang kemudian dibersihkan kembali dalam wujud aslinya (bentuk orisinilnya). Sedangkan sampah lain yang kondisinya terlihat tidak baik (sangat kotor, jijik atau sudah tercampur bahannya) mereka tinggalkan karena alasan tertentu sehingga meninggalkan sampah lain yang tersisa. Ini merupakan salah satu usaha yang dilakukan orang – orang untuk menanggulangi sampah.

Disisi lain, tak jarang kita seringkali menemui mobil truk yang mengangkut sampah, beberapa orang diantara pengelolanya memakai atribut pemerintahan yang menghimpun sampah dari tempat tertentu seperti perumahan, tempat wisata, bak sampah, perkantoran dan tempat – tempat umum untuk mereka bawa kesuatu tempat. Dimanakah itu? Yap, kita dapat menggunakan search engine diinternet untuk mencari lokasi tersebut. Misalnya saja kita tuliskan TPS Bantar Gebang.” Maka akan muncul web atau artikel terkait sampah – sampah yang kita buang setiap hari. Jika masih penasaran, bisa juga dilihat pada tab image. Sungguh itu adalah potret alam yang nyata disekitar kita.

Apa yang anda pikirkan? Bingung, kaget, kecewa dan gelisah luar biasa setelah memandangnya dari balik monitor dirumah. Pemandangan tak wajar ada dihadapan kita, alangkah bijakya jika kita merasa tergerak untuk berpartisipasi aktif setelah melihat "gunung sampah" disana.

Pengelolaannya yang kurang tepat serta teknologi yang masih minim belum digunakan secara efektif di Tempat Pembuangan Sampah (TPS).  Andai saja seluruh lokasi TPS dinegeri ini menggunakan konsep seperti film "wall-e", dimana semua tumpukan sampah dirubah menjadi tumpukan balok-balok yang dikelola oleh robot, kemudian dihanguskan dengan mesin penghancur yang modern, mungkin itu akan lebih efektif untuk mengurangi sampah yang ada. Hehehee, maklum saya senang film 3D seperti itu, jadi terinspirasi demikian.

Banyak juga masyrakat kita yang kemudian akhirnya "membakar" sampah sampah rumah tangga mereka dipekarangan/halaman rumah demi menjaga kebersihan lingkungan tertentu agar terlihat menarik. Meskipun mereka telah mencemari udara disekitarnya dengan asap yang kotor dan mengganggu orang lain, mereka tetap mempunyai solusi nyata sebagai penanggulangan sampah. Tidak sedikit juga orang yang membuat pupuk tanaman dari hasil pembakaran sampah tersebut, Allahualam panennya akan baik atau tidak, tapi ini nyata terjadi disekitar kita. Hal ini tentu lebih baik jika dibandingkan dengan orang – orang tertentu yang tidak bertanggung jawab seperti membuang sampah ke sungai atau jalan raya. Ingin sekali saya tegur dan buat aturannya dengan sanksi yang membuat jera pelaku pembuang sampah disungai.

            Seiring perkembangan zaman, banyak ilmu – ilmu yang membahas penanggulangan sampah serta turunannya hingga ditetapkan dalam pendidikan sebagai mata pelajaran PLH (Pendidikan Lingkungan Hidup). Awalnya hanya tingkat sekolah atas yang mempelajarinya, namun sekarang sudah masuk sistem sekolah dasar sebagai bekal dan persiapan dini menghadapi dampak lingkungan dalam kehidupan sehari – hari.

Agenda pergerakan go green (penghijauan) mulai diaplikasikan disetiap lapisan masyarakat demi meminimalisir ancaman yang akan ditimbulkan kelak. Kini mulai banyak kepedulian yang dilakukan dengan antusias, misalnya saja plastik belanja yang mudah didaur ulang dengan ciri bertuliskan “plastik ini akan hancur dengan sendirinya.” Awalnya saya sempat tidak mempercayai pernyataan tersebut, karena pernyataan tersebut benar, perlahan saya mulai terbiasa. Semua pihak turut mendukung kegiatan seputar lingkungan, baik itu reboisasi, penghijauan, penyambutan hari bumi (setiap tanggal 22 april), seminar, bahkan termasuk tema bahari yang disampaikan, demi menjaga keselamatan bumi kita tercinta ini.

Kegiatan yang paling banyak diminati saat ini adalah workshop atau kelas khusus yang berkaitan dengan penanggulangan sampah yakni mengubah sampah menjadi barang layak jual. Muncul kelompok – kelompok tertentu yang peduli dengan lingkungan dengan mendaur sampah dan barang bekas menjadi sesuatu yang ekonomis dan dapat digunakan sehari – hari. Misalnya saja tas dari pelastik revill, tempat pensil dari anyaman plastik, vas bunga dari botol bekas dan lain – lain. Disamping dapat mengurangi sampah, beberapa diantaranya menggunakan kesempatan ini menjadi program wirausaha dan bisnis sebagai sumber penghasilan.

Kita semua mengetahui bahwa kesadaran itu akan timbul dari diri sendiri. Untuk menciptakan rasa peduli itu kita perlu berlatih dan terus berlatih agar kita dapat menolong bumi kita menjadi lebih baik. Minimal memungut sampah yang berserakan setiap hari kedalam tempat sampah, karena sesungguhnya manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Sampah siapa ini? Ini milik kita dan tanggung jawab kita semua. :D

             Bogor, 10 November 2013



Muhammad Dhinar Zulfiqar