Temans, ahamdulillah saya mendapatkan kesempatan untuk kenal dan dekat dengan seorang penulis kesohor, Pak Jonru Ginting, penulis mana yang tidak mengenalnya. Beliau adalah seorang penulis yang karyanya lebih banyak dimuat dalam dunia maya sekaligus owner penerbitan buku "dapur buku." Singkat cerita (baca seri berikutnya, awal perkenalan kami) saya bersahabat dengan beliau difacebook dan beberapa pekan kemudian kami bertemu dalam suatu event yang mereka buat di Jakarta (saya ditawari menjadi MC waktu itu). Suatu ketika beliau mengatakan bahwa karakter saya dimasukkan kedalam sebuah novel yang sedang dibuatnya. Menceritakan tentang kisah cinta segitiga yang terdapat banyak konflik didalamnya. Isi novel tersebut kurang lebih seperti ini:
Di dalam kamar, kuhidupkan laptop, dan mulai online di Facebook. Sekitar sepuluh menit setelah membaca status teman-temanku satu persatu, seseorang menyapa lewat chatting.
“Assallamualaikum, Ryana.”
Hm, ternyata Furqon, si pria hitam manis yang selalu tersenyum manis jika difoto. Dia seorang pengusaha UKM yang sering datang ke kantorku, bertemu dengan Pak Irfan, sang editor senior. Entah untuk urusan apa. Dari situlah awal perkenalan kami.
“Waalaikumsalam, Furqon. Lagi ngapain?”
“Dari tadi nunggu kamu.”
“Ada apa, kok nunggu aku?”
“Kangen.”
“Hush!”
“Aku serius, nih.”
“Serius gimana?”
“Serius kangennya.”
“Masa sih?”
“Iya. Suer!”
“Tapi aku kok enggak kangen, ya?”
“Masa sih?”
“Iya.”
“Masa cowok seganteng aku enggak bikin kangen?”
“Hihihi.... Dari dulu kamu selalu aja ge-er!”
“Iya, dong. Harus percaya diri. Aku kan ganteng tak berujung. Kayak Restu.”
“Siapa tuh, Restu?”
“Itu, yang di sinetron Tukang Bubur Naik Haji.”
“Halah! Hobi banget nonton sinetron.”
“Bukan hobi. Kebutuhan.”
“Maksudnya?”
“Aku kan pengen jadi artis.”
“Oh, ya? Udah pernah main sinetron?”
“Pernah. Jadi figuran numpang lewat.”
“Kekekeke.... Kasihan!”
“Jangan ngeledek gitu, dong. Figuran kan cuma batu loncatan menuju peran yang lebih besar.”
“Hehehe.... Iya, deh. Aku doakan moga cita-citamu terkabul, Nak.”
“Aamiin, terima kasih doanya, Bu Ryana.”
“Kok manggil Bu?”
“Abis kamu manggil aku Nak, sih.”
“Hehehe....”
Kami terus ngobrol, bercanda dan tertawa-tawa.
.....
“Ryana, aku boleh ngomong serius?” ujar Furqon setelah kami ngobrol ngalor ngidul selama setengah jam lebih.
“Mengenai apa?”
“Yang kutanyakan tiga hari lalu.”
“Apa tuh?”
“Idih! Pura-pura lupa!”
“Hehehe....”
“Ayo, dong. Sekarang udah masuk episode serius, nih.”
“Okay. Pak Furqon mau menyampaikan apa?”
“Seperti yang pernah kuutarakan, aku cinta kamu, Ryana. Aku ingin membangun rumah tanggap bersama kamu. Aku butuh jawaban kamu sekarang. Kamu mau aja atau mau banget?”
Oh My God! Di tengah ucapannya yang serius, dia masih sempat-sempatnya menyelipkan humor di bagian akhir. Begitulah Furqon, cowok hitam manis yang katanya ganteng tak berujung, dan sangat humoris orangnya.
Sejujurnya, aku sangat mengagumi keberanian dia. Caranya menyatakan cinta sangat gentleman, berani, penuh percaya diri.
“Ryana, kok diam?” Furqon menagih jawabanku setelah aku diam beberapa menit.
“Bingung ya?”
“Hm... I am sorry, Furqon,” sahutku. “Aku hargai niat baik kamu. Kamu cowok yang baik, humoris, pemberani, tidak mudah tersinggung, tidak gampang menyerah.”
“Alhamdulillah, terima kasih pujiannya.”
“Kamu pasti bisa mendapatkan pendamping yang jauh lebih baik dari aku.”
“Maksudnya?”
“Kita jadi sahabat saja, ya?”
Dia tak membalas. Mungkin kaget atas penolakan halusku.
“Furqon,” lanjutku, berusaha menghiburnya. “I am so sorry. Aku tak mau melukai hati kamu.”
Dia masih diam.
“Kamu adalah tipe pria idaman banyak wanita. Kamu akan dengan mudah mendapatkan yang jauh lebih baik dari aku. Jangan marah, ya. Kudoakan kamu cepat dapat pendamping hidup. Aku sebagai sahabat akan sangat bahagia jika kamu juga bahagia.”
Lalu aku segera sign out dari Facebook, mencoba meredam rasa pusing di kepala yang mulai menyerang.
Ya Allah, hari ini sudah ada tiga pria yang berniat melamarku! Di hari-hari sebelumnya pun, ada beberapa nama yang sudah menunggu jawaban. Jika harus memilih satu di antara mereka, ke hati siapakah cintaku akan dilabuhkan? Rasanya, belum ada satu pun di antara mereka yang sesuai kriteria!
Begitulah cuplikan novel yang sedang diliris oleh Pak Jonru. Saya dilukiskan sebagai Furqon dalam cerita diatas. Meskipun peran Furqon hanya sebatas figuran, tetapi saya senang karena tokoh tersebut diadopsi dari kondisi saya (waktu itu saya pernah menjadi figuran sintron SCTV) juga sikap saya yang suka 'ge-er' dan humoris.
Novel tersebut akhirnya direvisi oleh penulisnya demi mencapai titik final pembuatan buku, karena alasan tertentu, dialog tersebut dihapus. Terbesit rasa kecewa namun tak bertahan lama karena saya menganggap itu sebagai hiburan untuk saya. Meskipun sudah direvisi, aku merasa bangga bisa menginspirasi orang lain. :D