Talkshow Ibu Nefrianti
Sabtu, 23 April 2016
Botani Square
"All about Special Needs Children"
Apa itu Anak Berkebutuhan Khusus? Ibarat kita membeli tas, tentu pertama-tama kita mencari data terlebih dahulu, lalu kita cari spesifikasi yang cocok/sesuai dengan kita.
Begitupun ABK
1. Kenali ABK
- melihat
- pengamatan
2. Mampukan ABK
-pendekatan anak & orang tua
-susun program
-laksanakan program
Ada 13 golongan ABK yang sudah disahkan. Jangan bangga punya anak terlalu pintar, bisa jadi anak kita termasuk CIBI (Cerdas Istimewa Berkemampuan Istimewa dengan IQ superior >150). Jangan tenang punya anak biasa saja, karena zaman sekarang persaingan sangat ketat & pengaruh teknologi sangat mempengaruhi perkembangan anak.
Perhatikan tumbuh kembang anak sedini mungkin. Selesai di diagnosa oleh dokter, sebaiknya kita (orang tua) memastikan & mencocokkan grafik perkembangan anak secara normal. Itulah patokannya.
Setiap anak lahir mewariskan 3.500 sifat dari ibu dan 3.500 dari ayah, tidak semua sifat baik. Lihat pemicunya, pastikan setiap sifat baik harus dikembangkan dan sifat buruk harus ditekan. Lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Misal seorang ibu yang mahir piano, anaknya ada yang mahir, ada juga yang tidak. Kemampuannya akan terlatih jika didukung oleh banyak faktor. Jika kondisinya saling membantu, maka seorang anak pianis akan menjadi pianis seperti orang tuanya.
Program Pengenalan ABK
1. Orang tua
Orang tua harus sadar akan kemampuan anaknya. Misal anak mendapat nilai 6 lalu marah-marah padahal teman-temannya mendapat nilai 3. Maka ekspetasi orang tua harus diturunkan.
2. Ahli (guru/terapis)
3. Masyarakat
4. Pemerintah
Apakah sudah ada fasilitas toilet khusus untuk penyandang kursi roda dari pemerintah? Apakah ada program-program untuk ABK yang merata? Pemerintahlah yang bertanggung jawab.
Manusia seperti gunung es. Hanya sebagian kecil yang dapat muncul di permukaan, sisanya menumpuk dibagian bawah permukaan. Jangan sampai anak-anak kita menjadi bagian sampah masyarakat. Untuk itu kita harus bisa mencari & mengoptimalkan bintang terangnya.
"Ukir kesedihanmu diatas pasir pantai, terbang bersama angin atau disapu aor laut"
Beise:
-personality (how i actually respond),
-skill & abilities (what i actually do well),
-values (what i value in my work and life)
-vocational interest (what i am interesr in doing)
Ada 9 dasar keterampilan anak:
1. Makan
2. Minum
3. Pakai baju
4. Buka baju
5. Mandi
6. BAK
7. BAB
8. Pakai & lepas sepatu
9. Sikat gigi
Interaksi akan optimal dengan:
1. Gambar 53 %
2. Simbol 33 %
3. Suara
Semoga bermanfaat
Link Games Edukasi Online: 1. https://wordwall.net/resource/64501316
Senin, 25 April 2016
Senin Spirit GAYA GESEK
Senin Spirit
Senin, 25 April 2016
Pak Arief
"Gaya Gesek"
Setiap pergerakan kita didunia ini pasti mempunyai gaya gesek. Entah itu aktifitas manusia, makhluk hidup lainnya maupun pergerakan makhluk yang tidak hidup. Ada hikmah yang dapat kita pelajari dari sebuah gaya gesek, yaitu...
Gaya gesek dapat diperbesar ataupun diperkecil. Gaya gesek akan besar jika sedikit gerak begitupun sebaliknya, gaya gesek akan kecil jika pergerakannya cepat.
Seperti halnya hidup kita, jika kita terlalu banyak diam/sedikit gerak maka gaya gesek yang dihasilkan besar. Hal ini sering kita dengar dengan istilah 'kelembaman', dimana benda yang 'diam' akan membutuhkan banyak gaya untuk dapat menggerakan benda tersebut.
Akan tetapi, sangat mudah bagi kita menggerakan sesuatu yang sedang bergerak, sehingga gaya gesek yang dihasilkan hanya sedikit.
Kesimpulannya: untuk dapat mengelola sesuatu yang besar dalam hidup kita, sebelumnya kita harus mempersiapkan diri kita dengan cara bergerak. Sibukkan diri kita dengan beragam aktifitas yang bermanfaat, jangan biarkan diri kita diam.
Minggu, 17 April 2016
Sabtu, 16 April 2016
Dilema Cup Song
Dilema Cup-Song
Oleh: M. Dhinar Zulfiqar
Jum’at, 15 April 2016
Sebelum aku menceritakan semua, izinkan aku bertanya, tentang
berbagai hal yang mungkin cukup sulit untuk menyimpulkannya.
·
Apakah
mudah mengumpulkan hampir 30 orang yang memiliki ego dikalangan para remaja
12-15 tahun?
·
Bisakah
kalian membuat konsep mulai dari 0 sampai 100 % untuk siap ditampilkan pada 2
buah acara besar, dimana kalian sendiri kurang memahami materi yang diamanahkan
tersebut?
Itulah aku, seseorang yang mendapatkan amanah tersebut.
Ada kisah menarik yang ingin aku share sebagai catatan
perjalanan sekaligus evaluasi untuk kita semua, bagi teman-teman yang ingin
belajar.
***
Beberapa bulan sebelum acara besar tahunan sekolah
diselenggarakan, seluruh panitia berkumpul untuk membentuk susunan kepanitiaan
yang nantinya akan bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
kebutuhan acara. Aku ikut karena tuntutan, karena aku pernah menjadi ketua
acara ditahun sebelumnya. Sebagai mantan ketua yang pernah merasakan
pahit-manisnya acara, aku bergabung didalam kepanitiaan. Begitulah sistemnya,
SC dan OC.
Diskusi demi diskusi kami laksanakan, hingga akhirnya aku
menjadi bagian tim olah isi, personil yang mengurusi inti acara baik persiapan,
kemauan maupun skill. Dengan kemampuan yang aku miliki, aku menyepakatinya dan
mulai bertindak sebagai pelatih, salah satunya adalah Cup-Song.
Cup-Song, singkat namun menantang. Aku berfikir bagaimana
caranya sebuah gelas plastik bisa menjadi instrumen yang sangat menarik dengan
berbagai bumbu didalamnya. Awalnya ini bukanlah tugas yang aku emban, melainkan
temanku yang lain. Akan tetapi berhubung beliau sibuk dan aku adalah
satu-satunya tim acara yang senantiasa stay
di sekolah, maka aku membantunya. Sedikit demi sedikit, aku memegang penuh
amanah Cup-Song.
Mengapa harus Cup-Song? Salah satu tujuan dari acara kami
yaitu mengkampanyekan penggunaan tumbler atau botol minum yang bisa digunakan
berkali-kali. Harapannya masyarakat sadar akan penggunaan botol sekali pakai
yang dapat merusak lingkungan karena sulit diuraikan dan didaur ulang. Itulah sebabnya,
salah satu tampilan yang disajikan adalah instrumen Cup-Song.
Pendaftaran pertama, aku sangat optimis karena mendapatkan
banyak partisipan yang mendaftar, terutama kelas 7 yang sekelas denganku. Lambat
laun jumlah mereka berkurang karena berbagai hal. Ada siswa yang lebih ingin
masuk perkusi barang bekas, ada yang bilang terlalu sibuk, ada yang belum
memiliki bakat, ada juga yang ikut-ikutan bahkan tidak bertanggung jawab atas
pendataan namanya.
Tiap malam aku memperhatikan bagaimana Cup-Song bisa dimainkan
secara asyik dan renyah. Meskipun sebelumnya aku pernah melihat penampilan Cup-Song,
akan tetapi melatih anak-anak jauh lebih rumit dari yang aku lihat di atas
panggung. Tidak jarang aku diskusi bersama anggota tentang konsep dan
dasar-dasar Cup-Song hingga akhirnya aku memahami betul bagian-bagian instrumen Cup-Song.
Latihan pertama, aku mencontohkan 3 pola bermain Cup-Song.
Pola 1 : dug – tak – dug – – tak
Pola 2 : dug – dug – pok – – tak
Pola 3 : pok – pok – du-du-dug – pok-tek-tak… pok-tek-pok-tek-pok
– dug – tak
Kebanyakan dari mereka memilih Pola yang ke-3 karena lebih
banyak, lebih menarik dan lebih menantang. Begitulah anak-anak muda, ingin
selalu tampil eksis meskipun konsep yang aku buat tidak selamanya pola ke-3.
Dalam perjalanannya, aku mendapati banyak kendala,
diantaranya acara sekolah yang bejibun, aku harus berada diluar kota selama 1
pekan dan mengistirahatkan seluruh personil Cup-Song. Aku juga dibenturkan
dengan job-desc yang kondisinya harus didampingi, tidak bisa ditinggalkan. Disamping
itu, banyak dari personil yang akhirnya mengundurkan diri dengan berbagai
alasan, ketidakjelasan acara adalah salah satunya. Aku sampai mengemis dan
memohon kepada beberapa siswa yang memiliki kemampuan untuk ikut bergabung,
disaat itu juga ada siswa yang mau tapi malu, mau tapi sibuk dan mau asalkan
dengan teman dekatnya yang satu kelas. Tentu saja aku harus mengajak beberapa
siswa lain agar tim Cup-Song menjadi sebuah kelompok yang kompak.
Setelah konsep 60% terbentuk, maka mulailah anak-anak
memberikan saran untuk penampilan yang akan dimainkan. Pernah sempat kami
membawakan lagu luar negeri yang akhirnya aku tolak dan menggantinya dengan
lagu Manuk Dadali & Bogor Kota Beriman dengan 4 orang penyanyi inti. Tentu saja
aku harus bisa memanfaatkan waktu seoptimal mungkin untuk mengajak mereka latihan,
yakni pukul 12.30-13.00. Waktu yang singkat bukan? Betapa bahagianya aku karena
ada pengakuan dari tim untuk meluangkan waktunya demi latihan. Mereka mendengarkanku,
berkumpul dan fokus, padahal bisa saja mereka asyik ngobrol menunggu jam
belajar sesi siang dimulai atau jajan dikantin dengan teman-teman yang lain.
Bagiku, latihan Cup-Song, begitu memiliki makna.
Pernah sekali personil kelas 7 dikeluarkan dari kelas karena
kami latihan melebihi pukul 13.00. Bukankah itu tidak adil? Kami berusaha semaksimal
mungkin sebagai representative
program sekolah namun tidak didukung sepenuhnya. Ingin rasanya aku meminta maaf
kepada mereka. Tapi, yasudahlah…
Gelas yang menjadi masalah latihan, akhirnya ditanggung oleh
rekan panitia agar latihan bisa berjalan rutin. Selalu aku rapikan gelas yang
sudah dipakai dan disimpan didalam loker kerjaku agar tidak berserakan dan
hilang. Begitulah kami setiap hari, demi mensukseskan acara yang telah
dipercayakan kepada kami. Tidak hanya Hari Bumi, tapi juga Open Mind Event
orang tua siswa baru, saran yang diajukan oleh Mr. Good.
***
Hari ini…
07:40 Aku datang kesekolah dengan nada & ekspresi seperti
biasanya. Lain dari biasanya, aku tidak membawa sepeda karena pagi ini hujan
turun sehingga komunitas sepeda diistirahatkan. Selesai shalat dhuha, anak-anak
mengikuti sesi mentoring yang membahas tentang “batasan pergaulan ikhwan &
akhwat” dengan pembagian kelompok sesuai dengan kelasnya. Beberapa walikelas
begitu reaktif menerima saran dari Leader terkait pembahasan ini, berhubung ada
beberapa kasus yang sangat tidak mencerminkan diri seorang muslim. Aku memperhatikan
mentoring tersebut sampai penutupan.
09.40 Aku mendengar Madam kecewa karena murid-muridnya banyak
yang absen/tidak masuk sekolah. 2 orang diantaranya adalah anggota Cup-Song. Awalnya
aku merespon dengan biasa, akan tetapi semua berubah ketika Madam memberikan
hukuman kepada mereka. Disamping itu, Ia mendapatkan kabar dari salah satu
orang tua bahwa seorang siswa akan datang siang, demi mengikuti kegiatan
gladiresik Cup-Song di sekolah.
Entah apa yang dipikirkannya, ia langsung memintaku untuk
mencoret nama personil Cup-Song dari list dan tidak mengizinkannya ikut. Pernyataan
tersebut dipertegas oleh Leader dengan alasan, “siswa yang datang disiang hari,
tidak menghargai pembelajaran dipagi hari dan lebih mengutamakan Cup-Song.
Tidak masalah ‘kan apabila satu orang kita coret karena hari ini tidak masuk?
Tidak mempengaruhi suara & ketukan bukan? Silahkan disuruh pulang!” Hal
inilah yang menjadi sebab dari segala kegalauan saya.
Tiba-tiba langit terasa runtuh. Aku adalah orang dibaris
terdepan yang mengkoordinir tim Cup-Song. Mendengar pesan tersebut, aku sempat
menimpali dan mempertanyakannya terutama alasan 2 siswa Cup-Song yang pagi ini
tidak masuk dan ingin datang siang. Menurutku, bukan masalah kehilangan ketukan
dan suara, atau jumlah personil, melainkan pengorbanan yang telah
dikontribusikan kepada Cup-Song. Waktu istirahat yang tersita untuk latihan,
sekaligus momen H-1 menjelang acara berlangsung. Seorang anak izin itu sah-sah
saja, terlebih yang memberi kabar adalah orang tuanya. Masalah?
Dalam kondisi tersebut, aku menyadari bahwa aku bukanlah
siapa-siapa. Aku bukan kepala sekolah ataupun walikelas siswa Cup-Song. Aku juga
tidak bisa menantang seseorang yang sikapnya sangat saklek terhadap aturan. Aku
mulai dihantui perasaan bersalah. Dalam kebimbangan tersebut, tiba-tiba ada
suara Mr. Good yang begitu menyejukkan, seolah kehadirannya dari surga. Ia
berkata, “Apakah sanksinya bisa diganti dengan yang lain, tanpa mencoret
anggota Cup-Song?”
Meskipun saran tersebut sepertinya diabaikan, setidaknya hal
itu telah memberikan titik terang kepadaku. Aku mulai melamun dan terus mencari
jalan keluar atas semua yang telah terjadi. Akhirnya aku memberanikan diri
untuk bertanya langsung kepada 2 anak tersebut, berhubung ponsel mereka pasti
ada ditangan mereka, tidak seperti siswa disekolah yang tidak memegang ponsel
karena dikumpulkan.
Aku memahami kondisi diantara kedua siswa tersebut. Satu diantaranya
sakit perut dan satu yang lain sedang melakukan pengayaan ditempat bimbelnya. Pergantian
jadwal tersebut dilakukan karena jadwal rutin mingguannya digunakan untuk
perform Cup-Song. Betapa dalamnya perjuangan anak tersebut, demi kelulusan UN,
demi penampilan Cup-Song, ia harus merubah jadwal dan izin sekolah. Aku paham.
Sesegera mungkin aku memberi kabar kepada keduanya untuk
tidak datang disiang hari karena akan ada seseorang yang menyuruhnya pulang. Aku
menyayangkan ongkos dan energi yang akan dikeluarkan nantinya. Aku juga meminta
kepada orang tua untuk memberikan kabar bahwa ketidakhadirannya disekolah
adalah dikarenakan urusan urgent. Khawatir kekecewaan dan kebencian muncul
ketika kehadiran disekolah justru tidak diharapkan. Sakit.
Aku tidak mau bersikap su’uzhan/buruk sangka. Mr. Good
menyayangkan akan kebijakan yang diputuskan dipagi itu dan mencoba menghiburku
untuk tidak memikirkan masalah ini. Akan tetapi, aku menganggap masalah ini
adalah masalah yang serius. Antara kehormatan, kepercayaan, emosi, aturan, dan
menjaga perasaan orang lain.
Selepas shalat Jum’at, aku berusaha bernegosiasi dengan
Leader terkait pesan yang telah disampaikan tadi pagi kepada saya. Hasilnya adalah,
Leader mengizinkan dengan syarat izin ke Madam. Sungguh diluar dugaan, do’aku
dijabah. Allah maha membolak-balikan hati manusia.
Saat komunitas berlangsung, aku masih melamun memikirkan
sesuatu yang masih menempel dikepalaku, tidak terlihat namun memberatkan, ya
kondisi personil Cup-Song yang tidak masuk. Menjelang siang, sesuai rencanaku
anak-anak tidak datang disiang hari meski tidak ikut gladiresik sekalipun.
Seusai komunitas, acara gladiresik dimulai, seperti dugaanku
sebelumnya, tim Cup-Song tidak lengkap karena beberapa diantaranya ada yang
mengikuti club & futsal. Waktu terus berjalan, meskipun tidak lengkap, kami
tetap melanjutkan acara. Disusul performance Alif bermain solo gitar dan
persiapan perkusi.
Kegiatan ditunda karena shalat Ashar. Seusai shalat, aku
menghampiri Madam yang sedang merapikan mukena. Aku mengutarakan kembali
maksudku, yakni mengizinkan siswa ikut Cup-Song meskipun hari ini tidak hadir. Maka
inilah jawabannya,
“Itu keputusan bukan saya yang mengucapkan, melainkan Leader,
maka silahkan tanyakan kepada beliau. Ternyata yang ada dipikiran kami adalah
hal yang sama. Saya kecewa karena belakangan ini banyak siswa yang absen setiap
hari Jum’at karena malas. Selalu saja ada alasan untuk bisa bolos, entah itu
sakit, pergi dan lainnya. Saya menyayangkan anak yang hanya datang siang untuk Cup-Song,
tidak memperdulikan pembelajaran dipagi hari. Bagi saya itu tidak mencerminkan
akhlak yang baik. Seolah sekolah ini milik dia, dan dia bebas berbuat semaunya,
maka saya sarankan, untuk yang seperti itu sebaiknya tidak ikut tampil. Saya sih
terserah, tergantung kebijakan bapak. Berhubung tidak ada anak yang sengaja
datang siang.”
Ada setitik harapan untuk bisa merekrut kembali harapan yang
hampir putus diantara aku dan anggota Cup-Song. Hal ini terus menjadi rahasia
antara aku, Leader, Madam dan Mr. Good. Tidak ada yang tahu kecuali kami.
***
Sore menjelang maghrib, Madam mengoprek ponselku karena
meminta foto latihan untuk dikirimkan ke ponselnya via WhatsApp, seketika aku rebut khawatir riwayat
chatnya dibaca, aku menyenggolnya sampai ponselku terjatuh. Sungguh perjuangan
yang luar biasa. Andaikan obrolanku dibaca, mungkin aku akan mendapatkan
teguran atau mungkin hanya ketakutanku saja.
Aku berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mendukung salah
satu pihak yang berkepentingan. Aku adalah aku. Aku adalah pelatih Cup-Song,
maka aku mempunyai wewenang untuk mensukseskan acaraku, acara semua. Aku tidak
ingin mengurangi ekspetasi ketua pelaksana yang hari kemarin melihat hanya
karena masalah sepele disekolah. Aku berharap Leader bisa bersikap bijak. Andaikan
seorang tidak mengikuti kelas mentoring dengan tema “batasan pergaulan ikhwan
dan akhwat,” maka konklusinya adalah mencari informasi tentang tema tersebut,
baik itu mencatat atau browsing atau dipresentasikan, kurasa itu lebih nyambung
dibandingkan dengan hukuman mencoret keanggotaan Cup-Song.
Urun saran, terkait absen anak dihari Jum’at, mungkin yang
menjadi salah satu faktor pemicunya adalah kejenuhan akibat kegiatan yang
monoton. Mungkin evaluasinya bisa kita bicarakan agar lebih menarik dan lebih
mengesankan dimata dan dihati anak-anak.
Semoga bermanfaat
“Beberapa tokoh dalam cerita ini saya tulis dalam nama samaran…”
Kamis, 07 April 2016
Aku sakit dan aku bergerak!
Hidup itu pilihan, aku sakit dan aku bergerak
Kamis, 7 April 2016
Hari ini, bisa saja aku beristirahat penuh dirumah karena
kondisi tubuhku yang kurang fit. Tadi pagi mendadak tubuhku demam, suhu tubuh
meningkat dari biasanya saat aku membukakan mata. Alhasil aku malas bergerak
dan meminta kepada diri sendiri untuk beristirahat. Dalam keadaan setengah
terbangun, aku memanggil ibu untuk mengobati penyakitku dengan menggunakan kop
angin dan minyak kayu putih. Seketika aku berbaring sambil diurusi oleh ibu dan
aku tertidur.
Matahari mulai memancarkan sinarnya, aku kembali terbangun
dengan kondisi tubuh yang mulai pulih dari beberapa waktu sebelumnya. Aku
shalat subuh, mengambil makan dan memasak air untuk mandi dengan hitungan waktu
yang cukup lama, dengan gerak yang lamban. Ada rasa malas yang timbul untuk pergi
ke sekolah karena rasa sakit ini, tak lama kemudian, aku ditelepon oleh rekan
kerjaku untuk memberikan surat keterangan sehat milik anak-anak yang aku
rapikan sepulang magang Bandung pekan lalu. Aku sudah memberi tahu bahwa surat
itu ada disekiar kantor, hanya saja tidak berhasil ditemukan. Berhubung surat
tersebut sangat dibutuhkan, aku memaksakan diri untuk pergi kesekolah, lebih
siang dari biasanya untuk mencari surat sehat yang menjadi tanggung jawabku.
Sampai disana aku berhasil menemukan kumpulan surat sehat
yang dimaksud, tepatnya berada dikolong meja. Mungkin terjatuh karena
berbenturan dengan benda lain. Setelah itu aku diminta tolong oleh rekan
kerjaku yang lain untuk mengantarkan surat simaksi persiapan Summit Gunung
Gede. Dengan perasaan sedikit bimbang, akhirnya aku meladeni tawaran tersebut
dan aku yang mengendarai sepeda motornya.
Aku ingat instruksi saat berada di gunung, bahwa kondisi
tubuh yang lemah harus diantisipasi dengan cara bergerak. Bergerak dan
bergerak. Aku merasa cukup bergerak saat aku berada disekolah, terlebih aku
pergi ke Bantar Kemang sebanyak 2x (bolak-balik) untuk memberikan uang simaksi sekolah
kepada salah satu mitra yang membantu kami dalam urusan persiapan summit kelas
7 nanti. Aku mendapatkan inspirasi baru saat berdialog dengan guide Gunung Gede
tersebut dan kami melakukan shalat Dzuhur berjamaah di mesjid.
Sesampainya disekolah, aku membantu merapikan arsip anak-anak
yakni fotokopi kartu pelajar dan surat sehat untuk disusun dan disteples, lalu
aku ikut bergabung dengan panitia untuk mendiskusikan hitungan biaya summit
tahun ini. Tak kuasa menahan kantuk, aku tertidur.
Adzan Ashar berkumandang, aku terbangun dan melakukan shalat
Ashar berjamaah. Tentu saja aku dipertanyakan oleh beberapa siswa, “kemanakah
pak Dhinar hari ini?” Ya, aku tidak terlalu show-up pada anak-anak untuk hari
ini karena tugas keluar sekolah. Hal tersebut didukung karena amanahku hari ini
sedang sakit, tidak masuk sekolah sehingga aku mempunyai banyak waktu senggang
disekolah. Hanya sedikit yang dapat aku sampaikan kepada siswa, “aku sakit dan
aku perlu istirahat.” Aku juga memberikan sedikit buah-buahan kepada beberapa
rekan kerja yang kubeli dari pinggir jalan, sepulang dari pembayaran simaksi.
Setelah anak-anak pulang, aku diajak oleh rekan lama ku untuk
pergi membesuk siswa yang sudah 4 hari sakit, namun karena harus menunggu dalam
waktu yang cukup lama, akhirnya aku memutuskan untuk pergi menemui siswa lain
untuk belajar musik, tentunya dengan guru musik, yang lebih mahir bermain
musik. Kesempatan ini aku ambil karena sangat jarang sekali bisa mengajarkan
musik bersamaan dirumah siswa berhubung guru musik kami adalah orang sibuk,
alasannya kelas memanahnya hari ini sedang libur. Ini merupakan momen pertama
untuk bisa sharring.
Disana, kami makan malam disuguhi banyak cemilan. Disela latihan,
kami menyempatkan shalat maghrib berjamaah dirumah karena kondisi diluar sedang
hujan deras. Setelah itu kami bermain musik kembali sampai adzan isya
berkumandang lalu kami berdiskusi tentang banyak hal. Pukul 20:00, kami
memutuskan untuk pulang kerumah dan beristirahat. Tak lupa aku mengambil si
Acer yang dipinjam untuk mengedit kartu pelajar siswa yang hilang di sekolah.
Pelajaran yang dapat dipetik adalah:
·
Aku
bisa membantu rekan kerja menyelesaikan simaksi
·
Aku
mengetahui rumah mitra Gunung Gede dan mendapatkan inspirasi darinya
·
Si
Acer bisa bermanfaat untuk 4 orang sekaligus
·
Aku
mendapatkan cemilan untuk dibawa pulang, oleh-oleh khas Jawa
·
Aku
bisa menikmati buah naga, lemon tea, semangka, tekwan, sop dan jeruk bali
·
Aku
bisa tertawa lepas bercanda dengan rekan kerjaku
·
Aku
turut membantu menghitung biaya proposal Summit Gunung Gede
·
Aku
bisa bersedekah
·
Aku
mendapatkan cerita inspirasi tentang “penolakan 3x saat ta’aruf”
·
Aku
dibutuhkan untuk menemukan surat sehat dan mensteples kartu pelajar
·
Aku
berdiskusi dengan ibu dirumah tentang film jadul, ksatria Ateng di TV kabel
Andai saja hari ini aku memutuskan untuk tetap dirumah sampai
esok hari, mungkin hasilnya tidak akan sama. Mungkin aku akan menghabiskan hari
ini dengan mengeluh (karena sakit), menonton film box-office diinternet/tv
kabel, bermain, bermalas-malasan dan berbaring lesu dirumah. Alhamdulillah Allah
memberikanku kesempatan hidup hari ini, terimakasih ya Allah…
Syafakumullah pak Dhinar, semoga lekas sembuh. Amin…
Minggu, 03 April 2016
inspirasi subuh & refleksi malam Magang Bandung
Inspirasi subuh dan refleksi malam Magang Bandung
Jumat, 1 April 2016
Oleh Pak Agus & Pak Yasir
Penginapan Cikutra 5 No. 1 Bandung
Pak Agus – subuh
Temans, banyak sekali manfaat yang
dapat dipetik dari kegiatan rutin tahunan, magang industri kreatif Bandung ini
terutama kepada teman-teman SM 1 di Sekolah Alam Bogor. Optimalkan sebaik
mungkin dan jangan sampai di sia-siakan. Butuh pengorbanan yang cukup banyak
dari anak, guru dan orang tua dalam terlaksananya kegiatan seperti ini. Bersyukur
mempunyai latihan penempaan seperti ini tidak seperti kebanyakan orang (untuk
seumuran siswa SMP kelas 1).
Belajar pada ahlinya, atau kita sebut
magang adalah metode belajar terbaik dibandingkan dengan metode belajar apapun.
Magang ini merupakan sesuatu yang dicontohkan Rasulullah saw. kepada kita,
bedanya kita hanya lintas kota (Bogor – Bandung) sedangkan Rasulullah saw. pada
usia anak-anak sudah melintasi antar negara (Mekkah – Siriah). Ikut keseharian
sang maestro, melewati berbagai macam ujian dan jauh sekali dari kondisi yang
nyaman (proses penempaan). Meskipun demikian, akan ada hal yang sangat besar
yang akan kita nikmati nantinya.
Apa tujuan dari kegiatan ini? Mengapa
teman-teman Cinnabar diajarkan membuat patung, Greeneration membuat design tas
dan stiker, membuat kaos, gantungan unik Purezento, dan sebagainya? Apakah kita akan mengikuti jejak usaha
mereka? Bisa jadi ya! Satu hal yang pasti, mereka mengajarkan tentang semangat
berwirausaha kepada teman-teman semua.
Contoh kisah Suichiro Honda, sejak
kecil beliau menggemari dunia otomotif dan sangat sering ia magang ke bengkel,
tempat pamannya bekerja. Setelah ia besar, ia berhasil membuat produk otomotif (dengan
tahapan yang cukup lama) dan sebelum sukses ia terlebih dahulu menerima
penolakan bahkan hujatan dari beberapa orang. Akhirnya ia menjadi salah satu
orang sukses masa kini, bahkan anak-cucunya menikmati kesuksesan tersebut
(bebas finansial). Itu termasuk contoh magang dan usaha yang nyambung.
Lain cerita dengan Steve Jobs, saat
kecil ia magang teknik kaligrafi dan ketika sudah besar menjadi pengusaha
ponsel yang paling sukses. Apa hubungannya? Pengalaman magangnya dulu mengasah
kepekaan jiwa seni terhadap keindahan hingga akhirnya ia membuat design ponsel baru
bernama Iphone, satu-satunya handphone yang memiliki jenis font paling keren. Contoh
magang dan usaha yang tidak berkaitan.
Hal yang dilakukan Steve Jobs adalah connecting the dots. Meski ‘ga nyambung’,
ia menghubungkan pengalamannya tersebut dengan usahanya. Begitupun teman-teman
SM, walaupun ekspedisi dan magang tidak memiliki hubungan, akan tetapi suatu
saat nanti akan saling mendukung satu pengalaman dengan pengalaman yang lain.
Perjalanan hidup manusia itu ibarat
kita melihat titik terang pada jarak yang jauh. 50 meter, 10 meter mungkin kita
masih belum bisa menebak dan melihat dengan baik, namun jika kita terus
mendekatinya sampai jarak 2 meter atau 5 cm, maka kita akan yakin tentang benda
yang kita fokuskan itu.
Jadikan ini sebagai ajang untuk
meningkatkan kapasitas diri. Hakikat belajar, tidak hanya menerima tapi juga
memberi. Santri yang hebat tidak hanya belajar dari 1 pesantren, tapi terus
melanjutkan ke tempat selanjutnya. Kita pun demikian, harus terus magang ke
tempat berikutnya yang lebih hebat dan terus kita palajari ilmunya.
Prinsip dasar berbisnis adalah
melayani oran lain. Akan gagal bisnis seseorang kalau tidak bisa melayani orang
lain. Bahkan di Gontor, ada satu
pelajaran khusus yang isinya tentang melayani karena begitu pentingnya materi
tersebut, luar biasa bukan?
Ada 3 jenis manusia yang ada didunia
ini (berdasarkan keadaan & kondisi):
1. Tidak mengganggu (keberadaan orang
level 1 ini antara ada dan tiada)
2. Menyenangkan orang lain
3. Bermanfaat/membantu orang lain
sehingga dirindukan
Harapannya setelah magang ini
selesai, pihak tempat magang menanyakan kabar kita, “anak-anak kemana ya? Bagaimana
kabarnya ya?” Hebat jika kita sampai tahap seperti itu. seseorang yang
dirindukan.
“Produk bisa berubah tapi prinsip
tidak akan berubah.”
“Jangan fokus pada kulit, tapi juga
pada inti.”
Hari terakhir, tutup dengan rasa
berterimakasih dengan tulus. Mungkin keberadaan kita mengganggu dan merepotkan.
Ucapkan permohonan maaf yang mendalam. Jangan lupa terhadap fasilitator yang
menemani 1 pekan di Bandung. Semoga ini semua menjadi pengalaman yang berguna
bagi kalian kelak.
Pak Yasir – malam
·
Magangnya
siswa SMP kelas 1 adalah hal yang tidak biasa bagi orang lain yang seumuran
dengan teman-teman. Harapannya ini menjadi pengalaman yang luar biasa.
·
Seseorang
akan sukses jika telah berlatih selama 10.000 jam.
·
Sukses
itu tidak hanya pada 1 hal melainkan pada berbagai hal.
·
Mungkin
magang ini adalah detik pertama atau KM 0 nya teman-teman meraih kesuksesan,
bukanlah hal yang mudah untuk bisa melangkah.
·
Zaman
pak Yasir dulu yang namanya magang hanya sekedar nonton dan mendengarkan cerita
(naik kereta usia 22 tahun untuk berpergian jauh)
·
Masa
remaja Rasulullah saw. magang kepada pamannya dan melakukan perjalanan antar
negara.
·
Masing-masing
tempat magang mengalami kesukseskan yang berbeda, bukan proses yang instan,
semua punya kisah masing-masing. Ada rangkaian proses yang harus dihubungkan
(connecting the dots), menyambungkan titik dan menjadi titik kehidupan yang
menghantarkan pada kesuksesan masa depan dengan mengambil pelajaran.
·
Magang
ini digunakan untuk menguji dan membuktikan kesungguhan kan siswa. Allah akan menguji siapa yang bersungguh-sungguh
diantara kalian.
Semoga bermanfaat
Langganan:
Postingan (Atom)