Sabtu, 30 Agustus 2014

sebar SALAM #1 -Semangat jum'at 29 Agustus 2014

Sebar SALAM #1
Jum’at, 29 Agustus 2014
Oleh    : Ust. Natiq
@ Aula SM

S : Semangat – Spirit
Alhamdulillah disekolah kita ada nilai-nilai SALAM yang selalu memotivasi kita untuk menjadi lebih baik dan insyaa Allah istiqomah. Ada beberapa point yang disampaikan terkait nilai “SEMANGAT” ke anak-anak SM, yaitu:

Proaktif                      : mampu mengikuti segala macam kegiatan dan instruksi yang diberikan dengan kesadaran sendiri serta memiliki inisiatif yang tinggi.
Beberapa anak sudah terlihat bersikap proaktif dalam kehidupan sehari-hari seperti melakukan shalat dhuha, setoran ODOA (one day one ayat), mengikuti qira’ati dan yang lainnya. Berbeda dengan anak yang aktif, ia hanya mengikuti instruksi yang diberikan jika disuruh, ada dorongan dari luar yang bisa jadi melakukan sesuatu dengan terpaksa. Semoga anak yang proaktif dapat menularkan kebaikannya. Amiin

Antusias          : memiliki semangat yang tak terbatas
Kami senang menyaksikan antusias teman-teman saat kemarin pekan perlombaan 17 Agustusan di SM. Setiap kelas ada perwakilan yang berusaha semaksimal mungkin memperebutkan juara dan hadiah dari panitia.

Do the best    : melakukan yang terbaik
Misal ada seorang anak yang belum hafal 1 ayat untuk setoran ke pak Zul. Siang-malam terus melatih bacaan ayatnya untuk dihafal walaupun setiap kali bertemu dengan pak Zul hafalan tersebut selalu hilang/lupa, ia akan terus berusaha memberikan yang terbaik sampai bisa dan berusaha konsisten melakukannya.

Semangat       : perfeksionis tapi wajar, tahan mental
Mari kita simak kisah “BAJU PERANG ALI r.a.” yang hilang!
            Suatu hari, setibanya Ali sampai dirumah, Ia menghampiri baju besi kesayangannya yang selalu dipakai saat perang. Berhubung cuaca diluar cerah, Ia menyimpan baju tersebut dipinggir jalan dengan tujuan untuk dijemur dibawah terik matahari agar ketahanan baju perang tersebut lebih kuat dari sebelumnya.
            Hampir setengah hari baju tersebut ditinggal pergi oleh Ali, ketika hendak diambil dan disimpan kembali kedalam rumah, baju perang tersebut tidak ditemukan oleh beliau. Sempat penasaran dan berusaha semaksimal mungkin bertanya kesetiap orang yang melalui jalan tersebut, termasuk tetangga-tetangga beliau yang mungkin saja melihat baju tersebut, ternyata tidak ditemukan jawaban sama sekali.
            Menjelang sore, tiba-tiba pandangan Ali terpusat kepada satu arah yakni baju perangnya yang hilang. Beruntung baju tersebut dapat ditemukan kembali akan tetapi sudah diakui kepemilikkannya oleh orang Yahudi. “Keukeuh,” Yahudi tersebut mempertahankan keyakinannya bahwa itu adalah baju perang miliknya, begitupun Ali yang meyakini bahwa baju perang tersebut adalah miliknya. Hingga akhirnya kasus ini dibawa ke pengadilan.
            Ali yang menggugat perkara ini diminta membawa 2 orang saksi sebagai bentuk tanggung jawab dan bukti yang akan diproses dipersidangan. Ali membawa pembantunya dan Hasan (cucu Rasulullah saw. yang masih saudara sedarah dengan Ali) untuk menjadi saksi. Hukum tetap hukum, dalam persidangan kesaksian Hasan tidak diterima karena hubungan sedarah dengan Ali sehingga persidangan tersebut dimenangkan oleh orang Yahudi tersebut.
            Mengakui keputusan hakim, Ali menyerahkan dengan ikhlas baju perang tersebut kepada orang Yahudi. Sungguh sangat bijak sikap Ali untuk menerima hasil sidang oleh hakim walaupun sebenarnya ia sangat yakin bahwa baju perang tersebut adalah miliknya.
            Hari demi hari berganti, akhirnya sang waktu membuktikan kebenaran yang telah Ali lakukan. Entah ada faktor apa, orang Yahudi tersebut akhirnya menngakui kesalahannya dan membenarkan gugatan Ali bahwa sebenarnya itu adalah baju perang miliknya. Hendak permohonan maaf ini dibawa kembali ke meja sidang, namun Ali sudah berlapang dada untuk tidak menerima baju perang tersebut.
            “Mohon maaf atas segala sesuatu yang pernah terjadi, akan tetapi aku penasaran. Hal apa yang membuat engkau tidak tertarik kembali dengan baju perang milikmu ini?” ucap orang Yahudi meminta maaf dan bertanya keheranan.
            “Tidak ada apa-apa. Justru saya yang berterima kasih karena sudah memberikan pelajaran yang sangat berharga oleh baju itu. Baju itu sudah aku ikhlaskan untuk dirimu.” Jawab Ali kepada orang Yahudi tersebut.
            Seketika itu juga orang Yahudi tersebut masuk Islam karena melihat kegigihan Ali yang terdorong untuk membela kebenaran, bukan karena materi yang diincarnya.
Semoga bermanfaat



Tidak ada komentar:

Posting Komentar