Sebar SALAM #1
Jum’at, 29 Agustus 2014
Oleh : Ust. Natiq
@ Aula SM
S : Semangat – Spirit
Alhamdulillah disekolah kita ada
nilai-nilai SALAM yang selalu memotivasi kita untuk menjadi lebih baik dan
insyaa Allah istiqomah. Ada beberapa point yang disampaikan terkait nilai
“SEMANGAT” ke anak-anak SM, yaitu:
Proaktif :
mampu mengikuti segala macam kegiatan dan instruksi yang diberikan dengan
kesadaran sendiri serta memiliki inisiatif yang tinggi.
Beberapa anak sudah terlihat bersikap
proaktif dalam kehidupan sehari-hari seperti melakukan shalat dhuha, setoran
ODOA (one day one ayat), mengikuti qira’ati dan yang lainnya. Berbeda dengan
anak yang aktif, ia hanya mengikuti instruksi yang diberikan jika disuruh, ada
dorongan dari luar yang bisa jadi melakukan sesuatu dengan terpaksa. Semoga
anak yang proaktif dapat menularkan kebaikannya. Amiin
Antusias :
memiliki semangat yang tak terbatas
Kami senang menyaksikan antusias
teman-teman saat kemarin pekan perlombaan 17 Agustusan di SM. Setiap kelas ada
perwakilan yang berusaha semaksimal mungkin memperebutkan juara dan hadiah dari
panitia.
Do the best :
melakukan yang terbaik
Misal ada seorang anak yang belum
hafal 1 ayat untuk setoran ke pak Zul. Siang-malam terus melatih bacaan ayatnya
untuk dihafal walaupun setiap kali bertemu dengan pak Zul hafalan tersebut
selalu hilang/lupa, ia akan terus berusaha memberikan yang terbaik sampai bisa
dan berusaha konsisten melakukannya.
Semangat :
perfeksionis tapi wajar, tahan mental
Mari kita simak kisah “BAJU PERANG ALI r.a.” yang hilang!
Suatu hari,
setibanya Ali sampai dirumah, Ia menghampiri baju besi kesayangannya yang
selalu dipakai saat perang. Berhubung cuaca diluar cerah, Ia menyimpan baju
tersebut dipinggir jalan dengan tujuan untuk dijemur dibawah terik matahari
agar ketahanan baju perang tersebut lebih kuat dari sebelumnya.
Hampir
setengah hari baju tersebut ditinggal pergi oleh Ali, ketika hendak diambil dan
disimpan kembali kedalam rumah, baju perang tersebut tidak ditemukan oleh
beliau. Sempat penasaran dan berusaha semaksimal mungkin bertanya kesetiap
orang yang melalui jalan tersebut, termasuk tetangga-tetangga beliau yang
mungkin saja melihat baju tersebut, ternyata tidak ditemukan jawaban sama
sekali.
Menjelang
sore, tiba-tiba pandangan Ali terpusat kepada satu arah yakni baju perangnya
yang hilang. Beruntung baju tersebut dapat ditemukan kembali akan tetapi sudah
diakui kepemilikkannya oleh orang Yahudi. “Keukeuh,” Yahudi tersebut
mempertahankan keyakinannya bahwa itu adalah baju perang miliknya, begitupun
Ali yang meyakini bahwa baju perang tersebut adalah miliknya. Hingga akhirnya
kasus ini dibawa ke pengadilan.
Ali yang
menggugat perkara ini diminta membawa 2 orang saksi sebagai bentuk tanggung
jawab dan bukti yang akan diproses dipersidangan. Ali membawa pembantunya dan
Hasan (cucu Rasulullah saw. yang masih saudara sedarah dengan Ali) untuk
menjadi saksi. Hukum tetap hukum, dalam persidangan kesaksian Hasan tidak
diterima karena hubungan sedarah dengan Ali sehingga persidangan tersebut
dimenangkan oleh orang Yahudi tersebut.
Mengakui
keputusan hakim, Ali menyerahkan dengan ikhlas baju perang tersebut kepada
orang Yahudi. Sungguh sangat bijak sikap Ali untuk menerima hasil sidang oleh
hakim walaupun sebenarnya ia sangat yakin bahwa baju perang tersebut adalah
miliknya.
Hari demi
hari berganti, akhirnya sang waktu membuktikan kebenaran yang telah Ali
lakukan. Entah ada faktor apa, orang Yahudi tersebut akhirnya menngakui
kesalahannya dan membenarkan gugatan Ali bahwa sebenarnya itu adalah baju perang
miliknya. Hendak permohonan maaf ini dibawa kembali ke meja sidang, namun Ali
sudah berlapang dada untuk tidak menerima baju perang tersebut.
“Mohon maaf
atas segala sesuatu yang pernah terjadi, akan tetapi aku penasaran. Hal apa
yang membuat engkau tidak tertarik kembali dengan baju perang milikmu ini?”
ucap orang Yahudi meminta maaf dan bertanya keheranan.
“Tidak ada
apa-apa. Justru saya yang berterima kasih karena sudah memberikan pelajaran
yang sangat berharga oleh baju itu. Baju itu sudah aku ikhlaskan untuk dirimu.”
Jawab Ali kepada orang Yahudi tersebut.
Seketika itu juga orang Yahudi
tersebut masuk Islam karena melihat kegigihan Ali yang terdorong untuk membela
kebenaran, bukan karena materi yang diincarnya.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar