Senin, 09 Desember 2013

Bagaimana cara mengembalikan senyumnya?



BERITA (Berbagi ilmu dan cerita) LSC yang dibawakan oleh bu Inda bulan September lalu mengisahkan tentang perjalanan dan seluk – beluk rumitnya menjadi sosok “ibu.” Referensi yang didapat dari berbagai buku – buku serta artikel yang bersinggungan dengan ‘ibu’ yang telah dirangkum oleh bu Inda, diceritakan dengan penuh khidmat. Mulai dari pengalaman pribadi, kisah perjuangan seorang ibu dari seluruh dunia, termasuk pendapat atau penilaian setiap guru terhadap ibunya masing – masing.
Setelah mendengarkan kisah – kisah yang sangat mengharukan terkait seseorang yang pastinya sangat disayangi oleh semua orang ini, siapa lagi kalau bukan ‘ibu,’ kami (SDM LSC/peserta Berita) menyaksikan video berdurasi 5 menit tentang kebaikan seorang ibu. Film pendek yang tokohnya diperankan dari negeri timur tersebut menceritakan tentang kebajikan seorang ibu kepada anaknya namun tidak diperlakukan dengan baik oleh anaknya sendiri. Cerita dari film tersebut kurang lebih seperti ini,
Seorang ibu yang awalnya diantarkan oleh anaknya yang berbadan besar (usianya sekitar 30 tahunan), dibiarkan duduk dikursi taman pinggir jalan. Setelah meninggalkan pesan dari sebuah kertas, anak tersebut meninggalkan ibunya sampai waktu yang tidak ditentukan. Seseorang pemuda yang secara tidak langsung mengamati kegiatan ibu dan anak tersebut dari apartemennya merasa biasa saja karena suasana dikursi taman tersebut memang seperti itu adanya sehingga hanya memperhatikan dari jarak yang cukup jauh sampai ia berangkat kerja dipagi hari. Ibu tersebut tidak tahu harus berbuat apa dilingkungan yang asing tersebut, sesekali dia memberikan permen kepada anak – anak yang telah dihadapannya. Tentu saja secara spontan mendapatkan senyum manis dan ucapan terimakasih dari orang tua mereka. Beberapa orang asing yang lewat dihadapannya dimintakan tolong untuk diajak berbincang – bincang terkait amanat anaknya untuk membuka pesan yang dipegangnya tersebut, namun tidak ada satu pun yang bersedia menghampirinya. Terus dan terus ibu itu menunggu sambil menghadap sebuah danau yang terletak ditengah kota untuk mengupas rasa penasarannya serta mencari kebenaran atas apa yang telah terjadi dengannya.  
Sore hari menjelang malam, pemuda yang tempat tinggalnya disebrang kursi taman tersebut pulang dari kantornya. Sorot matanya tertuju kepada seorang ibu yang posisi duduknya belum juga berubah sejak pagi. Dari dalam mobil, pandangannya tertuju pada sosok tersebut, melihat seorang ibu (yang dari pagi) duduk sendiri tanpa ditemani siapa pun. Rasa penasaran dan empati pun muncul seketika pemuda tersebut menghampiri ibu berpakaian hitam dan menanyakan kabarnya. Sang ibu tersebut merasa senang karena ada seseorang yang akhirnya mau menemani dirinya setelah satu hari penuh duduk menghadap kolam dipinggir jalan.
Perlahan sang ibu menjelaskan keadaannya (dialog berbahasa arab dengan translate bahasa inggris) bahwa dirinya merasa senang sudah diajak oleh anaknya bermain dikota besar, tempat anaknya tinggal dengan istri dan anak – anaknya. Bahkan dirinya tidak pernah dipertemukan dengan menantu dan cucunya selama hidup dan tinggal didesa, hanya kiriman uang yang dia terima selama berpisah dengan anak tunggalnya tersebut. Dengan rasa bangga dan bahagia sang ibu menceritakan kisah hidup dirinya dan anaknya selama masih kecil. Dia pun dengan sengaja menyiapkan kalung emas dengan liontin yang ukurannya cukup besar nan indah untuk diberikan kepada menantunya sebagai hadiah. Selalu berbaik sangka terhadap apa – apa yang sudah dilakukan oleh anaknya yang telah lama meninggalkannya dan hidup dikota.
Setelah timbul rasa saling percaya, ibu tersebut menganggap pemuda yang berada dihadapannya adalah orang baik, akhirnya sang ibu memberikan sobekan kertas kepada pemuda disebelahnya itu untuk dibacakan. Pesan yang diberikan anak kepada ibunya agar tidak dibaca dan dibuka oleh dirinya sendiri, bahkan harus diberikan kepada sembarang orang yang mengetahui keadaan dirinya. Pemuda tersebutlah yang akhirnya membacakan pesan tersebut dengan perasaan yang bercampur-aduk.
Ketika ia mulai membacanya didalam hati, tiba – tiba matanya terbelalak. Hatinya merasa terpukul atas apa yang telah terjadi dihadapannya ini. Ternyata isi pesan tersebut tidak lain adalah pernyataan untuk membuang seorang ibu secara tidak langsung. Pesan kusam karena genggaman seorang ibu yang terus dijaganya dari pagi ternyata bertuliskan, “siapa pun yang menemukan ibu ini, tolong titipkan dipanti jompo untuk diurusi.” Raut wajah mereka seolah tidak terima dengan kejadian seperti ini tentu dengan penuh rasa kecewa dan amarah yang terlihat dari sikap mereka terhadap isi pesan tersebut. Itulah akhir dari tayangan tersebut yang menutup layar video dengan beberapa pesan yang bertuliskan bahasa arab.
Tidak sedikit dari kami meneteskan air mata karena terlarut dalam kesedihan film pendek tersebut. Hingga tiba sesi yang terakhir, bu Inda meminta kami menuliskan beberapa cara agar dapat ‘mengembalikan senyum ibu’ kita masing – masing disebuah kertas. Adapun beberapa poin yang saya tulis yaitu:
1.       Menyempurnakan Islamnya ‘pergi haji bersama dengannya’
2.       Mengabulkan/melaksanakan permintaannya semaksimal mungkin (baik materil maupun non materil) agar bahagia hatinya
3.       Mengajaknya ke tempat wisata/hiburan yang belum pernah dijamahnya
4.       Membuat saya pribadi dan kakak saya sukses serta berprestasi agar kami menjadi anak kebanggaannya (dalam bidang apapun)
5.       Menikahi istri yang cantik, cerdas, sholihah, kaya raya (tentatif), pandai, patuh dan selalu sependapat dengan ibu saya agar bisa menjadi teman curhat (ketika saya pergi bekerja). Disamping menantu sekaligus menjadi ‘anak perempuan angkat’ yang selalu diimpikannya (karena selama ini ibuku hanya memiliki dua anak laki – laki, ingin rasanya menghadirkan seorang perempuan yang akrab dengannya)

Hanya ini yang dapat saya sampaikan, senang rasanya bisa berbagi dengan orang lain, semoga dapat bermanfaat dalam menjalankan kehidupan kita masing – masing. Nah, bagaimana dengan cara anda untuk ‘mengembalikan senyumnya?’ :) tulis juga yaaaaa..!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar