BERITA
(Berbagi ilmu dan cerita) LSC yang dibawakan oleh bu Inda bulan September lalu mengisahkan
tentang perjalanan dan seluk – beluk rumitnya menjadi sosok “ibu.” Referensi
yang didapat dari berbagai buku – buku serta artikel yang bersinggungan dengan ‘ibu’
yang telah dirangkum oleh bu Inda, diceritakan dengan penuh khidmat. Mulai dari
pengalaman pribadi, kisah perjuangan seorang ibu dari seluruh dunia, termasuk pendapat
atau penilaian setiap guru terhadap ibunya masing – masing.
Setelah mendengarkan
kisah – kisah yang sangat mengharukan terkait seseorang yang pastinya sangat
disayangi oleh semua orang ini, siapa lagi kalau bukan ‘ibu,’ kami (SDM
LSC/peserta Berita) menyaksikan video berdurasi 5 menit tentang kebaikan
seorang ibu. Film pendek yang tokohnya diperankan dari negeri timur tersebut
menceritakan tentang kebajikan seorang ibu kepada anaknya namun tidak
diperlakukan dengan baik oleh anaknya sendiri. Cerita dari film tersebut kurang
lebih seperti ini,
Seorang ibu
yang awalnya diantarkan oleh anaknya yang berbadan besar (usianya sekitar 30
tahunan), dibiarkan duduk dikursi taman pinggir jalan. Setelah meninggalkan
pesan dari sebuah kertas, anak tersebut meninggalkan ibunya sampai waktu yang
tidak ditentukan. Seseorang pemuda yang secara tidak langsung mengamati
kegiatan ibu dan anak tersebut dari apartemennya merasa biasa saja karena
suasana dikursi taman tersebut memang seperti itu adanya sehingga hanya memperhatikan
dari jarak yang cukup jauh sampai ia berangkat kerja dipagi hari. Ibu tersebut
tidak tahu harus berbuat apa dilingkungan yang asing tersebut, sesekali dia
memberikan permen kepada anak – anak yang telah dihadapannya. Tentu saja secara
spontan mendapatkan senyum manis dan ucapan terimakasih dari orang tua mereka. Beberapa
orang asing yang lewat dihadapannya dimintakan tolong untuk diajak berbincang –
bincang terkait amanat anaknya untuk membuka pesan yang dipegangnya tersebut,
namun tidak ada satu pun yang bersedia menghampirinya. Terus dan terus ibu itu
menunggu sambil menghadap sebuah danau yang terletak ditengah kota untuk mengupas
rasa penasarannya serta mencari kebenaran atas apa yang telah terjadi dengannya.
Sore hari
menjelang malam, pemuda yang tempat tinggalnya disebrang kursi taman tersebut
pulang dari kantornya. Sorot matanya tertuju kepada seorang ibu yang posisi
duduknya belum juga berubah sejak pagi. Dari dalam mobil, pandangannya tertuju
pada sosok tersebut, melihat seorang ibu (yang dari pagi) duduk sendiri tanpa
ditemani siapa pun. Rasa penasaran dan empati pun muncul seketika pemuda
tersebut menghampiri ibu berpakaian hitam dan menanyakan kabarnya. Sang ibu
tersebut merasa senang karena ada seseorang yang akhirnya mau menemani dirinya
setelah satu hari penuh duduk menghadap kolam dipinggir jalan.
Perlahan sang
ibu menjelaskan keadaannya (dialog berbahasa arab dengan translate bahasa
inggris) bahwa dirinya merasa senang sudah diajak oleh anaknya bermain dikota
besar, tempat anaknya tinggal dengan istri dan anak – anaknya. Bahkan dirinya
tidak pernah dipertemukan dengan menantu dan cucunya selama hidup dan tinggal
didesa, hanya kiriman uang yang dia terima selama berpisah dengan anak
tunggalnya tersebut. Dengan rasa bangga dan bahagia sang ibu menceritakan kisah
hidup dirinya dan anaknya selama masih kecil. Dia pun dengan sengaja menyiapkan
kalung emas dengan liontin yang ukurannya cukup besar nan indah untuk diberikan
kepada menantunya sebagai hadiah. Selalu berbaik sangka terhadap apa – apa yang
sudah dilakukan oleh anaknya yang telah lama meninggalkannya dan hidup dikota.
Setelah timbul
rasa saling percaya, ibu tersebut menganggap pemuda yang berada dihadapannya
adalah orang baik, akhirnya sang ibu memberikan sobekan kertas kepada pemuda
disebelahnya itu untuk dibacakan. Pesan yang diberikan anak kepada ibunya agar
tidak dibaca dan dibuka oleh dirinya sendiri, bahkan harus diberikan kepada
sembarang orang yang mengetahui keadaan dirinya. Pemuda tersebutlah yang
akhirnya membacakan pesan tersebut dengan perasaan yang bercampur-aduk.
Ketika ia
mulai membacanya didalam hati, tiba – tiba matanya terbelalak. Hatinya merasa
terpukul atas apa yang telah terjadi dihadapannya ini. Ternyata isi pesan
tersebut tidak lain adalah pernyataan untuk membuang seorang ibu secara tidak
langsung. Pesan kusam karena genggaman seorang ibu yang terus dijaganya dari
pagi ternyata bertuliskan, “siapa pun yang menemukan ibu ini, tolong titipkan
dipanti jompo untuk diurusi.” Raut wajah mereka seolah tidak terima dengan
kejadian seperti ini tentu dengan penuh rasa kecewa dan amarah yang terlihat
dari sikap mereka terhadap isi pesan tersebut. Itulah akhir dari tayangan
tersebut yang menutup layar video dengan beberapa pesan yang bertuliskan bahasa
arab.
Tidak sedikit
dari kami meneteskan air mata karena terlarut dalam kesedihan film pendek
tersebut. Hingga tiba sesi yang terakhir, bu Inda meminta kami menuliskan beberapa
cara agar dapat ‘mengembalikan senyum ibu’ kita masing – masing disebuah kertas.
Adapun beberapa poin yang saya tulis yaitu:
1.
Menyempurnakan Islamnya ‘pergi haji bersama
dengannya’
2.
Mengabulkan/melaksanakan permintaannya
semaksimal mungkin (baik materil maupun non materil) agar bahagia hatinya
3.
Mengajaknya ke tempat wisata/hiburan yang belum
pernah dijamahnya
4.
Membuat saya pribadi dan kakak saya sukses serta
berprestasi agar kami menjadi anak kebanggaannya (dalam bidang apapun)
5.
Menikahi istri yang cantik, cerdas, sholihah, kaya
raya (tentatif), pandai, patuh dan selalu sependapat dengan ibu saya agar bisa
menjadi teman curhat (ketika saya pergi bekerja). Disamping menantu sekaligus menjadi
‘anak perempuan angkat’ yang selalu diimpikannya (karena selama ini ibuku hanya
memiliki dua anak laki – laki, ingin rasanya menghadirkan seorang perempuan
yang akrab dengannya)
Hanya ini yang dapat saya sampaikan, senang rasanya bisa
berbagi dengan orang lain, semoga dapat bermanfaat dalam menjalankan kehidupan
kita masing – masing. Nah, bagaimana dengan cara anda untuk ‘mengembalikan
senyumnya?’ :)
tulis juga yaaaaa..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar