Ust. Galan Nurrahman Sandy Sabtu,
23 November 2013
@mushola SM
SAB
Pemberian hak (gaji) tidak akan membuat suatu anggapan bahwa
“guru itu materil.” Gaji guru dizaman dulu (masa kejayaan Islam) mendapatkan 40
dinar (1 dinar = 2 juta) karena disebut juga “ahli ilmu” yang derajatnya diistimewakan.
Imam Syafi’i belajar dari Imam Malik (belajar ilmu yang
bersumber dari Al – Qur’an dan Hadist) ketika masih kecil. Ibunya yang
merupakan seorang hafizah melihat keistimewaan didalam tubuh anaknya sehingga
sesegera mungkin ia menemui Imam Malik. Ketika Imam Malik bertemu dengan Imam
Syafi’i kecil, beliau mengungkapkan penglihatannya (melihat anak tersebut secara
visioner) dengan mengatakan, “dimata anak ini ada cahaya yang tidak boleh
dipadamkan.” Akhirnya Imam Syafi’i diizinkan berguru pada Imam Malik padahal
waktu itu sebenarnya tidak diizinkan menerima murid yang masih kanak – kanak
dikarenakan beberapa syarat tertentu (seperti hafalan Qur’an dan ilmu – ilmu lainnya
yang mustahil untuk dikuasai oleh anak – anak). Tetapi dengan keunikan Imam
Syafi’i akhirnya beliau mampu belajar dengan gurunya diwaktu yang masih sangat
muda bahkan bisa menjadi seseorang ahli ilmu yang perkataannya dapat
dipertanggung jawabkan dalam menangani berbagai masalah.
Al Fatih menaklukkan Konstantinopel saat usia 23 tahun. Menjadi
pemimpin umat muslim diusia yang masih terbilang muda dengan sangat berhati –
hati. Keyakinannya terbentuk oleh didikan orang tuanya yang selalu disiplin
dalam segala hal, termasuk salah satunya memukul dengan rotan apabila Al Fatih
melakukan hal – hal buruk. Selepas Al Fatih baligh, beliau tidak pernah
sekalipun meninggalkan shalat sunat rawwatib (qobliyah dan ba’diyah) diwaktu
shalat wajib. Semangat yang pastinya harus ditiru oleh pemuda Islam saat ini
untuk membawa kembali Islam ke masa kejayaannya.
Filosofi yang ditemukan pada tahun – tahun Sebelum Masehi
(seperti Aristoteles, Plato, Socrates, dll.) berpendapat bahwa, “anak terlahir
kedunia membawa dosa turunan.” Yang kemudian dibantah oleh John Locke (abad 16)
yang mengemukakan bahwa, “kelahiran anak itu suci, seperti kertas putih yang
masih kosong. Tidak ada yang dosa turunan yang melekat pada anak manusia yang
terlahir didunia.” Ternyata dibutuhkan rentang waktu yang sangat lama untuk
mengubah mindset dan memperbaiki ilmu – ilmu tertentu (berasal dari logika
manusia) yang belum tentu kebenarannya.
Q.S. Yusuf ayat 4 – 5 menceritakan tentang kisah nabi Yusuf
yang mendapati mimpi aneh dan hanya diceritakan kepada ayahnya (nabi Yaqub). Beliau
mimpi melihat 11 bintang, bulan dan matahari bersujud kepadanya. Seolah ada
pertanda dibalik itu semua, ayahnya memohon agar merahasiakan kepada saudara –
saudaranya yang lain. Betapa indah kedekatan mereka hingga akhirnya hanya
mereka yang saling mengetahui akan rahasia Allah swt. Bahkan dicerita yang
lain, ketika nabi Yusuf dikabarkan mendapat telah dimakan oleh binatang buas,
ayahnya yang buta (katarak) mampu mengetahui keberadaan anaknya hanya dari
aroma pakaian yang sering kali digunakan nabi Yusuf. Ikatan yang sangat dekat
membuat mereka dipertemukan kembali dan ajaibnya katarak ayahanda nabi Yusuf
sembuh.
Bagaimana dengan kita?
Pendidik dan orang tua harus mempunyai “basyiroh” (mampu
melihat dan menggambarkan masa depan anak dengan yakin) seperti yang dilakukan
oleh Imam Malik kepada Imam Syafi’i kecil. Basyiroh timbul dari “ruhaniah” yang
tinggi. Semua ilmu boleh kita terima asalkan harus berpedoman langsung dengan
Al Qur’an karena didalamnya terdapat ‘hikmah’ dan ‘ilmu ilmiah’ yang dapat
dikaji secara meluas. Berdasarkan kisah nabi Yusuf diatas, Abdul Wasyrid
mengemukakan bahwa ada keterkaitan antara ‘keringat’ (yang berdasarkan
penelitiannya) yang mampu menyembuhkan ‘katarak’ secara ilmiah. Dan ini diakui
oleh banyak ilmuan dan dokter sampai saat ini dengan terapan – terapan tertentu
sebagai obat. Subhanallah...
Faktanya ilmu yang paling dikuasai oleh Yahudi adalah ‘pendidikan’
dan ‘psikologi’ karena dengan dua bidang ini mereka mampu melakukan konspirasi –
konspirasi tertentu yang dapat mengubah mindset seseorang untuk kepentingan
tertentu.
Quotes:
· *
Mendidik anak Amirul Mukminin harus dengan cara “merubah
diri sendiri” terlebih dahulu. Mengapa? Ibarat seperti cermin, mata mereka
bergantung pada mata gurunya. Kebaikan dan keburukan yang mereka lakukan akan
sama/menirukan yang kita lakukan. –imam Syafi’i.
· *
Pelajari ADAB sebelum ILMU –bunda Imam Malik
· *
2/3 ilmu adalah ADAB –Ibnu Mubarak
Ilmu yang baik datang dari wadah yang baik. Manusia itu ibarat
teko, apabila melakukan/mengucapkan perbuatan yang baik sudah tentu yang
diisinya pun hal – hal yang baik dan begitu juga sebaliknya. Buku “40 cara
mendidik anak ala nabi” direkomendasikan kepada orang tua dan guru terkait
teknis/cara mendidik anak yang sesuai syariat.
“Keteladanan – Pendidik yang Membanggakan – Sentuhan –
Kebesaran hasil” sebuah siklus pendidikan yang perlu dilakukan oleh semua orang
agar hasil yang didapat dapat memberikan manfaat yang seluas – luasnya. Kita harus
berfikir untuk mengubah dunia kearah yang lebih baik, tidak hanya lingkup yang
kecil.
Anas bin malik pernar dijewer oleh Nabi saw. dan dicap
sebagai seorang “pembohong” karena uang/barang amanah dari ibunya telah
hilang/habis sebelum sampai pada Nabi saw. Bukan rasa kecewa, melainkan
pelajaran yang berharga yang dia terima sehingga perbuatan itu tidak
diulanginya lagi sampai hayat menjemputnya. Begitulah kurang lebihnya
pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah saw., hanya dengan satu sentuhan
mampu mengubah nasib seseorang kearah yang lebih baik. Berbeda dengan zaman
sekarang yang banyak pertimbangan untuk mengubah seseorang.
A’mas adalah seorang ulama yang pintar, galak dan pelit
ilmu. Memiliki penyakit rabun senja yang setiap malam memerlukan bantuan orang
lain. Beberapa santri yang kesulitan belajar dengan beliau memanfaatkan waktu
malam untuk berguru kepadanya. Meskipun tidak banyak yang didapat tetapi dengan
karakternya, ilmu sekecil apapun dapat diingat dengan baik oleh muridnya.
Abdullah bin Abbas (ahli Qur’an) pernah tidur diteras
(dibawah pintu) rumah gurunya (ahli ilmu) karena menyikapi adab berilmu. Ilmu tidak
boleh dibiarkan atau didiamkan, tetapi harus dikejar sumbernya dimanapun dan
kapanpun itu.
Ibu Jauzi adalah seseorang yang hafalannya buyar (lupa/hilang)
pertanda tak pintar dalam menjalani kehidupan (kurang berhati – hati dalam
menyikapi hidup).
Mus’ab bin Umair mampu mengamankan kota Madinah sebelum
ditempati (hijrah) oleh Rasulullah saw. karena kecerdasan dan ilmunya.
Umar bin Abdul Aziz (cicit Umar bin Khattab) pernah bermimpi
bahwa akan ada pemimpin yang pipinya codet/terluka. Ternyata firasatnya benar
terjadi. Kepekaan seseorang akan muncul apabila sering dilatih serta diiringi
dengan ilmu yang bermanfaat atas kehendakNya.
Mulai saat ini coba kita ubah ‘paradigma’ temukan ayatnya
terlebih dahulu baru kita aplikasikan agar terjalin keterkaitan antara
kehidupan beragama dengan kehidupan sehari – hari. (muktabat samilah: kumpulan
kitab dari zaman dahulu/jebot).
Bagaimana cara Nabi saw. mendidik anak?
· .
Menemani anak. Sering kali Rasulullah bermain
dengan anak – anak tanpa rasa canggung, seperti pernah yang beliau lakukan
dengan ibn Abbas, Ja’far dan Anas (-ibnu Suwaid).
· .
Bercanda & senda gurau. Saat di Habasyah
pernah beliau memuji kecantikan/sanah Ummu Kholid sehingga beliau semakin
dikagumi (-HR. Bukhari)
· .
Memberi nasihat pada waktu yang tepat (seperti
kisah Anas bin Malik diatas)
· .
Mendengarkan anak – anak (nasihat maupun cerita)
· .
Mendo’akan. Luas pengertian dan do’a yang beliau
sampaikan kepada anak – anak. Mulai dari kehidupan keluarganya agar lebih
bahagia, terselesaikan masalahnya bahkan berdo’a agar dapat dipertemukan
kembali disurga Allah swt.
Kita bisa menerawang, memberi sentuhan dan memberikan
stimulasi kepada anak untuk memotivasi. Tahapan yang diberikan Harun Al –
Rasyid tentang tatacara mendidik yaitu: DEKATI – LEMBUT – KASAR. Lakukan pendekatan
interpersonal terhadap anak – anak kita agar kondisi dan suasana tidak terkesan
tegang/kaku. Kemudian berikan kelembutan agar luluh hatinya dan dengan ini
masalah dapat dengan mudah terselesaikan. Jika keduanya tidak ampuh maka kita
boleh bertindak kasar (termasuk memukul) dengan tatacara tertentu yang tidak
membuat anak menjadi cacat. Kasar bukan berari emosi, tergantung situasi dan
lakukan cara kasar dengan sewajarnya (untuk anak – anak yang sulit
diinstruksikan). Bahkan Syekh Al Qur’ani (seorang gubernur yang merupakan
ayahanda Al Fatih) menggunakan tongkat pemukul karena dulu Al Fatih anak yang
nakal, alhasil anaknya tersebut menjadi seorang pemuda yang tangguh, mampu
menaklukkan Konstantinopel yang pernah diucapkan Rasulullah saw.
Tahapan ini juga yang dilakukan Rasulullah saw. kepada cucu –
cucunya Hasan dan Husein ketika mereka makan kurma sedekah (haram hukumnya bagi
keluarga Nabi). Awalnya Rasul memberikan teguran lisan, kemudian menepuk pipi
cucunya dengan lembut. Namun karena mereka masih saja memakannya, Rasul
mengambil paksa dari mulut mereka.
Ahli hadist akan do’if/gagal meskipun berbohong kepada hewan
ternak sekalipun. Pernah ada seseorang sanad membohongi kambing untuk memberi
makan hingga akhirnya tidak dapat dipercaya. Bagaimana dengan kita?
Selama ini kita berlajar dari ilmu – ilmu yang berasal bukan
dari Islam, menjadi korban sekulerisme pendidikan (memisahkan agama dengan ilmu
dan kehidupan sehari – hari). Segera intermesso dan renungkan dari dalam diri
sendiri, jadikan Al –Qur’an dan hadist sebagai dasar ilmu yang kita gunakan dan
buktikan bahwa itu benar.
Bapak pendidikan modern dunia saat ini adalah seorang pasteur
(Jon Amea, abad 15) yang mengatakan bahwa tahapan ilmu adalah sesuatu yang
berdasarkan ilmiah dan logis/rasional. What? Dimana peran agama? Untuk itulah
kita perlu melakukan perubahan besar agar tercapainya kejayaan Islam yang
pernah dicapai lalu.
Kebunku, kebun Al – Qur’an (gema.dinar.com) melakukan
penelitian dengan riset berdasarkan kitab suci Al – Qur’an dimana terdapat nama
– nama hasil bumi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Terdapat kata
(nama buah-kemunculan kata tersebut) diantaranya: KURMA 20x, ANGGUR 9x, ZAITUN
5x, DELIMA 3x, BIJI – BIJIAN, PADI – PADIAN (beras, gandum), rumput (makanan
ternak) dan pisang (pengatur tanah). Al – Fafa memiliki kandungan 4x klorofil
dan protein (saat ini ditimbun & dibudidayakan di Amerika). Nama – nama tersebut
merupakan “komponen terbaik” (Jamil al Qudsi) sehingga kita harus bisa
melestarikannya.
Kenapa PAUD ada? Anak kelas 2 – 4 SD biasanya mengalami
kejenuhan (usia 8 – 10 tahun) saat belajar. PAUD bermanfaat untuk mempersiapkan
kondisi anak terutama bacaan Al – Qur’an sehingga terbiasa ditelinga anak –
anak usia dini (minimal talaqi, ruqiah, mengaji bersama surat al ikhlas sampai
an nas).
Pengalaman ustad Galan dalam menangangi anak yang terluka,
disembuhkan dengan air liur yang diusapkan pada luka anak dengan meyakinkan
anak untuk bertasbih kepada Allah swt. Agar tidak dirasa sakit. Ini juga yang
dicontohkan Rasulullah saw. kepada sahabatnya, Abu Bakar saat di goa dengan memasukan
tauhid keislaman kepada anak.
Jangan sekali – kali kita “munafik” terhadap anak didik
karena hasilnya akan sia – sia. Misal dirumah kita marah sedangkan disekolah
ceria. Hal ini akan menimbulkan kegelisahan dan konflik ruhaniah sehingga apa –
apa yang ingin kita sampaikan tidak tersalurkan dengan baik. JUJUR pada diri
sendiri itu lebih baik daripada harus memanipulasi.
“Tips itu ibarat cincin, mungkin cocok untuk saya namun
belum tentu pas untuk orang lain.” Kalimat penutup dari ust. Galan Sandy
sehingga kita dapat melakukan berbagai pertimbangan berdasarkan ilmu – ilmu lain
sebagai referensi :)
(mohon maaf jika dakwah diatas kurang tersusun, mudah –
mudahan bermanfaat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar