Selasa, 17 Desember 2013

MENDIDIK SETULUS HATI



Ust. Galan Nurrahman Sandy                                                                                     Sabtu, 23 November 2013
@mushola SM SAB

Pemberian hak (gaji) tidak akan membuat suatu anggapan bahwa “guru itu materil.” Gaji guru dizaman dulu (masa kejayaan Islam) mendapatkan 40 dinar (1 dinar = 2 juta) karena disebut juga “ahli ilmu” yang derajatnya diistimewakan.

Imam Syafi’i belajar dari Imam Malik (belajar ilmu yang bersumber dari Al – Qur’an dan Hadist) ketika masih kecil. Ibunya yang merupakan seorang hafizah melihat keistimewaan didalam tubuh anaknya sehingga sesegera mungkin ia menemui Imam Malik. Ketika Imam Malik bertemu dengan Imam Syafi’i kecil, beliau mengungkapkan penglihatannya (melihat anak tersebut secara visioner) dengan mengatakan, “dimata anak ini ada cahaya yang tidak boleh dipadamkan.” Akhirnya Imam Syafi’i diizinkan berguru pada Imam Malik padahal waktu itu sebenarnya tidak diizinkan menerima murid yang masih kanak – kanak dikarenakan beberapa syarat tertentu (seperti hafalan Qur’an dan ilmu – ilmu lainnya yang mustahil untuk dikuasai oleh anak – anak). Tetapi dengan keunikan Imam Syafi’i akhirnya beliau mampu belajar dengan gurunya diwaktu yang masih sangat muda bahkan bisa menjadi seseorang ahli ilmu yang perkataannya dapat dipertanggung jawabkan dalam menangani berbagai masalah.

Al Fatih menaklukkan Konstantinopel saat usia 23 tahun. Menjadi pemimpin umat muslim diusia yang masih terbilang muda dengan sangat berhati – hati. Keyakinannya terbentuk oleh didikan orang tuanya yang selalu disiplin dalam segala hal, termasuk salah satunya memukul dengan rotan apabila Al Fatih melakukan hal – hal buruk. Selepas Al Fatih baligh, beliau tidak pernah sekalipun meninggalkan shalat sunat rawwatib (qobliyah dan ba’diyah) diwaktu shalat wajib. Semangat yang pastinya harus ditiru oleh pemuda Islam saat ini untuk membawa kembali Islam ke masa kejayaannya.

Filosofi yang ditemukan pada tahun – tahun Sebelum Masehi (seperti Aristoteles, Plato, Socrates, dll.) berpendapat bahwa, “anak terlahir kedunia membawa dosa turunan.” Yang kemudian dibantah oleh John Locke (abad 16) yang mengemukakan bahwa, “kelahiran anak itu suci, seperti kertas putih yang masih kosong. Tidak ada yang dosa turunan yang melekat pada anak manusia yang terlahir didunia.” Ternyata dibutuhkan rentang waktu yang sangat lama untuk mengubah mindset dan memperbaiki ilmu – ilmu tertentu (berasal dari logika manusia) yang belum tentu kebenarannya.

Q.S. Yusuf ayat 4 – 5 menceritakan tentang kisah nabi Yusuf yang mendapati mimpi aneh dan hanya diceritakan kepada ayahnya (nabi Yaqub). Beliau mimpi melihat 11 bintang, bulan dan matahari bersujud kepadanya. Seolah ada pertanda dibalik itu semua, ayahnya memohon agar merahasiakan kepada saudara – saudaranya yang lain. Betapa indah kedekatan mereka hingga akhirnya hanya mereka yang saling mengetahui akan rahasia Allah swt. Bahkan dicerita yang lain, ketika nabi Yusuf dikabarkan mendapat telah dimakan oleh binatang buas, ayahnya yang buta (katarak) mampu mengetahui keberadaan anaknya hanya dari aroma pakaian yang sering kali digunakan nabi Yusuf. Ikatan yang sangat dekat membuat mereka dipertemukan kembali dan ajaibnya katarak ayahanda nabi Yusuf sembuh.

Bagaimana dengan kita?
Pendidik dan orang tua harus mempunyai “basyiroh” (mampu melihat dan menggambarkan masa depan anak dengan yakin) seperti yang dilakukan oleh Imam Malik kepada Imam Syafi’i kecil. Basyiroh timbul dari “ruhaniah” yang tinggi. Semua ilmu boleh kita terima asalkan harus berpedoman langsung dengan Al Qur’an karena didalamnya terdapat ‘hikmah’ dan ‘ilmu ilmiah’ yang dapat dikaji secara meluas. Berdasarkan kisah nabi Yusuf diatas, Abdul Wasyrid mengemukakan bahwa ada keterkaitan antara ‘keringat’ (yang berdasarkan penelitiannya) yang mampu menyembuhkan ‘katarak’ secara ilmiah. Dan ini diakui oleh banyak ilmuan dan dokter sampai saat ini dengan terapan – terapan tertentu sebagai obat. Subhanallah...

Faktanya ilmu yang paling dikuasai oleh Yahudi adalah ‘pendidikan’ dan ‘psikologi’ karena dengan dua bidang ini mereka mampu melakukan konspirasi – konspirasi tertentu yang dapat mengubah mindset seseorang untuk kepentingan tertentu.

Quotes:
·       *  Mendidik anak Amirul Mukminin harus dengan cara “merubah diri sendiri” terlebih dahulu. Mengapa? Ibarat seperti cermin, mata mereka bergantung pada mata gurunya. Kebaikan dan keburukan yang mereka lakukan akan sama/menirukan yang kita lakukan. –imam Syafi’i.
·       *  Pelajari ADAB sebelum ILMU –bunda Imam Malik
·       *  2/3 ilmu adalah ADAB –Ibnu Mubarak
Ilmu yang baik datang dari wadah yang baik. Manusia itu ibarat teko, apabila melakukan/mengucapkan perbuatan yang baik sudah tentu yang diisinya pun hal – hal yang baik dan begitu juga sebaliknya. Buku “40 cara mendidik anak ala nabi” direkomendasikan kepada orang tua dan guru terkait teknis/cara mendidik anak yang sesuai syariat.

“Keteladanan – Pendidik yang Membanggakan – Sentuhan – Kebesaran hasil” sebuah siklus pendidikan yang perlu dilakukan oleh semua orang agar hasil yang didapat dapat memberikan manfaat yang seluas – luasnya. Kita harus berfikir untuk mengubah dunia kearah yang lebih baik, tidak hanya lingkup yang kecil.
Anas bin malik pernar dijewer oleh Nabi saw. dan dicap sebagai seorang “pembohong” karena uang/barang amanah dari ibunya telah hilang/habis sebelum sampai pada Nabi saw. Bukan rasa kecewa, melainkan pelajaran yang berharga yang dia terima sehingga perbuatan itu tidak diulanginya lagi sampai hayat menjemputnya. Begitulah kurang lebihnya pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah saw., hanya dengan satu sentuhan mampu mengubah nasib seseorang kearah yang lebih baik. Berbeda dengan zaman sekarang yang banyak pertimbangan untuk mengubah seseorang.

A’mas adalah seorang ulama yang pintar, galak dan pelit ilmu. Memiliki penyakit rabun senja yang setiap malam memerlukan bantuan orang lain. Beberapa santri yang kesulitan belajar dengan beliau memanfaatkan waktu malam untuk berguru kepadanya. Meskipun tidak banyak yang didapat tetapi dengan karakternya, ilmu sekecil apapun dapat diingat dengan baik oleh muridnya.

Abdullah bin Abbas (ahli Qur’an) pernah tidur diteras (dibawah pintu) rumah gurunya (ahli ilmu) karena menyikapi adab berilmu. Ilmu tidak boleh dibiarkan atau didiamkan, tetapi harus dikejar sumbernya dimanapun dan kapanpun itu.

Ibu Jauzi adalah seseorang yang hafalannya buyar (lupa/hilang) pertanda tak pintar dalam menjalani kehidupan (kurang berhati – hati dalam menyikapi hidup).

Mus’ab bin Umair mampu mengamankan kota Madinah sebelum ditempati (hijrah) oleh Rasulullah saw. karena kecerdasan dan ilmunya.

Umar bin Abdul Aziz (cicit Umar bin Khattab) pernah bermimpi bahwa akan ada pemimpin yang pipinya codet/terluka. Ternyata firasatnya benar terjadi. Kepekaan seseorang akan muncul apabila sering dilatih serta diiringi dengan ilmu yang bermanfaat atas kehendakNya.

Mulai saat ini coba kita ubah ‘paradigma’ temukan ayatnya terlebih dahulu baru kita aplikasikan agar terjalin keterkaitan antara kehidupan beragama dengan kehidupan sehari – hari. (muktabat samilah: kumpulan kitab dari zaman dahulu/jebot).

Bagaimana cara Nabi saw. mendidik anak?
·       .  Menemani anak. Sering kali Rasulullah bermain dengan anak – anak tanpa rasa canggung, seperti pernah yang beliau lakukan dengan ibn Abbas, Ja’far dan Anas (-ibnu Suwaid).
·       .  Bercanda & senda gurau. Saat di Habasyah pernah beliau memuji kecantikan/sanah Ummu Kholid sehingga beliau semakin dikagumi (-HR. Bukhari)
·       .  Memberi nasihat pada waktu yang tepat (seperti kisah Anas bin Malik diatas)
·       .  Mendengarkan anak – anak (nasihat maupun cerita)
·       .  Mendo’akan. Luas pengertian dan do’a yang beliau sampaikan kepada anak – anak. Mulai dari kehidupan keluarganya agar lebih bahagia, terselesaikan masalahnya bahkan berdo’a agar dapat dipertemukan kembali disurga Allah swt.

Kita bisa menerawang, memberi sentuhan dan memberikan stimulasi kepada anak untuk memotivasi. Tahapan yang diberikan Harun Al – Rasyid tentang tatacara mendidik yaitu: DEKATI – LEMBUT – KASAR. Lakukan pendekatan interpersonal terhadap anak – anak kita agar kondisi dan suasana tidak terkesan tegang/kaku. Kemudian berikan kelembutan agar luluh hatinya dan dengan ini masalah dapat dengan mudah terselesaikan. Jika keduanya tidak ampuh maka kita boleh bertindak kasar (termasuk memukul) dengan tatacara tertentu yang tidak membuat anak menjadi cacat. Kasar bukan berari emosi, tergantung situasi dan lakukan cara kasar dengan sewajarnya (untuk anak – anak yang sulit diinstruksikan). Bahkan Syekh Al Qur’ani (seorang gubernur yang merupakan ayahanda Al Fatih) menggunakan tongkat pemukul karena dulu Al Fatih anak yang nakal, alhasil anaknya tersebut menjadi seorang pemuda yang tangguh, mampu menaklukkan Konstantinopel yang pernah diucapkan Rasulullah saw.

Tahapan ini juga yang dilakukan Rasulullah saw. kepada cucu – cucunya Hasan dan Husein ketika mereka makan kurma sedekah (haram hukumnya bagi keluarga Nabi). Awalnya Rasul memberikan teguran lisan, kemudian menepuk pipi cucunya dengan lembut. Namun karena mereka masih saja memakannya, Rasul mengambil paksa dari mulut mereka.

Ahli hadist akan do’if/gagal meskipun berbohong kepada hewan ternak sekalipun. Pernah ada seseorang sanad membohongi kambing untuk memberi makan hingga akhirnya tidak dapat dipercaya. Bagaimana dengan kita?

Selama ini kita berlajar dari ilmu – ilmu yang berasal bukan dari Islam, menjadi korban sekulerisme pendidikan (memisahkan agama dengan ilmu dan kehidupan sehari – hari). Segera intermesso dan renungkan dari dalam diri sendiri, jadikan Al –Qur’an dan hadist sebagai dasar ilmu yang kita gunakan dan buktikan bahwa itu benar.

Bapak pendidikan modern dunia saat ini adalah seorang pasteur (Jon Amea, abad 15) yang mengatakan bahwa tahapan ilmu adalah sesuatu yang berdasarkan ilmiah dan logis/rasional. What? Dimana peran agama? Untuk itulah kita perlu melakukan perubahan besar agar tercapainya kejayaan Islam yang pernah dicapai lalu.

Kebunku, kebun Al – Qur’an (gema.dinar.com) melakukan penelitian dengan riset berdasarkan kitab suci Al – Qur’an dimana terdapat nama – nama hasil bumi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Terdapat kata (nama buah-kemunculan kata tersebut) diantaranya: KURMA 20x, ANGGUR 9x, ZAITUN 5x, DELIMA 3x, BIJI – BIJIAN, PADI – PADIAN (beras, gandum), rumput (makanan ternak) dan pisang (pengatur tanah). Al – Fafa memiliki kandungan 4x klorofil dan protein (saat ini ditimbun & dibudidayakan di Amerika). Nama – nama tersebut merupakan “komponen terbaik” (Jamil al Qudsi) sehingga kita harus bisa melestarikannya.

Kenapa PAUD ada? Anak kelas 2 – 4 SD biasanya mengalami kejenuhan (usia 8 – 10 tahun) saat belajar. PAUD bermanfaat untuk mempersiapkan kondisi anak terutama bacaan Al – Qur’an sehingga terbiasa ditelinga anak – anak usia dini (minimal talaqi, ruqiah, mengaji bersama surat al ikhlas sampai an nas).
Pengalaman ustad Galan dalam menangangi anak yang terluka, disembuhkan dengan air liur yang diusapkan pada luka anak dengan meyakinkan anak untuk bertasbih kepada Allah swt. Agar tidak dirasa sakit. Ini juga yang dicontohkan Rasulullah saw. kepada sahabatnya, Abu Bakar saat di goa dengan memasukan tauhid keislaman kepada anak.

Jangan sekali – kali kita “munafik” terhadap anak didik karena hasilnya akan sia – sia. Misal dirumah kita marah sedangkan disekolah ceria. Hal ini akan menimbulkan kegelisahan dan konflik ruhaniah sehingga apa – apa yang ingin kita sampaikan tidak tersalurkan dengan baik. JUJUR pada diri sendiri itu lebih baik daripada harus memanipulasi.

“Tips itu ibarat cincin, mungkin cocok untuk saya namun belum tentu pas untuk orang lain.” Kalimat penutup dari ust. Galan Sandy sehingga kita dapat melakukan berbagai pertimbangan berdasarkan ilmu – ilmu lain sebagai referensi :)
(mohon maaf jika dakwah diatas kurang tersusun, mudah – mudahan bermanfaat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar