Sabtu, 06 September 2014

sebar SALAM # 2 SM SAB 05-09-2014

Sebar SALAM #2
Jum’at, 5 September 2014
Oleh    : Mr. D
@ Aula SM

A : Akhlaq
Alhamdulillah disekolah kita ada nilai-nilai SALAM yang selalu memotivasi kita untuk menjadi lebih baik dan insyaa Allah istiqomah. Ada beberapa point yang disampaikan terkait nilai “AKHLAQ” kepada siswa-siswi SM. Yuk kita simak ulasannya!
            Berbicara tentang akhlaq, apa yang teman-teman pikirkan tentang akhlaq? Kepribadiankah? Sikap? Perilaku? Ya! Semuanya benar, akhlaq marupakan sesuatu yang berkaitan dengan diri seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain. Lantas apakah akhlaq dan aqidah itu sama?
‘Akhlaq’ itu TIDAK SAMA dengan ‘aqidah’. Akhlaq itu dapat dilihat karena bersinggungan dengan keseharian yang dilakukannya dalam hidup sedang aqidah berhubungan langsung dengan Sang Maha Pencipta, Allah swt. Oleh karena itu, mempelajari tentang akhlaq amatlah penting, terutama untuk bekal teman-teman saat ini dan dikemudian hari.
Bagaimanakah akhlaq manusia yang paling benar dan siapakah yang harus kita ikuti keteladanannya? Jawabannya hanya 1 yaitu Nabi Muhammad saw. Hal ini telah diterangkan langsung oleh Allah swt. dalam surat Al-Qolam (68) ayat 4:
4. dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Nabi Muhammad saw. yang sekaligus Rasul terakhir dimuka bumi ini, diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia agar dapat mencapai keridhoan Allah swt. (HR. Malik). Adapun 4 hal utama yang harus kita pahami dalam akhlaq, yaitu: santun, jujur, ikrom dan ibadah.
Akhlaq seseorang dapat dilihat bagaimana sikap orang tersebut memperlakukan orang lain. Kita ambil contoh “mengucapkan dan menjawab salam.” Hukum menjawab salam sebagai bentuk akhlaq manusia dipaparkan dalam surat An-Nisa (4) ayat 86 yang berbunyi:
86. apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)[327]. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.
[327] Penghormatan dalam Islam Ialah: dengan mengucapkan “Assalamu'alaikum.”

Disamping wajib, dalam menjawab salam kita semaksimal mungkin harus bisa memberikan jawaban/do’a yang lebih baik untuk orang yang telah memberi salam. Berikut adab-adab SALAM dan cara berakhlaq yang baik untuk kita diantaranya:
·         Orang yang menaiki kendaraan harus memulai salam kepada orang yang berjalan kaki (Abu Hurairah)
·         Orang yang sendirian memberikan salam kepada orang-orang yang sedang berkumpul
·         Memberikan salam serta senyum manis kepada orang lain, karena senyum adalah ibadah dan juga merupakan sedekah manusia terhadap yang lain (Abu Dzar)
·         Berkata baik-menjaga lisan (muttaffaq alaihi). “Berkata yang baik atau diam” merupakan salah satu bentuk keimanan kita terhadap Allah swt. dan hari kiamat.
·         Bersikap “rendah hati,” dituliskan dalam surat Al-Qashash (28) ayat 83:
83. negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik)[1141] itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
[1141] Maksudnya: syurga.
·         Berperilaku baik seperti: menghormati, menghargai, berkata jujur dan sopan santun
·         Menjaga shalat wajib dan sunnah, Surat Al-Muzzammil ayat 1-6
1. Hai orang yang berselimut (Muhammad),
2. bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari[1525], kecuali sedikit (daripadanya),
3. (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.
4. atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.
5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu Perkataan yang berat.
6. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.
[1525] Sembahyang malam ini mula-mula wajib, sebelum turun ayat ke 20 dalam surat ini. setelah turunnya ayat ke 20 ini hukumnya menjadi sunat.
Adapun 6 perilaku baik (hak seseorang terhadap orang lain) yang diriwayatkan HR. Muslim, diantaranya:
o   Memberikan salam saat berjumpa
o   Memenuhi undangan
o   Memberikan nasihat positif kepada yang membutuhkan
o   Mendo’akan yang bersin
o   Menjenguk yang sakit
o   Mendatangi & mengurusi orang yang meninggal (usahakan mengikuti proses pemakaman/jenazah muslim yang lain dari mulai membantu keluarga-memandikan-mengkafani-men-sholatkan dan mengantarkan sampai makam sekaligus menghibur keluarga yang ditinggalkan agar tetap tegar).
***
Ingat dengan kisah seorang Tabiin (orang yang hidup dimasa sahabat dan tidak bertemu dengan Rasulullah saw.) melihat orang berpacaran dan sebotol arak? Beliau adalah Hasan al-Basri yang awalnya meninggikan diri sendiri (sombong) kemudian bertaubat, cek it that!

Suatu hari di tepi sungai Dajlah, Hasan al-Basri melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak. Kemudian Hasan berbisik dalam hati, “Alangkah buruk akhlak orang itu dan alangkah baiknya kalau dia seperti aku!”

            Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas karena karam. Enam dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan.

            Kemudian dia berpaling ke arah Hasan al-Basri dan berkata, “Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang saya telah menyelamatkan enam orang.”

            Bagaimanapun Hasan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu bertanya padanya. “Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di samping saya ini adalah ibu saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak.”

            Hasan al-Basri tertegun lalu berkata, “Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan.”

            Lelaki  itu menjawab, “Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan.”

            Semenjak itu, Hasan al-Basri semakin dan selalu merendahkan hati bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada orang lain.


Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar