Sebar
SALAM #2
Jum’at,
5 September 2014
Oleh
: Mr. D
@
Aula SM
A : Akhlaq
Alhamdulillah disekolah kita ada nilai-nilai
SALAM yang selalu memotivasi kita untuk menjadi lebih baik dan insyaa Allah
istiqomah. Ada beberapa point yang disampaikan terkait nilai “AKHLAQ” kepada siswa-siswi
SM. Yuk kita simak ulasannya!
Berbicara tentang akhlaq, apa yang
teman-teman pikirkan tentang akhlaq? Kepribadiankah? Sikap? Perilaku? Ya! Semuanya
benar, akhlaq marupakan sesuatu yang berkaitan dengan diri seseorang yang dapat
mempengaruhi orang lain. Lantas apakah akhlaq dan aqidah itu sama?
‘Akhlaq’ itu TIDAK SAMA dengan ‘aqidah’. Akhlaq
itu dapat dilihat karena bersinggungan dengan keseharian yang dilakukannya
dalam hidup sedang aqidah berhubungan langsung dengan Sang Maha Pencipta, Allah
swt. Oleh karena itu, mempelajari tentang akhlaq amatlah penting, terutama
untuk bekal teman-teman saat ini dan dikemudian hari.
Bagaimanakah akhlaq manusia yang paling benar
dan siapakah yang harus kita ikuti keteladanannya? Jawabannya hanya 1 yaitu
Nabi Muhammad saw. Hal ini telah diterangkan langsung oleh Allah swt. dalam
surat Al-Qolam (68) ayat 4:
4. dan
Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Nabi Muhammad saw. yang sekaligus Rasul
terakhir dimuka bumi ini, diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia agar dapat
mencapai keridhoan Allah swt. (HR. Malik). Adapun 4 hal utama yang harus kita
pahami dalam akhlaq, yaitu: santun,
jujur, ikrom dan ibadah.
Akhlaq seseorang dapat dilihat bagaimana sikap
orang tersebut memperlakukan orang lain. Kita ambil contoh “mengucapkan dan
menjawab salam.” Hukum menjawab salam sebagai bentuk akhlaq manusia dipaparkan
dalam surat An-Nisa (4) ayat 86 yang berbunyi:
86. apabila kamu diberi
penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan
yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang
serupa)[327]. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.
[327] Penghormatan dalam Islam
Ialah: dengan mengucapkan “Assalamu'alaikum.”
Disamping wajib, dalam menjawab salam kita semaksimal
mungkin harus bisa memberikan jawaban/do’a yang lebih baik untuk orang yang
telah memberi salam. Berikut adab-adab SALAM dan cara berakhlaq yang baik untuk
kita diantaranya:
·
Orang yang
menaiki kendaraan harus memulai salam kepada orang yang berjalan kaki (Abu
Hurairah)
·
Orang yang
sendirian memberikan salam kepada orang-orang yang sedang berkumpul
·
Memberikan salam
serta senyum manis kepada orang
lain, karena senyum adalah ibadah
dan juga merupakan sedekah manusia
terhadap yang lain (Abu Dzar)
·
Berkata baik-menjaga
lisan (muttaffaq alaihi). “Berkata yang baik atau diam” merupakan salah satu
bentuk keimanan kita terhadap Allah swt. dan hari kiamat.
·
Bersikap “rendah
hati,” dituliskan dalam surat Al-Qashash (28) ayat 83:
83. negeri
akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri
dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik)[1141] itu
adalah bagi orang-orang yang bertakwa.
[1141] Maksudnya: syurga.
·
Berperilaku baik
seperti: menghormati, menghargai, berkata jujur dan sopan santun
·
Menjaga shalat
wajib dan sunnah, Surat Al-Muzzammil ayat 1-6
1. Hai orang yang berselimut
(Muhammad),
2. bangunlah (untuk
sembahyang) di malam hari[1525], kecuali sedikit (daripadanya),
3. (yaitu) seperduanya atau
kurangilah dari seperdua itu sedikit.
4. atau lebih dari seperdua
itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.
5. Sesungguhnya Kami akan
menurunkan kapadamu Perkataan yang berat.
6. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat
(untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.
[1525] Sembahyang malam ini mula-mula
wajib, sebelum turun ayat ke 20 dalam surat ini. setelah turunnya ayat ke 20
ini hukumnya menjadi sunat.
Adapun 6 perilaku baik (hak seseorang terhadap
orang lain) yang diriwayatkan HR. Muslim, diantaranya:
o
Memberikan salam
saat berjumpa
o
Memenuhi undangan
o
Memberikan nasihat
positif kepada yang membutuhkan
o
Mendo’akan yang
bersin
o
Menjenguk yang
sakit
o
Mendatangi &
mengurusi orang yang meninggal (usahakan mengikuti proses pemakaman/jenazah
muslim yang lain dari mulai membantu keluarga-memandikan-mengkafani-men-sholatkan
dan mengantarkan sampai makam sekaligus menghibur keluarga yang ditinggalkan
agar tetap tegar).
***
Ingat dengan kisah seorang Tabiin (orang yang hidup
dimasa sahabat dan tidak bertemu dengan Rasulullah saw.) melihat orang
berpacaran dan sebotol arak? Beliau adalah Hasan al-Basri yang awalnya meninggikan
diri sendiri (sombong) kemudian bertaubat, cek it that!
Suatu hari di tepi sungai Dajlah, Hasan
al-Basri melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di
sisi mereka terletak sebotol arak. Kemudian Hasan berbisik dalam hati,
“Alangkah buruk akhlak orang itu dan alangkah baiknya kalau dia seperti aku!”
Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas karena karam. Enam dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan.
Kemudian dia berpaling ke arah Hasan al-Basri dan berkata, “Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang saya telah menyelamatkan enam orang.”
Bagaimanapun Hasan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu bertanya padanya. “Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di samping saya ini adalah ibu saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak.”
Hasan al-Basri tertegun lalu berkata, “Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan.”
Lelaki itu menjawab, “Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan.”
Semenjak itu, Hasan al-Basri semakin dan selalu merendahkan hati bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada orang lain.
Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas karena karam. Enam dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan.
Kemudian dia berpaling ke arah Hasan al-Basri dan berkata, “Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang saya telah menyelamatkan enam orang.”
Bagaimanapun Hasan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu bertanya padanya. “Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di samping saya ini adalah ibu saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak.”
Hasan al-Basri tertegun lalu berkata, “Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan.”
Lelaki itu menjawab, “Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan.”
Semenjak itu, Hasan al-Basri semakin dan selalu merendahkan hati bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada orang lain.
Semoga
bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar