Sabtu, 15 November 2014

pengajian bulanan SDM SALAM LEARNING jumat 14 november 2014

Pengajian bulanan SDM SALAM
Jum’at, 14 November 2014
Ust. Yasir A.M.
LEARNING
Assalamu’alaikum wr.wb. bagaimana kondisi teman-teman semua, sehat? Semoga senantiasa dalam keadaan yang baik ya, sehat jasmani maupun rohani. Seperti biasa, kali ini Pak Yasir akan memberikan ilmu yang dimilikinya kepada kita semua yang diawali dengan sebuah kisah nyata (pengalaman) dari beliau dan pertanyaan-pertanyaan seputar tema yang akan didiskusikan pada pertemuan kemarin. Masih ingat? Yuk kita ingat-ingat lagi! Kalau ada yang keliru, mohon masukkannya ya… ;)
Beberapa hari lalu, berita duka datang dari keluarga pak Yasir. Neneknya yang tinggal di Garut meninggal dunia ketika pak Yasir berada diluar kota. Sekitar pukul 19.30, pak Yasir pulang ke Garut untuk melayat (melaksanakan kewajiban terhadap neneknya) dengan kondisi ongkos yang pas-pasan. Terpaksa pak Yasir melewati sebuah jalan sepi dengan berjalan kaki, tanpa menumpangi transportasi umum.
Ditengah perjalanan, beliau bertemu dengan seorang pemuda yang kelihatannya seperti tidak waras (kabungbulangeun), menemani pak Yasir berjalan sambil mengucapkan beberapa dalil dan do’a-do’a tertentu dengan nada yang keras. Hampir 10x lebih pemuda tersebut menanyakan nama pak Yasir dan tidak jarang menjadi perhatian warga sekitar karena tingkahnya yang berbeda dari perilaku sewajarnya.
“Jangan takut sama apapun, takutlah sama Allah swt.,” beserta ucapan-ucapan positif lainnya yang justru memotivasi pak Yasir dalam bertindak sekaligus membuat pak Yasir banyak belajar darinya. Usut punya usut, ternyata dugaan yang selama ini menjadi pertanyaan terbongkar, dari berbagai cerita warga, memang betul bahwa pemuda tersebut adalah seorang mantan santri (tidak sempat lulus karena kondisi ekonomi keluarganya) yang menjadi gila karena telah tertipu sebesar 20 juta rupiah (hasil dari tani yang dicurangi oleh bandar). Uang yang hendak digunakannya untuk modal menikah, raib dirampas oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan menyebabkan perilaku pemuda tersebut menjadi kurang waras. Tak lama setelah mengantar pak Yasir ke tempat yang ramai, pemuda tersebut pergi kembali tanpa meninggalkan pesan apapun.
“belajar itu bisa dilakukan kapan saja, dimana saja dan kepada siapa saja.”
***
Mengapa harus belajar?
·         Meningkatkan kompetensi diri untuk bersaing (fastabiqul khoirot) –pak Dhinar
·         Menambah pengetahuan –bu Dari
·         Tidak ada kegiatan manusia yang tidak membutuhkan ilmu –bu …
·         Sebagai tanda rasa syukur kepada Allah swt. –pak Syamsul
·         Belajar itu wajib –bu Laely
·         Karena perintah pertama Rasulullah saw adalah “iqro” (membaca, mengkaji), shalat itu nomor 2 dan boleh di langgar (di surau/mushola), hehee… -pak Farid
·         Karena dengan belajar kita dapat ilmu yang menjadi cahaya penolong didunia dan diakhirat -bu Euis
·         Amal tanpa ilmu sia-sia, agar lebih bermanfaat kita harus belajar (ilmu tanpa amal disebut aing-aing) –bu Yunda
Kesimpulannya:
1.      Belajar adalah kewajiban
Kewajiban ini tercantum dalam QS Muhammad ayat 19:
19. Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
Belajar itu hukumnya wajib bagi siapapun, “thalibun ilmu faridlatun muslimin wal muslimat.” Tinggal bagaimana caranya kita untuk mengkombinasikan sistem pelajaran untuk sampai ketauhidan (seperti yang dilakukan oleh nabi dan rasul terdahulu).
2.      Belajar melekat dengan misi ke khalifahan
Manusia diciptakan dengan segala kelebihan dan keunggulan terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 30-31. Tidak layak hukumnya menjadi seorang pemimpin kalau tidak mempunyai ilmu. Pahami kisah Thalut, seorang pemimpin yang dipilih (disarankan oleh nabi Samuel as.) untuk melawan Jalut yang perkasa. Bani Israil sempat kaget karena Thalut tidak memiliki keluasan harta.
      “Bastotan fil ilmi wal jismi (keluasan ilmu dan jasad),” kelebihan yang dimiliki Thalut sehingga dipilih menjadi pemimpin.
“Seseorang yang belajar sebuah ilmu dan mengamalkannya maka ia akan ditambahkan ilmunya dari apa-apa yang tidak diketahuinya (medapatkan ilmu baru).”

3.      Orang yang berilmu mempunyai banyak keutamaan
Keutamaan ilmu tercantum dalam surat Al Mujaadilah ayat 11
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
“Perbedaan antara yang berilmu dengan yang tidak berilmu itu 100 derajat yang kejauhannya adalah 100 tahun tiap 1 derajat.”
Dalam surat Ali-Imran ayat 18 juga menjelaskan tentang orang yang berilmu
18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
“Orang yang berilmu itu sertara atau lebih baik dengan malaikat.”
Seperti kisah nabi Sulaiman yang mencaritakan tetang perpindahan istana ratu Balqis dari Boqo ke Borobudur (KH. Fahmi Basya), hanya orang-orang yang berilmu yang dapat mengambil pelajaran dari semua itu (Az Zumar ayat 9)
9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
“Perbedaan orang berilmu dengan tidak berilmu seperti seseorang yang memiliki mata yang terang dengan yang buta.” Al Ankabut ayat 43
43. dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
“Kebaikan yang haqiqi adalah mempelajari tentang ilmu tentang pemahaman agama sehingga kita mencintai Allah swt dan Rasul-Nya secara penuh.” At-Taubah ayat 24
24. Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Tidak diperbolehkan kalau satu kaum berperang semua,  harus ada orang-orang tertentu yang tetap belajar untuk liyurau-kembali, menstabilkan pengetahuan kepada prajurit yang kembali berperang dan generasi penerus. Lain konsepnya dengan kondisi saat ini (kita sedang belajar) justru memprovokasi, “kapan kita perang?” dan disaat waktunya perang kita malah belajar untuk menghindar.
“Tinta ulama lebih berharga dari darah mujahid.”

Apa itu belajar?
·         Belajar itu proses yang dilakukan secara di sengaja, untuk mengubah seseorang dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. –usulan
·         Kalau musim kemarau “belajar mobil” tapi kalau musim hujan “berlayar” –naon sih pak Yasir…
Belajar menurut pak Natiq dan pak Yasir:
1.      Tadrus (mengulang), apa yg sudah didapat diulang-ulang (menghafal)
2.      Ta'lim, transfer ilmu yang didasari pemikiran namun tidak memperdulikan tanggung jawab. Ini merupakan level dasar untuk belajar, disebut juga “transfer pengetahuan/pengalaman panca indra”
3.      Tarbiyyah, sama seperti ta’lim hanya saja orang yang mentransfer harus bertanggung jawab. Mengatur kepada pemeliharaan diri & lingkungan, mengatur serta mengurus ilmunya agar dapat diamalkan oleh murid-muridnya. Dalam konsep ini, pemberi ilmu harus menjadi “teladan/modeling” yang aplikasinya harus berwujud amal.
4.      Ta'dib , proses membangun/merubah/membuat peradaban baru, ketika mengajar niatnya bukan sekedar mentransfer tapi lebih dari itu. Seperti mencontohkan adab makan-minum sambil duduk, dengan tangan kanan, dsb. Adab apapun dari yang kecil sampai yang besar, urusan kasur, sumur, lembur, sudah diatur dalam Islam, tinggal dijalankan sesuai syariat. Atau mempelajari konsep matematika untuk melatih anak bekerja keras dan berfikir logis, dibutuhkan keteladanan dalam memberikan ilmu seperti ini.
“Orang yang tidur dengan ilmu lebih baik dibandingkan dengan shalat tanpa ilmu.”

Bagaimana caranya?
Ada di surat Al-Alaq ayat 1-5
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ketika ayat ini turun, Rasulullah saw yang ummi (tidak dapat membaca) menjawab, “ma ana bi qori (aku bukan seseorang yang bisa membaca).” Lantas apakah yang dimaksud dengan “membaca” dalam perintah Allah ini?
Membaca segala bentuk ciptaan Allah, kita harus ingat 3 T (bukan makanan pesantren: Tahu, Tempe Toge), yaitu:
1.      Tandzurun: berkeliaran, maka lihatlah, saksikanlah, lihat bagaimana orang-orang memperhatikan, meneliti, mengkaji, menelaah, mendiskusikan, kaifa-bagaimana. Bagaimana menghitung volume mahkota? (Archimedes mengukur dengan volume air yang tumpah), bagaimana apel bisa jatuh ke tanah (Newton menemukan gravitasi bumi), relatifitas dan yang lainnya. Termasuk salah satunya adalah membaca buku.

2.      Tafakkur, proses yang lebih mendalam. “Ya robb, tidaklah Kau ciptakan ini dengan sia-sia” seperti proses ekspedisi, melihat alam, belajar dari alam, dan lainnya. Surat Ali imran 191:
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
3.       Tadabbur, menelaah Al-Qur’an (baik ayat Quliyah maupun Kalamiah), menelaah wahyu-perkataan-perkataan. Banyak yang ditemukan di Al-Qur’an, kalau kita tidak memahaminya, tanyakan kepada ahli ilmu.
“Niat manusia ada 3: to have (direndahkan), to be (direndahkan), valensi (kapasitas ditingkatkan)”
Pertanyaan:
1.      Proses belajar ada 4, masuk kedalam manakah pembelajaran sikap, karakter dan keterampilan (skill)? –pak Agus
Surat Lukman 14-19
14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[1181] lagi Maha mengetahui.
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
18. dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
19. dan sederhanalah kamu dalam berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Pembangunan sikap & keterampilan, amar ma'ruf nahi munkar terdapat di al-Qur’an dan hadist. Islam itu ajaran yang sangat lengkap. Ajarkan anak untuk membaca, menghafal al-Qur’an, berolahraga (kuda, renang dan memanah) termasuk ranah ‘taksonomi bloom’ semua ada di Islam.
2.      Tulisan itu ada sejak kapan? Apa yang melatar-belakangi bahwa bahasa Al-Qur’an itu abadi? –bu Yunda
Ketika jaman sejarah (prasejarah belum mengenal tulisan) tidak diketahui kapan waktunya (belum ada yang meneliti sampai kesana). Bahasa Al-Qur’an selalu dijaga Allah oleh para penghafal. Hanya ini kitab yang bisa dihafal, dijelaskan dala surat Al-Qomar. Bahkan Pasteur gereja sekalipun harus membawa al-kitab untuk dibaca karena tidak bisa dihafal. Injil sunda dengan injil jawa jelas berbeda. Disinilah letak keistimewaan islam.

3.      Apakah ada adab belajar dari non-muslim? –bu Diena
Pernah suatu ketika pak Yasir dan pak Husnan harus mendengarkan dan belajar dari Pastur Joseph terkait pendidikan, memposisikan menjadi murid yang menerima masukkan ilmu dengan saringan akidah islam. Pernah seorang Yahudi mengajarkan Rasul cara kabur dari pemberontak dan Rasul menganggap Yahudi tersebut sebagai gurunya. Atau kisah lain ketika non-muslim mengajarkan baca-tulis kepada kaum muslimin sehingga dimerdekakan dari tawanan perang Badar. Muliakan dia layaknya seorang guru, selama tidak menyangkut akidah, itu tidak dipermasalahkan.


4.      Menambahkan, tulis segala ilmu yang sudah kita dapatkan. Ali r.a. pernah berkata, “ikatlah ilmu dengan tulisan.” –pak Anas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar