Khotmil Qur’an SDM SALAM
Kamis, 11 Desember 2014
@SM SAB
Selamat kepada peserta khotmil SDM
#1: Pak Soma, Pak Anas, Bu Atika, Bu Rahayu, Bu Yunda & Bu Fatimah.
Congratulation! Juga untuk pak Yasir, bu Euis dan bu Rahayu yang mendapatkan
kesempatan untuk pergi UMROH. Barakallah…
Pak Agus G. Y.
Alhamdulillah, momen ulang tahun
Yayasan Progress Insani tahun ini
dipenuhi dengan rangkaian acara yang sangat-sangat luar biasa, tentunya ini
semua merupakan hasil kerja keras dari teman-teman dan hasilnya begitu berasa/terasa
sampai orang-orang non Sekolah Alam Bogor. Banyak respon positif untuk acara
SALAM FESTIVAL kemarin (terimakasih kepada seluruh panitia) dan sesuai
schedule, Alhamdulillah kita dapat membuat acara khotmil ini untuk guru-guru
SAB. Tahun depan insyaa Allah akan lebih banyak lagi pesertanya karena insyaa
Allah pak Agus, pak Husnan, dkk mau ikut bergabung meramaikan khotmil season 2.
Insyaa Allah…
Pak Husnan
Hmmmm, banyak yang ingin disampaikan
untuk Sekolah Alam Bogor dan teman-teman semua. Berbagai macam perasaan beraduk
mulai dari haru, senang, sedih dan perasaan yang lainnya. Memulai ini semua,
“dari bukan apa-apa, menjadi sesuatu yang diperhitungkan oleh banyak orang.”
Sesuatu yang patut kita syukuri dan dapat dijadikan sebagai bentuk referensi
untuk waktu-waktu yang akan datang.
Kalau sekolah ini sudah menjadi
contoh untuk orang lain, kita harus bisa mulai memperbaiki diri dan
meningkatkan kualitas agar terus bertambah kemampuannya dihadapan banyak orang
yang ingin sharring/belajar dari kita. Dulu, sumbangan sebesar ‘satu juta
rupiah’ itu begitu sangat luar biasa. Alhamdulillah saat ini sudah mencapai 8 M
dalam setiap 1 tahun yang berputar.
Belajar dari kisah Rasulullah saw.,
seseorang yang mampu merubah kondisi peradaban jahiliyah menjadi peradaban yang
baru, dalam waktu yang singkat (13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah) dan
mampu bertahan lama sampai saat ini. Ingin rasanya usia 26 tahun YPI kelak
dapat memberikan kontribusi yang besar untuk masyarakat yang luas. Teruslah
berkarya dan berkarya untuk bekal saksi di akhirat.
Ust. Yasir
Sudah bertahun-tahun pak ustad mampir
ke Sekolah Alam Bogor dan dari hasil pengamatan, sudah banyak juga yang
berubah, termasuk bangunan Mushola SM. Pertama kalinya beliau berbicara
ditempat itu dengan semangat kajian yang luar biasa pada setiap kehadirannya.
Beliau tahu bagaimana bangunan SM ini dibangun, bahkan sampai berita pro-kontra
kehadiran SM di sekitar pesantren Tanah Baru, hingga akhirnya SM SAB dibangun
ditempat ini yang kondisinya seperti surga, ada sungai yang mengalir dibawahnya
(meskipun bukan madu, akan tetapi sudah terwakili). Beliau tinggal di Taman
Cimanggu dan insyaa Allah masuk Taman Firdaus yang berada di surga Allah swt.
amiin… (bukan Taman Firdaus yang berada di Bubulak, yaaa…)
Berbicara tentang Sekolah Alam Bogor,
sekolah ini menjadi salah satu alternative pendidikan di Indonesia yang sudah
banyak orang luar (baik individu maupun instansi) yang mengkopi bahkan Co-Pas
persis pola Sekolah Alam Bogor. Merenungi hal ini, kita kaji surat Ibrahim ayat
7:
øÎ)ur c©r's? öNä3/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ ( ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9 ÇÐÈ
7. dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Tentang syukur, adakah do’a
teman-teman yang belum dijabah oleh Allah swt.? Surat Ibrahim: 34 menjelaskan:
34. dan Dia telah memberikan
kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika
kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
Ayat tersebut merupakan spirit untuk
kita untuk selalu brsyukur kepada Allah. Sekarang kita jawab, lebih banyak mana
do’a kita yang belum dijabah/dikabulkan, atau nikmat Allah yang sudah kita
dapatkan? Tentu saja jawabannya adalah, “Nikmat.”
Berbicara soal umur, usia YPI tahun
ini merupakan tahun penjajakan (kalau kita ibaratkan dengan manusia).
Metamorphosis perubahan dari anak-anak menuju remaja. Sudah baligh dan
bersiap-siap meminggul taklif (pembebanan agama) yang lebih besar dari
sebelumnya. Segala macam keinginan dan harapan baru biasanya muncul pada
usia-usia seperti ini, jangan khawatir karena memang begitu prosesnya.
Ukuran standar kelayakan hidup
seseorang saat ini yaitu dilihat dari ponsel Android-nya. Justru malah aneh
kalau dizaman modern masih menggunakan yang jadul. Sudah sering kita lihat para
buruh yang berdemo meminta kenaikan gaji. UMR Jakarta sebesar 2,7 juta dan di
Bogor hampir 2,6 juta, sebenarnya sudah sangat cukup (kalau makanannya cuma
gorengan dan mie instan), berbeda dengan kondisi di Yogyakarta, Semaran dan
lainnya.
“Yang bikin mahal yaitu life
style orang Bogor saat ini.”
Banyak motivasi yang selalu digunakan
oleh orang-orang Sunda, “biar tekor asal kasohor” (biar rugi yang penting
terkenal). Salah namun tetap diperjuangkan, aneh bukan? Gaya pakai hp dengan
memori tinggi dan ram 2 GB, tapi cuma untuk sms-an. Sayang, manusia saat ini
lebih banyak yang zalim dan mengingkari nikmat dibandingkan dengan orang yang
bersyukur.
Salah satu nikmat terbesar yang
sekolah alam miliki adalah “MEMPUYA COMMUNITY (komunitas).” Beragam jamaah
bersatu dengan misi dan visi yang sama, bahkan ada diantara kita yang lebih
dekat dengan teman-teman/rekan kerjanya di SAB dibandingkan dengan keluarganya
sendiri. Bener ‘kan!
Adakah non-muslim yang menitipkan anaknya
di SAB ini? Pak Husnan kaget mendengar pertanyaan semacam ini. Seharusnya kita
harus lebih meluas dalam menerima siswa, menjadikan sekolah ini sebagai media
dakwah lembut (salah satu cara berjihad) karena faktanya masih banyak
orang-orang muslim yang menyekolahkan anak-anaknya di RP. Apa alasannya? Karena
disana lebih disiplin dalam segala hal, tidak hanya murid, guru dan juga
SPP-nya. Hhehe…
Rasulullah saw pernah berkata bahwa,
“berjamaah itu merupakan rahmat.” Hal ini dikuatkan dengan perkataan Ali bin
Abi Thalib ra., “sekeruh-keruhnya hidup berjamaah, itu lebih baik ketimbang
sebening-beningnya hidup sendirian.”
Menikah itu kompetensi dasar untuk
menentukan SDM itu safety atau tidak. Guru yang jomblo perlu disegerakan dalam
menjalin hubungan yang halal. Insyaa Allah teman-teman sekolah alam siap
membantu. Jadi ingat dengan kisah pak Agus yang sampai di antar sampai Sukabumi
(biar kita ingat Desi Ratna Sari, Vagetoz, bukan Farid Raharja di Cibadak).
Juga kisah pak Husnan yang mertuanya adalah jamaah pak ustad, sehingga setiap
kali ada masalah, bisa dengan mudah didiskusikan dan alhamdulillahnya belum
pernah ada masalah yang dilaporkan dari pak Husnan. “Siap tad!” jawaban dari
jamaah pak ustad yang menjadi orang tua dari istrinya pak Husnan, seperti
seorang prajurit setiap kali ditanya.
Sampai saat ini, sekolah sedang
mencari jalan keluar, “bagaimana caranya memberikan tempat tinggal untuk
guru-guru yang dekat?” Khawatir untuk SDM yang rumahnya jauh kehilangan
hafalannya, berguguran ditengah jalan. Mempengaruhi biaya transport serta
cost-cost yang lain yang bisa berakibat fatal. Pak ustad hanya bisa mendo’akan.
“Tidak ada cara yang paling kuat untuk agama, kecuali dengan
mensyukuri hal-hal kecil (mikdatul qulub).”
Sebesar apapun uang yang kita miliki,
kalau Allah belum mengizinkan untuk menyatukan hati orang-orang, maka tidak ada
relasi yang terbangun. Kalau anda belum merasakan in-group maka anda belum
ikhlas dalam bergaul. Ada 2 perkara yang paling sulit dicari, yaitu
·
Harta
·
Sahabat
sejati (beruntung kita berada di sekolah alam), bisa merasakan sedih bersama,
senang bersama, haru, galau dan perasaan lainnya kalau kita berjamaah.
Hanya sekolah alam yang memiliki 150
SDM dengan murid 600an orang, sehingga perbandingannya 1 guru dan 4 murid,
seperti homeschooling. Berharap sekolah ini mempunyai umur yang panjang,
seperti GONTOR, sekolah yang sudah berumur sampai 100 tahun, bertahan dengan
segala keunikannya. Apa yang menyebabkan sekolah tersebut mampu bertahan sampai
sekarang?
Gontor, memiliki sistem aturan yang
sangat kuat dan ketat dan tidak pernah diganti dari dulu sampai sekarang.
Bahkan para kiayi sekalipun tidak memiliki wewenang untuk mengubah aturan
tersebut dan kena sanksinya (angkat koper) jika melanggar. 3 aturan itu, yaitu:
1. Tidak boleh berbohong
Boleh saja kita mencontek saat sedang ujian, akan tetapi
kalau tidak mengakui perbuatan kita saat sidang, maka wassalam… Termasuk
catatan pribadi, harus lengkap dari kelas 1 SD tidak boleh berganti-ganti.
“Itulah ilmu!” Kalau ada yang meniru catatan sama persis dengan temannya, maka
bersiap-siap saja untuk pergi
Pernah ada
seorang bapak-bapak menyumbangkan 10.000 bibit jati emas, tetap saja tidak ada
toleran saat anak berbuat kesalahan, termasuk semua cabang Gontor disemua
tempat karena riwayat pelanggarannya.
2. Tidak boleh menyepelekan orang lain
Disekolah Gontor menggunakan 3 bahasa
(bilingual- Inggris, arab dan Indonesia) untuk percakapan sehari-hari. Sekalipun ada yang tidak bisa, kita tidak
boleh menghina/membully ketidaksanggupan teman kita tersebut. Barangsiapa yang
mengolok-olok, maka pada hari itu juga harus pergi meninggalkan Gontor. Misal
habis jalan-jalan, seseorang berkata “habis thoriq-thoriq (jalan-jalan),” maka
itu harus dihargai tanpa kita perolok/tertawakan.
Pernah ada 1.200 siswa dikeluarkan
karena mentertawakan temannya dan hanya tersisa 400 orang. Kiayi tersebut berkata,
“tidak mati sekalipun, akan digantikan dengan 10.000 pendaftar baru oleh Allah
swt.” Dan faktanya memang benar, tanpa menggunakan brosur promosi, Gontor tetap
bertahan.
3. Masalah teknis: sekali sudah keluar
tanpa izin, jangan pernah berharap untuk kembali
Siswa/siswi yang pergi meskipun
sebentar tanpa kabar/berita, maka telah dianggap sudah keluar. Keluar bisa saja
secara bebas, masuknya yang dilarang. Harus ada surat keterangan, izin dari
security, paraf kiayi dan surat-surat lainnya, bahkan sampai anak kita mau
meninggal sekalipun, baru bisa kita bawa keluar.
Ada 9 pintu yang harus dilalui. Orang
tua yang berkunjung hanya ditempakan di Bapenta, Badan Penerimaan Tamu. Tidak
bisa melihat sama sekali asrama dan tempat tidur anak-anak kita disana.
Ada 6.000 guru dengan dana SPP
bulanan Rp 500.000,- (itu pun untuk segala keperluan anak), Gontor menjadi
salah satu sekolah favorit orang tua. Guru-guru sejahtera memiliki tempat
tinggal, mobil, motor, kulkas, televisi dan yang lainnya. Kalau belum sebaiknya
tidak memasukkan anak ke Gontor. Senyum yang tidak pernah padam merupakan modal
utama untuk ke Gontor.
“Gontor tidak memberikan gaji, melainkan memberi kehidupan,”
ucap salah satu guru disana.
Mudah-mudahan YPI mencapai usia 100
tahun oleh cucu-cucunya. Semoga nikmat ini tidak terhenti sampai saat ini,
melainkan sampai seterusnya anak-cucu kita merasakan kebersamaan di sekolah
alam. Semoga khotmil tadi sampai tahap security di sekolah alam bogor, agar
partisipan semakin banyak. Standar kita adalah juz 30, jangan sampai gurunya
kudet, boleh saja anak lebih pintar dari gurunya, tetapi kita harus bisa
menyeimabangkan. Semoga sekolah alam bisa memberikan yang terbaik selalu,
meskipun ada air mata, itu merupakan air mata kebahagiaan.
Ditutup dengan iringian do’a terutama
kepada pak Erfan semoga cepat menemukan jodohnya. Kalau ingat ingat-ingat,
do’anya pak ustad itu manjur loh, kenapa? Masih ingat salah satu pengajian
bulanan SDM (di auviroom) yang diisi beliau dan pak Handi menjadi MC nya waktu
itu, diakhiri dengan do’a khusus pak Handi yang terbukti tidak lama kemudian,
pak Handi menyebarkan undangan. J semoga saja…
Semoga
bermanfaat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar