Senin, 15 Desember 2014

sepeda malam itu...

Sepeda malam itu…
Senin, 15 Desember 2014

            Malam ini, aku mulai terbiasa dengan kebiasaan baru di rumah. Selain belajar musik secara otodidak, aku sesekali online dan melihat-lihat miliyaran tayangan yang disajikan di internet. Facebookan, youtube, belajar matematika, melihat video musik sampai menonton trailer film-film terbaru.
            Tiba-tiba, pandangan saya tertuju pada cahaya ponsel yang menampilkan beragam pesan yang belum terbaca. Whatsapp, sms, facebook, BBM dan pesan-pesan lainnya baru saya baca satu per satu karena ponselku sedang di charger di sudut ruangan rumah. Salah satu pesan yang membuatku ingin bergerak yaitu BBM dari sahabatku, Nabilla
“PING!”
“Nar, boleh minta tolong ga?”
            Merasa punya banyak waktu luang di permulaan malam ini, aku langsung bergegas mempersiapkan barang-barang yang perlu dibawa. Lepi, card reader, kabel data, rompi dan helm sepeda. Setelah berdandan cukup rapi, aku  mengambil sepeda sebagai alat transportasi malam ini karena jarak rumah kami tidak begitu jauh, ya mungkin hanya sekitar 500 meter. Dengan mengendap-ngendap agar tidak mengganggu ibu yang sudah tertidur karena acara ulang tahun salah satu stasiun televisi swasta yang menampilkan banyak hiburan (lagu, musik dan penampilan lainnya), aku berhasil mengeluarkan sepeda keluar rumah. ‘wangi durian memang tidak bisa ditutupi,’ entah ada angin apa ibuku terbangun dan menanyakan kondisiku yang sudah siap pergi dengan menggunakan sepeda.
“Nar, rek kamana? Kunaon teu make motor? Mawa naon sih?”
            Jutaan pertanyaan menyerbu pemikiranku sebelum aku menggowes sepeda keluar rumah pukul 20.30. Setelah aku jawab seluruh pertanyaan tersebut dengan singkat (demi baktiku kepadanya), aku pergi dengan Bismillah.
            Susana malam tidak dapat disamakan dengan siang hari, gemerlap lampu kendaraan yang menerangi jalan raya, membuatku semakin bersemangat menggowes sepeda hitam yang ku kendarai. Rem belakang yang sudah tidak berjalan lagi (blong), membuat saya harus lebih berhati-hati terutama berada pada kondisi jalan raya Pomad-Kopem yang notabenenya selalu ramai.
            Dijalan aku tidak sendirian, banyak juga goweser yang masih lalu-lalang ditengah jalan raya. Ada beberapa komunitas sepeda yang nongkrong diwarung-warung sekitar pomade seraya menyapa perjalananku dengan menggunakan lonceng/belnya yang khas. Nyebrang? Alhamdulillah, ada waktu disaat jalan sepi dan aku dapat menyebrang dengan selamat.
            Sesampainya disana, Nabilla langsung membukakan pintu dan to do point melakukan keinginannya untuk memperbaiki memorinya yang rusak. Setelah bersalaman dengan Kinkin dan Bunda Nabill, saya langsung melepas rompi dan berusaha membantu menyelamatkan kondisi memori tersebut. Bingung? Yaiyalah, bukan bakatnya aku memperbaiki hal seperti itu, hehehe.
            Awalnya kami mencoba memasukkan data ponsel Nabill (Samsung ACE 3) dengan kabel data milikku. Setelah dicoba berulang-ulang dan hasilnya selalu gagal, Nabill mengambil kabel data miliknya dan mencoba hal serupa. “Berhasil!”
            Lantas apa yang selanjutnya dilakukan, kami mencoba memasukkan sebuah file download’an untuk mengekstrak data yang tidak bisa dibaca, sesuai dengan petunjuk dari catatan blog milik orang lain (hasil searching di google). Berkali-kali dicoba akan tetapi tidak membuahkan hasil. Open with yang pertama, kami mengubah data tersebut menjadi adobe dan seterusnya kami kebingunan. Gagal dan terus gagal.
            Lama tidak membuahkan hasil, kami mencoba menggunakan card reader yang ternyata hasilnya sama saja, tidak ada perkembangan yang nyata dari kartu memori tersebut. Entah apa yang menjadi penyebab masalah ini, berharap ini cepat selesai dan berhasil diperbaiki. Setelah dicoba berulang-ulang, kendala selanjutnya adalah kartu tidak dapat dimasukkan karena loncer. Pasrah dan tetap semangat, Nabill mencoba mendownload dan install winzip untuk mengekstrak data ‘rar’ menjadi bisa dibaca. Hal ini dilakukan karena winzip di lepiku minta registrasi padahal sebelumnya tidak pernah.
            Sambil diselingi dengan melakukan chat dengan teman Nabill dari Pakistan, tetap saja tidak ada perkembangan yang muncul setelah dicoba berulang-ulang. Akhirnya pertemuan singkat tersebut ditutup dengan merapikan barang-barang yang sudah digunakan. Histeris, saat aku membacakan nilai kuota milik Nabill yang berkurang 70 Mb (dari 300’an Mb menjadi 230,0 Mb), dikira sudah benar-benar habis, namun takdir masih menyisakan paket kuota di untuk digunakan semestinya.

            Sigkat cerita, pertemuan tersebut ditutup dan aku kembali pulang kerumah dengan menggowes sepeda. Tetap bersemangat sampai pulang kerumah dan bersegera menyimpan sepeda didalam rumah dan menuliskan pengalaman baruku didepan lepi. Senang sekali. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar