Senin, 19 Mei 2014

"batasan pergaulan islam" pengajian SDM SAB Jum'at 16 Mei 2014



Pengajian bulanan SDM & Komite SAB
Jum’at, 16 Mei 2014 @ Mushola SM
Oleh: Ust. Rofiq Hidayat, Lc.
“Batasan Pergaulan Dalam Islam”
Temans, meskipun kita semua (sebagai peserta pengajian) sudah mendapatkan handsout materi pengajian hari ini, namun izinkan saya untuk mengulas apa yang sudah kita simak bersama-sama hari ini. Boleh jadi ada beberapa materi tambahan yang belum tertulis di lembar kopian tersebut dan baru dibahas saat pengajian berlangsung. Allahualam, tidak ada salahnya untuk mengkaji kembali apa-apa yang sudah kita dapat, terutama ilmu agama. Yuk kita review sejenak…
***
Muqodimah:
Semua orang beriman harus dipastikan memiliki ilmu karena upayanya dalam belajar dan sudah menjadi kewajiban bagi kita yang memiliki ilmu untuk beramal. Mengetahui sesuatu disini bukan dalam hal yang umum, melainkan ilmu agama yang diperdalam. Akan menjadi sia-sia hasilnya jika memiliki banyak wawasan tetapi tidak sesuai dengan amalan Nabi dan Rasul terdahulu. Misalnya berbuka puasa pukul 8 malam, atau melaksanakan shalat subuh sebanyak 5 rakaat, aneh ‘bukan?
Untuk contoh lain, saat kita menyembelih hewan, cukup dengan membacakan “BismillahiAllahuakbar” karena sudah dicontohkan Nabi dan Rasul terdahulu. Tak perlu lagi kita menambahkan do’a yang dikhawatirkan justru malah menyimpang dari agama Allah swt. Dalam hal ini “tidak ada ijtihad dalam urusan beribadah,” niat dalam hati dan cara (secara perbuatan) harus sinkron/berkaitan satu sama lain. Tidak masuk akal kiranya seseorang melakukan puasa sunnah namun dengan tujuan mendapatkan kekuatan ghaib dan kekayaan yang melimpah ruah. Aneh ‘kan?
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, kita akan membahas terkait pendidikan dan pergaulan dalam sudut pandang Islam. Setidaknya kita perlu menyamakan perspektif terlebih dahulu sebelum kita mulai membahas kasus-kasus yang ada saat ini. Mari kita bahas!
***
Pola pendidikan (mencakup segala aspek), seyogyanya dilandaskan atas dasar apa? Kita sebagai umat muslim sepakat bahwa kita harus menggunakan semua dalil sebagai sumber ilmu/pendidikan untuk anak-anak maupun orang dewasa. Jangan sampai kita mengikuti arus ilmiah yang dilakukan dengan dalil orang-orang kafir, semua harus ada Nash Syar’inya.
Tujuan perbedaan penciptaan manusia (ada Sunda, Jawa, bule, negro, dll.) dilakukan agar manusia saling mengenal satu sama lain. Dalam hal ini, manusia hanya diberikan “hak menerima” oleh Allah swt. tanpa disertai dengan “hak gugatan” (untuk melawan takdir) karena sesungguhnya rencana Allah swt adalah rencana terbaik (bersifat mutlak). Allah swt tidak melihat rupa atau apapun yang ada pada jasmani kita, yang membedakan hanyalah ‘ketaqwaan’ masing-masing individu terhadap Allah swt.
Allah swt melihat semua amal perbuatan yang telah kita lakukan sebagai akses kesempatan/wilayah untuk meraih ketaqwaan dimata Allah swt. dengan tujuan yakni masuk surga (dengan ridhaNya).
Jika aturan Allah swt yang sudah jelas ini dilanggar, tentu akan timbul banyak masalah yang dampaknya berpengaruh pada kehidupan manusia itu sendiri. Misal ras superior (orang-orang Yahudi) menganggap golongan lain ‘domba’ (astagfirullah), kelompok Arya di Jerman, atau ras kulit putih yang menindas kulit hitam, mereka semua seolah melegalkan penindasan yang sudah jelas tidak ada contoh kebenarannya.
Dalam QS. Al-Hujurat: 13 menjelaskan bahwa penciptaan dari awal sudah “berbeda,” ketentuan Allah swt yang tidak dapat diubah lagi. Perbedaan ini bukan untuk diperdebatkan melainkan untuk saling melengkapi. Ditegaskan pula oleh surat An Nisa: 124 yang memberitahukan bahwa ada “kesamaan” dalam perbuatan amal-amal soleh.
Tawazun (berimbang) adalah kodrat yang seharusnya kita pegang teguh selalu. Ada hitam ada putih, ada suka ada duka, gembira-sedih, diberikan untuk mewarnai kehidupan yang kita jalani. Perbedaan membawa keseimbangan, tanpa itu akan muncul kerusuhan. Para Sahabat (termasuk kita sampai saat ini) bahagia jika mendengar keindahan surga dan bisa juga mengangis saat keadaan neraka diceritakan.
Orang yang bisa menyelamatkan manusia dari neraka kedalam surge haruslah orang yang memiliki banyak amal solih. Oleh karena itu, ‘dengan siapa kita berada’ dapat menentukan kualitas diri  kita terhadap amal-amal yang kita lakukan.
Siapa pembuat hukum yang terbaik? Jelas jawabannya hanya satu, Allah swt. Andai negeri ini menggunakan hukum Allah swt dalam menyikapi sesuatu, pasti semua terkondisikan. Pencuri dipotong tangannya-malu-jera-taubat. Tidak ada penjara yang hanya mengurangi devisa negara. Pembunuh, penzina, koruptor, maling ayam semua dipenjara, dimana letak keadilan? Picik kiranya kita hanya mementingkan diri sendiri dan keluarga, “yang penting bukan istri atau anak saya yang berzina.”
***
Tanggung jawab pendidikan anak yang pertama dan utama adalah dipundak orang tua. Pihak pertama yang menjadikannya suci-fitrah (Islam), Yahudi, Nasrani ataupun Majusi. Kewajiban yang harus digenggam sampai anak mencapai masa baligh, merupakan urusan keluarga untuk memposisikan status anak tersebut, dimana sekolahnya? Dengan siapa pergaulannya? Dengan cara apa dididiknya? Dsb.
Selalu waspada terhadap godaan setan-iblis terhadap manusia yang selalu memainkan hawa nafsu. Pesan Ibrahim as: salah satu langkah setan adalah membuat manusia beribadah akan tetapi membuatnya tak bermanfaat/diteruma. Dalam hal ini kita dituntut agar lebih jenius dalam mensiasati ancaman musuh manusia, iblis.
Anak itu seperti kertas kosong, dimana orang tualah yang mencoret arsiran didalamnya. Orang tua berpendidikan akan menata dan merapikan anaknya sebaik mungkin, orang tua yang gila bola, tidak menutup kemungkinan anaknya mendapatkan nama dari pemain sepak bola (seperti Zidan, Ronaldo, dll), begitupun orang tua yang lainnya.
Hati-hati memberikan nama pada anak, dikhawatirkan memiliki arti yang kurang baik untuk anak tersebut. Nama adalah do'a, pada zaman Rasulullah saw, banyak sahabat yang namanya diganti, untuk memberikan do’a yang baik untuk mereka.
Muatan ilmu & akhlak guru selalu ditiru oleh muridnya. Dibenarkan dan diimplementasikan oleh murid tanpa ada penyaring dalam diri murid. Apa yang dilakukan guru dan menirukannya pasti benar, itulah anggapan semua anak. Jika kita tidak tahu terhadap sesuatu, cukup katakana ‘tidak tahu’ karena jika kita bersikap ‘sok tahu’ justru menjadi penyesatan ilmu dan guru adalah orang yang harus disalahkan.
Diamnya guru terhadap pernyataan murid merupakan persetujuan sepihak oleh murid. Dilema ketika makna guru tidak diberikan haknya, yakni ilmu & akhlak. Perlu ada peningkatan kompetensi untuk para guru agar posisi ilmunya tetap diatas murid, jangan sampai guru tidak tahu apa-apa (kudet).
Enaknya menjadi seorang gur yaitu mendapatkan amal perbuatan yang tidak terputus-putus terkait ilmu kita yang diamalkan kepada murid. Misal mengajari anak ‘menghafal surat al-fatihah,’ siapa yang menanam, siapa yang menuang, pahalanya luar biasa. Kalau benar mengajarkannya “good,” kalau salah mendapat “double dosa” dan turun tingkat keimanannya terhadap keburukan yang disampaikan. Berhati-hatilah wahai para guru, selalu bentengi dengan ilmu. Semua ada ilmunya.
Mualim-orang yang mentransper ilmu, Muatib-meneruskan adab dan ilmu, Murrobi-mencptakan, mengasuh, memlihara dan membimbing, Tarbiyah-pendidikan, pembinaan ilmu. Guru mencakup kesemua aspek diatas.
Seharusnya ada momen dimana orang tua-murid-guru duduk bersama untuk menentukan jalan/cita-cita anak dan menyelesaikan suatu masalah (jika terjadi). Hindari mencari kambing hitam saat terjadi kegagalan/penyimpangan anak didik. (guru menganggap orang tua kurang benar membimbing anak, orang tua menganggap guru tidak berhasil mendidik anak, pemikiran inilah yang perlu dihindari)
Peran ibu lebih diutamakan, dalam syair diceitakan, “Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan) jika kamu menyiapkannya. Berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya.
Imam syafii dididik oleh ibunya yang merupakan seorang hafizah Qur’an yang menjadikan beliau menjadi seperti ini. Disamping itu, imam syafii kecil selalu belajar dengan ulet, yang membedakan dirinya dengan teman-teman sebayanya.
Seorang ibu sebaiknya berada dirumah untuk memenej keadaan dirumah, kondisi ekonomi dan keperluan keluarga lainnya. Posisi ayah yang seharusnya mensuplai ilmu terhadap istinya, transformasi dari kesibukkannya dirumah agar tidak kehilangan suplai data.
Anak-anak tanggung jawab terhadap orang tua, guru bertanggung jawab terhadap anugrah/ilmu. Ingatlah bahwa setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban. Laki-laki dan perempuan sudah dibedakan hak dan kewajibannya dalam agama. Jangan pernah katakan ‘emansipasi’ jikalau konsepnya bertabrakan dengan Islam.
Akhwat (wanita) mendapat jumlah waris setengah dari ikhwan, butuh 2 orang untuk menjadi saksi yang sah, menutup aurat lebih banyak dan ikhwan, merasakan proses kelahiran anak, tidak memilik talak terhadap suami, melakukan segala aktifitas dirumah, dan lain sebagainya merupakan aturan yang harus diterima. Malah tidak adil jika disamakan, memunculkan nusus/kemungkinan pembangkangan dari segala pihak.
Batasan laki-laki dan perempuan:
·         Laki-laki harus menundukkan pandangan kepada wanita dan wanita harusw menundukkan pandangan terhadap laki-laki
·         Tidak berjabat tangan
·         Tidak berkhalwat
·         Tidak boleh melihat aurat orang lain walaupun sejenis
·         Tidak ikhtilat
·         Laki-laki tidak boleh tidur dalam satu selimut dengan laki-laki, demikian pula perempuan.
·         Wanita harus tegas dan tidak boleh bersuara manja ketika berbicara dengan laki-laki asing
Kasus yang banyak terjadi saat ini seperti JIS dan Em*n merupakan bagian dari pelanggaran batasan diatas. Ingatlah selalu syaithan selalu berada didekat kita. Bentengi iman kita termasuk anak didik kita dengan menyebutkan hal-hal yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, seperti “bagian ini hanya boleh dilihat sama ini dengan cara seperti ini saat kondisi saat ini.” Benteng/imun paling dasar untuk anak-anak.

Semoga bermanfaat

Jumat, 16 Mei 2014

1 porsi atau setengah porsi?



1 Porsi atau setengah porsi?
Sadar atau tidak? Disetiap restoran atau rumah makan yang menyediakan makanan dan minuman siap saji, seperti bakso, aneka mie, nasi goreng, dan bahkan aneka minuman seperti sop buah, jus, es campur dan yang lainnya, hampir semua memiliki 2 pilihan porsi untuk dihidangkan kepada konsumen. Ada 1 porsi penuh dan ada juga 'setengah porsi' dalam setiap menu yang tertera.
Pernahkah kita telusur dan perhatikan? Bahwa terdapat keanehan dalam hitungan harga yang ditawarkan. Yuk, kita intip…
Misalnya saja harga 1 porsi bakso yaitu 10.000 rupiah, akan tetapi harga setengah porsinya mencapai 8.000 rupiah. Sungguh bukan merupakan hitungan 'setengah' dalam matematika 'bukan? Bagaimana bisa ini terjadi? Mengapa hitungannya tidak sesederhana yang kita bayangkan?
Beberapa alasan yang dapat saya simpulkan dari beberapa survei (jawaban teman-teman), diantaranya sebagai berikut:
1.      Berapapun jumlah yang disajikan kepada konsumen, pasti melewati suatu proses yang sama modalnya. Waktu produksi, bahan yang digunakan dan pelayanan yang diberikan antara 1 porsi dan setengah porsi tidak jauh berbeda, sehingga untuk membayar itu semua, dibutuhkan harga yang lebih dari 'setengah harga' yang kita bayangkan.
Ingat! Ini bukan masalah setengah harga, tetapi setengah porsi. Perhatikan juga karyawan, alat-alat yang digunakan (piring, sendok, dan lain sebagainya) yang ikut 'kotor' untuk mempersiapkan hidangan 1 dan setengah porsi.
2.      Termasuk dalam 'strategi bisnis/dagang' yang dilakukan oleh penjual agar konsumen lebih memilih hidangan 1 porsi yang harganya lebih mahal sedikit. Pilihan yang membuat konsumen lebih berfikir kembali untuk apa membeli makanan/minuman tersebut. Ukuran setengah porsi tidak hanya menghabiskan uang tapi juga 'kurang' mengenyangkan konsumen (tidak semua orang merasa kenyang/puas dengan setengah porsi).
Kalau kita mau membeli makanan/minuman siap saji, tentukan terlebih dahulu seberapa butuhnya kita terhadap barang yang hendak kita beli, mubadzir 'kan kalau sisa dari makanan/minuman kita dibuang. Selain itu, lebihkan juga untuk orang lain (jika dirasa porsinya terlalu banyak), mungkin akan lebih bermanfaat ketimbang harus membuangnya, betul apa betul? Hehee

Semoga bermanfaat
Muhammad Dhinar Zulfiqar

Rabu, 14 Mei 2014

Berita LSC selasa 13 Mei 2014 'advokasi untuk ABK'



BERITA (Berbagi Ilmu dan Cerita) LSC
Selasa, 13 Mei 2014
Oleh: Bu Yunda Ervida & Pak Hilman Cahyadi
“perlindungan hukum untuk anak berkebutuhan khusus dan disabilitas lainnya”

Advokasi adalah perlindungan/pembelaan terhadap individu yang diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan hukum. Tujuan advokasi yaitu untuk membantu mengatakan yang ingin dikatakan (oleh penggugat), mendapatkan hak-haknya, memperjuangkan kebutuhannya dan mendapatkan fasilitas yang sama dengan orang lain.
Mengapa advokasi diperlukan? Karena banyaknya orang-orang yang saat ini diperlakukan secara tidak adil, semena-mena, dilecehkan dan dianiaya oleh sesamanya.
Mengapa muncul ketidakadilan terhadap seseorang? Dikarenakan banyak orang yang belum/tidak mengerti akan hak-haknya, tidak memiliki pengrtian hukum dan  kesulitan dalam bersosialisasi
Apa saja yang menjadi sudut pandang orang tua ABK terhadap advokasi/pembelaan anaknya terhadap hukum?
·         Ternyata banyak orang tua yang menganggap ‘sia-sia’ terhadap perjuangan pembelaan hukum untuk ABK,
·         tidak mau repot mementingkan kebutuhan anak-anaknya (egois),
·         merasa malu dengan keberadaan ABK,
·         bahkan tidak sedikit orang tua yang tidak percaya terhadap apa yang dibicarakan oleh individu berkebutuhan khusus jika terjadi kasus-kasus yang menyangkut dirinya.
LBH (Lembaga Bantuan Hukum) yang dipelopori oleh bpk Adnan, mengatakan bahwa kebanyakan dewasa autistik masuk rumah sakit jiwa dengan segala kondisinya. Mereka disamakan dengan orang-orang yang terganggu mentalnya, padahal seharusnya tidak seperti itu.
Di Amerika, Obama pernah menyampaikan pidatonya seputar ABK dikhalayak publik bahwa sesungguhnya anak-anak berkebutuhan khusus di Amerika dapat diandalkan. Mereka memberikan jaminan terhadap seluruh ABK untuk tetap bisa hidup secara layak dan mendapatkan pendidikan/pekerjaan yang sama dengan orang-orang normal pada umumnya.
Jenis bullying:
·         Bullying fisik (memukul, mencubit, menyakiti secara fisik),
·         Bullying verbal (dengan kata-kata yang menghina, mengejek),
·         Agresion (mengucilkan dari kelompok tertentu dan membeda-bedakan teman),
·         Cyber bullying (melalui elektronik dan media lain untuk menjatuhkan anak),
·         Sexual (prostitusi/pelecehan seksual),
·         Peducial (prasangka buruk terhadap suku-bangsa)
Siapa pelaku pelecehan/penganiayaan terhadap ABK?
Ø  Keluarga/saudara sendiri.
Banyak pihak keluarga yang melakukan pelampiasan kekesalan/rasa malu terhadap ABK. Sudah banyak kasus seperti ini terjadi namun hanya sedikit pihak hukum yang membantu menyelesaikan masalah ini sampai selesai.
Ø  Tetangga/masyarakat sekitar.
Pernah terjadi kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh kakek tetangga ABK dengan iming-iming permen. Orang tua baru bisa menyadari setelah melihat perbedaan pada posisi jalannya yang tidak seperti biasanya. Bersyukur kasus ini dapat diselesaikan oleh hukum.
Ø  Guru.
Ada seorang (mungkin banyak) guru yang mencubit bibir ABK sampai berdarah dikarenakan ABK tidak berhenti mengoceh saat disekolah (bully fisik). Bahkan ada juga kasus seorang terapis rumah yang memperkosa ABK usia 3 tahun dirumahnya saat tidak ada orang yang melihat kejadian itu. Tertangkap basah ketika sang ibu pulang dan melihat kejanggalan ruang terapis yang dipenuhi suara cekikian (biasanya ramai dengan suara instruksi) hingga akhirnya terapis tersebut diusir dan diproses secara hukum. Ironinya terapis tersebut masih melanjutkan pekerjaannya menjadi terapis rumah sampai saat ini.
Ø  Penegak hukum.
Terjadi pelecehan seksual seorang ABK usia 10 tahun oleh petugas kebun (seorang gay dan pedhofilia) dengan ancaman terhadap anak tersebut ‘masuk ke kandang hewan buas jika sampai menyebarkan kasus tersebut.’ Membuat sang anak ketakutan (trauma) sehingga perilakunya yang berbeda diketahui oleh orang tua. Saat kasus ini dilaporkan, banyak pihak yang tidak percaya bahkan guru sekolah mentertawakan peristiwa tersebut sehingga akhirnya petugas kebun tersebut masih bekerja tanpa dikenakan sanksi/hukuman.
Ø  Bidang pendidikan.
Banyak argument, petisi dan aturan-aturan terkait kemudahan terhadap pendidikan ABK diseluruh dunia, namun pada kenyataannya hanya sedikit sekolah yang menerima ABK dengan biaya yang mahal (kasus seperti ini banyak terjadi di Indonesia). Menandakan bahwa sekolah inklusi belum berhasil dilaksanakan.
Ø  Asuransi.
Tidak ada asuransi di Indonesia yang menerima ABK dengan alasan bahwa autis & disabilitas merupakan penyakit/kelainan bawaan dan juga tidak dapat disembuhkan. Dikhawatirkan pihak asuransi menanggung segala kesehatan yang mungkin membuat mereka bangkrut, padahal tidak seperti itu kondisinya. Termasuk jaminan kesehatan kantor-kantor pekerjaan tidak menjamin ABK sebagai list penerima tunjangan dengan alasan yang sama.
Irwanto: harus dibuatkan retorika, gambaran dan aksi nyata untuk penanganan ABK dari sudut pandang hukum (4 maret 2014). 4 faktor yang menyebabkan advokasi ABK belum terlaksana:
·         Kurang tenaga terapis di Indonesia
·         Belum adanya penunjuk treatmen umum (hanya ada Yayasan Autisma Indonesia yang besar dan diakui)
·         Jaminan kesehatan khusus/asuransi belum ditegaskan (dibuat-diproses dan dilaksanakan)
·         Jaminan keamanan/payung hukum advokasi belum terlaksana
***
Kesimpulannya:
ü  Kelompok advokasi harus segera dibentuk dan dikelola dengan baik,
ü  Memenuhi hak-hak anak tanpa diskriminasi,
ü  Mari kita bersama-sama membangun lembaga khusus autistik yang mencakup segala aspek dan laporkan segala pelanggaran/kasus yang berkaitan dengan ABK dimanapun dan kapanpun.
ü  Ingatkan juga untuk setiap SD (baik negeri maupun swasta) wajib menerima minimal 2 ABK karena aturannya sudah jelas, hanya saja pelaksanaannya masih perlu dikampanyekan dan akan ada sanksi hukum apabila ada SD yang tidak menerima ABK didalamnya.

Semoga bermanfaat

Minggu, 11 Mei 2014

Kemping SD level bawah 7-8 mei 2014



Kemping SD level bawah (kelas 1 – 3)
Rabu-kamis, 7 – 8 Mei 2014 @ Gunung Pancar

*Pak Yasir – Rabu sore mengaji
Rabu sore mengaji? Sudah lumrah bagi pak Yasir untuk memberikan, membagikan dan mengeluarkan ilmunya kepada SDM lain. Akan tetapi ada yang berbeda di hari Rabu ini, biasanya kajian ini bertempat di Diva, namun kali ini pak Yasir dalam suasana baru dan peserta baru, yaitu kemping SD level bawah, di Gunung Pancar. Apa saja yang dibahas? Check it out…
Berkaitan dengan kemping, berbicara tentang ‘gunung,’ ada sebuah gunung di zaman Rasulullah saw. yang mengajarkan kepada kita semua terutama umat muslim, yaitu kedisiplinan, ketaatan dan kepatuhan terhadap instruksi. Gunung apakah itu? Ya benar, gunung itu adalah Gunung Uhud (lebih dikenal dengan bukit Uhud) yang telah menggoreskan sejarah untuk kita pelajari.
Setelah kemenangan umat muslim atas perang Badar melawan orang-orang kafir, kembali musuh-musuh Islam merencanakan strategi perang yang lebih matang untuk mengalahkan umat muslim pada perang Uhud di bukit Uhud. Demi membalas dan menebus kekalahan yang pernah dialaminya, tidak sedikit kaum kafir quraisy kembali perang dengan umat muslim yang ternyata peperangan tersebut dimenangkan oleh umat muslimin.
Pemanah terlatih yang telah diamanatkan Rasulullah saw untuk tetap diam di pos/tempat ternyata membuat sebuah kondisi yang sangat menguntungkan untuk pasukan orang-orang beriman. Pesan Rasulullah saw begitu singkat, “janganlah kalian tinggalkan tempat ini sampai aku datang kembali untuk menyatakan kemenangan.”
Namun takdir berkata lain, kemenangan umat muslim yang hampir diraihnya begitu cepat tumbang dikarenakan pasukan pemanah umat muslim tergiur/terlena dengan ghanimah (harta perang) milik orang-orang kafir quraisy. Ada baju perang, cadangan makanan, persenjataan lengkap, kuda, unta, harta (emas) dan yang lainnya, sehingga sebagian besar pemanah meninggalkan tempat persembunyiannya untuk mengambil ghanimah tersebut.
Tidak sedikit pro-kontra yang terjadi sebelum pasukan turun bukit untuk mengambil ghanimah. Sudah banyak yang mengingatkan untuk tidak beranjak (tetap ditempat) akan tetapi ‘nafsu’ dan ‘kecerobohan’ telah banyak menyelimuti hati mereka, sehingga kondisi di bukit Uhud menjadi sepi (hanya segelintir orang/pemanah yang menjaga).
Kesempatan ini langsung diambil oleh orang-orang kafir quraisy dengan membawa kuda dan melingkar untuk menyerang pasukan pemanah muslim yang sedang lengah. Alhasil, bukit Uhud yang menjadi kunci kemenangan peperangan ini diambil alih oleh orang-orang kafir.
Banyak para sahabat yang gugur akibat peperangan ini, termasuk diantaranya Hamzah bin Abdul Muthalib yang mendapati tusukan didepan dan belakang tubuhnya. Termasuk dalam hal ini, Rasulullah saw sempat dikabarkan telah gugur dimedan perang, padahal sebenarnya itu adalah Mushab bin Umair yang menggantikan posisi Rasulullah saw demi menjaga Rasulullah saw agar tetap hidup.
Inilah dampak yang terjadi karena tidak taat terhadap instruksi dari Rasulullah saw. Dimohon kepada teman-teman semua untuk bisa menjaga sikap, mengikuti instruksi oleh panitia & PAK yang berwenang. Diharapkan kerjasamanya agar acara ini tetap berjalan dengan lancar sampai selesai.
(dilanjutkan dengan shalat Maghrib-Isya jama taqdim, keringan shalat untuk perjalanan jauh seperti ini. Alhamdulillah hujan turun dirakaat terakhir shalat Maghrib berjamaah, sehingga Isya dilanjutkan di tenda masing-masing.)

*Pak Arief – Mutiara subuh
“Cung, siapa yang senang bersepeda?”
Pak Arief memulai kajiannya dengan pembawaan yang rileks dan santai didalam sebuah aula cukup besar di Gunung Pancar, dihadapan jamaah subuh teman-teman SD level bawah yang sedang mengikuti kemping sejak hari Rabu (7/5) kemarin.
“Pernahkah teman-teman menggowes sepeda berkeliling provinsi (Jawa Barat) selama 11 hari tanpa ditemani siapa pun?”
Kembali pertanyaan yang membuat pendengar tercengang dan semakin asik untuk mendengarkan cerita dari pak Arief. Bersepeda keliling Jawa Barat selama 11 hari hanya untuk mencari pengalaman dan silaturahim dengan rekan-kerabat pak Arief? Hmm, yuk kita simak!
Berawal dari niat dan tekad yang bulat demi tercapainya impian untuk bisa goes keliling Jawa Barat merupakan salah satu target pak Arief yang sudah sejak lama dituliskannya. Perjalanan luar biasa ini, tentunya membutuhkan banyak persiapan, tidak hanya persiapan sepeda, seperti cadangan ban, lonceng/klakson, lampu penerang, air minum dan kunci pas untuk sepeda. Disamping itu diperlukan juga persiapan fisik (dengan berolahraga) untuk stamina tubuh juga bekal lain untuk bisa bertahan hidup di ‘kampung orang’ seperti peralatan tenda, masak-memasak, dan keahlian lain yang dapat membantu diperjalanan. Tak lupa pak Arief senantiasa berdo’a kepada Allah swt. agar selalu berada dodalam lindunganNya.
Tujuan pertama adalah kota kembang, Bandung. Melalui jalur puncak yang track nya cukup terjal (terutama menggunakan sepeda). Awalnya sempat keram dan hendak putus asa, karena kaki adalah organ vital pertama untuk semua pesepeda. Banyak resiko yang akan dihadapi jikalau kondisinya malah dipaksakan. Namun pak Arief tetap melawan rasa mala situ dengan meningkatkan lagi semangat akan tujuan awalnya bersepeda. Mendorong sepeda sampai ‘Rindu Alam,’ dan alhamdulillah keram pun hilang.
“iiiinnndddddaaaaaahhhhhh seekkaaalllliiii rasanyaaaa…..!!!” seru pak Arief sambil melanjutkan ceritanya. Seru! Itulah kesannya pak Arief.
Bagaimana tidak, disamping pak Arief mampu mengalahkan rasa lelahnya, pak Arief ternyata mendapatkan banyak kejutan selama perjalanan berkeliling Jawa Barat. Tiba dipantai pak Arief berkenalan dengan nelayan. Ngobrol (berbincang-bincang) tentang banyak hal sampai dijamu oleh penduduk setempat dengan ikan laut yang segar,
“yuuummmmmyy!” anak-anak merespon.
“Alhamdulillah luar biasa lezaaattt teman-teman, tidak ada dua nya…” ujar pak Arief
Cirebon-Kuningan seolah begitu dekat dan nikmat meskipun terkadang butuh istirahat untuk mengoptimalkan kembali energi yang sudah terpakai. Saat malam tiba, pak Arief membangun tenda dihalaman mesjid dan bermalam disana. Tidak ada istilah ‘menumpang tidur dimesjid’ karena ini untuk kemandirian dan pengalaman pak Arief selama berkeliling provinsi.
Sampai di Ciamis, pak Arief melewati sawah dan hutan. Tidak jarang keadaan disana sangat sepi bahkan menumbuhkan kewaspadaan yang cukup tinggi. Atas izin Allah, pak Arief bisa kembali dengan selamat dan momen yang paling ditunggu-tunggu adalah ketika tiba dirumah-rumah rekan pak Arief, termasuk teman-teman lama tidak bertemu. Rasanya seperti artis yang dikerumuni banyak orang, karena peristiwa seperti ini masih dibilang aneh oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, keliling Jawa Barat menggunakan sepeda.
“karena perbuatan baik, akan dibalas dengan kebaikan juga.”

Semoga bermanfaat
M. Dhinar Z.