Minggu, 20 April 2014

Pelatihan SafetyRep 19 April 2014



Pelatihan SafetyRep
Sabtu, 19 April 2014 @SAB
Oleh: Bpk. Tri Priyanto (abi Naka, SD 1 Singosari)
Menentukan 'master point' (spot berkumpul) disetiap program, terutama untuk gempa bumi & kebakaran.
Sebagai sebuah team safety, terlebih dahulu kita harus memahami teori dari segala aspek kemungkinan terkait kecelakaan, terutama dilingkungan sekolah. Bagaimana caranya harus bisa melindungi dan bertahan sekaligus saat terjadi kejadian khusus seperti gempa dan kebakaran. Keamanan paling dasar (disamping segala perlengkapan safety) yaitu do'a dan awareness. Adapun fasilitas lain adalah sebagai penunjang dan alat pelengkap keselamatan.
Pengalaman seputar safety oleh pak Pryanto yakni dibidang ketinggian dan ruang terbatas (sebuah tempat yang tidak didesign untuk tempat bekerja, seperti gorong-gorong dan sumur). Banyak kecelakaan terjadi yang padahal korbannya hanya 1, namun korban sampai dirawat sampai 3-4 orang karena berbagai faktor (terutama diruang terbatas). Untuk menghindari hal tersebut, diharapkan SAB mampu menekan tingkat kecelakaan yang terjadi untuk jangka waktu yang cukup lama.
Cara menekan faktor kecelakaan yang dapat dilakukan, yaitu:
1.            Berdo'a dan aware diri. Ini merupakan langkah awal untuk kita (guru dan anak-anak). Optimalkan agar kreatifitas anak tidak sampai terhambat.
2.            Eliminasi potensi bahaya. Dalam hal ini dibutuhkan cost yang besar untuk, substitusi/ganti fasilitas agar lebih aman. Bisa namun kurang direkomdasikan.
3.            Menambah SDM & enginer
4.            Mempersiapkan/menambahkan administrasi, seperti display pengingat namun jangan terlalu banyak larangan.
5.            Alat pelindung diri. Membuat rancangan yang efektif dan menekan cost/pengeluaran.

Disarankan, untuk lantai bertingkat (2 atau lebih) dipasangkan jaring-jaring pengaman, khususnya untuk bangunan SD. Beli jaring meteran yang tidak terlalu mahal dan bisa dipasangkan sendiri oleh team. Disamping itu bisa juga menambahkan asksesori lain dijaring tersebut, agar lebih menarik sesuai kreatifitas guru-murid.
Banyak orang yang tidak mengetahui 'bahaya padahal operasioal biaya mengobati lebih besar ketimbang mencegah. Belum lagi ditambah dengan dampak hukum dan dampak nama baik. Oleh karena itu, diharapkan team ini benar-benar bertanggung jawab atas segala apa yang terjadi. Kita mengetahui masyarakat Indonesia yang senang bergosip-ria, dimana sebuah fakta ditambahkan bumbu (dengan sangat banyak) sehingga keasliannya hilang. Terus komunikasikan langkah-langkah team untuk terus memberikan yang terbaik.
Ciri titik kumpul:
·         Lokasi aman (jauh dari bahaya)
·         Terbuka
·         Ukuran 30x30 cm (sebesar keramik) untuk tiap orang, jumlah korban dikalikan dengan ukuran.
·         Dapat dilalui/diakses 2 mobil. Latih pengantar/supir jemputan untuk membiasakan keluar-masuk kendaraan pada rute yang disepakati.
Saat "panik" lakukan 4 tahap berikut:
·         Stop
·         Tarik nafas dalam-dalam
·         Berfikir untuk tindakan selanjutnya
·         Take action Selalu ingatkan tahapan ini karena yang sudah mengalami/punya pengalaman pun bisa lupa karena panik.
Untuk kebakaran, usahakan (mulai dari sekarang) menentukan leader tiap level. Korban biasanya mengikuti seseorang yang paling depan. Seharusnya guru kelas yang menjadi leader, agar lebih memahami/mengenal murid-muridnya yang bertugas untuk mengarahkan anak-anak ke tempat evakuasi.
Lakukan "simulasi" dengan rutin, minimal setahun 2x (satu semester sekali) untuk membiasakan gerakan dan lebih mengenal potensi bahaya saat melakukan evaluasi. Atau diwaktu outbound, sehari lakukan simulasi untuk 2-3 kelas dengan kondisi serius.
Ciri-ciri jalur evakuasi:
·         -nyaman
·         -lebar
·         -tidak ada penghalang
·         -diberi tanda (gunakan scoutline-menyala atau glow in the dark untuk kondisi malam hari)
·         -jika ada pintu untuk jalur evakuasi, arahkan buka keluar (didorong), kurang tepat jika ditarik. Latih agar timbul gerakan reflek mendorong pintu
Saat ada gempa bumi, lakukan tahapan berikut:
·         -tidak langsung berlari
·         -segera merunduk dan berlindung dibawah/kolong meja sambil menutup kepala
·         -bertahan
Sampai berapa lama? Sampai gempa bumi selesai. Pastikan lokasi aman (usahakan posisi berlindung membentuk segitiga, sebagai penopang). Sebenarnya pilihan berlari saat gempa (memilih tempat berlindung) seperti judi/peluang/kemungkinan. Bisa jadi yang berlari selamat, akan tetapi bisa juga yang berlindung selamat.
Pikirkan hal ini secara meluas, orang yang berlari saat gempa kencang, justru malah vertigo dan berkemungkinan terjatuh. Tidak masalah kalau hanya jatuh, namun jika terkilir dan menyebabkan patah kaki, itu lebih memperburuk keadaan. Belum lagi orang lain yang berpikir untuk lari dan terjatuh ditempat yang sama lantas kita tertindih. Bukan berarti bersembunyi dikolong itu aman, khawatir jika bangunan rubuh. Oleh karena itu buat sudut segitiga penopang dan sarankan sekolah untuk memperhatikan kekuatan bangunan rutin setiap tahunnya.
Bagaimana jika pakaian kita terbakar? Segera merunduk dan berguling ditanah lapang (untuk mematikan api). Pastikan tidak ada cairan berbahaya. Berlari malah akan menyebabkan api bertambah besar.
Selalu yakinkan anak/murid agar percaya pada kita, karena situasi panik membuat persiapan selalu diabaikan. Kedekatan orang tua/guru terhadap anak, membuat anak yang panik (berkemungkinan menangis) bisa kita dekati-peluk dan menyentuh/menyelesaikan permasalahan secara perlahan. Khawatir saat panik menjadi nekat dan melakukan hal ekstrim. Pengalaman, saat panik seseorang bisa membawa kulkas sendiri/kekuatan tambahan dari dalam.
Penyimpanan: tabung 'apar' minimal 1 buah setiap lokal, dipasang setinggi 1 meter. Menjelang waktu expired, habiskan/manfaatkan untuk latihan, khawatir disalahgunakan.
Saran di SD:
·         *master point untuk kelas 6, evakuasi ke gerbang luar, lakukan dengan teratur & tertib (tidak mendahului leader) karena gerbang dekat dengan jalan raya.
·         *tambahkan jaring-jaring disetiap kelas yang memiliki 2 lantai
·         *Buat pintu (akses baru) yang dapat dibuka keluar-masuk sekitar mushola SD. Dibuat dengan warna yang cerah. Teknis & bentuk improvisasi/kesepakatan, yang terpenting menarik perhatian, agar tidak saling bertubrukan di 1 pintu kalau evakuasi terjadi.
TK:
·         *Tambahkan jaring untuk area playground & kelas yang ventilasinya bisa diintip (mengurangi kepala yang tersangkut)
·         *buat lantai landai (bukan tangga berundak) untuk motorik anak. Masih banyak tempat rawan kesandung untuk anak-anak
·         *buat tangga yang lebih landai diarea mobil-mobilan Playgorup. Semaksimal apa motorik pada tangga tersebut? Tanyakan kembali pada arsiteknya. Bentuk apapun, hubungkan dengan fungsinya.
·         *pindahkan apar ketempat yang lebih landai dan sudut/pojok
·         *lantai bubur kertas harus selalu di perhatikan secara rutin.
·         *hindari penggunaan asbes karena kurang baik untuk manusia.
·         *selalu ingatkan untuk berpegangan saat naik-turun tangga
SM:
·         *Buat display untuk akses evakuasi
·         *Double cover tiap kelas sudah bagus, sebaiknya di SD juga dibuat sama
·         *hindari candaan disekitar tangga, karena tempat tersebut rawan (terutama bebatuan licin disekitar tangga)
·         *spot evakuasi dilapangan basket
Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar