Minggu, 12 Oktober 2014

pengajian bulanan 10 oktober 2014 - AKHLAQ

Pengajian bulanan SDM SALAM
Jum’at, 10 Oktober 2014
Ust. Yasir A.M.
@ Mesjid Taman Seruni

AKHLAQ
Sering kita mendengar istilah akhlaq dalam kehidupan sehari-hari. Akhlaq sangat erat kaitannya dengan kondisi/perilaku seseorang. Akhlaq juga merupakan salah satu poin penting yang tercantum dalam nilai-nilai SALAM. Hm, apakah Akhlaq itu?
            Akhlaq menurut bahasa merupakan serapan dari bahasa arab yang tidak bisa kita terjemahkan lagi kedalam bahasa apapun. “Atittude” misalnya, jelas akan berbeda definisinya dari kata “akhlaq” itu sendiri. Atau jika kita ingin menyebut istilah akhlaq dengan sikap dan perilaku manusia, tentu saja kurang cocok karena pada dasarnya akhlaq memiliki arti yang lebih luas, adapun sikap dan perilaku merupakan perwujudan dari akhlaq itu sendiri.
            Jangan sampai kita menterjemahkan istilah “akhlaq” dengan kata “tek-tok” yang mempunyai banyak arti. Pernah pak Yasir menanyakan arti kata “tek-tok” kepada 3 orang murid yang berbeda, ada yang menyebutkan bahwa tektok adalah “jalanin aja.” Ada juga yang mengartikan istilah tersebut dengan “bolak-balik” bahkan mengatikannya dengan kata “percaya diri.” Simpang siur dan gak jelas ‘kan?
             Akhlaq jika dipecah menjadi 2 pengertian yaitu “kho-la-qof” (khuluk) yang artinya kejadian/penciptaan dan “kho-la-qah” yang artinya perangai atau tabiat. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa:
“Akhlaq adalah sesuatu yang melekat pada proses penciptaan manusia, termasuk didalamnya terdapat tabiat dan perilaku/sikap.”
Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi (orang keturunan liberal yang menentang liberalisme), mengatakan bahwa, “karena manusia diciptakan dengan fitrah, potensi yang melekat, maka berakhlaq adalah berfikir, berkehendak dan berperilaku sesuai dengan fitah (nurani)nya.” Sehingga akhlaq mutlak dimiliki oleh setiap manusia.
Adapun menurut Al-Ghazali mengemukakan arti akhlaq ada 2 definisi:
Kholaq             : perilaku yang tampak
Kholaquw        : perilaku dalam jiwa/terpendam
Sempurna akhlaq manusia jika memiliki kedua poin tersebut. Kalau hanya salah satunya saja yang baik, maka akhlaqnya tidak bisa dikatakan sempurna. Misalnya saja ada orang yang membagi-bagikan sejumlah uang kepada masyarakat, apakah bisa kita sebut dermawan? Memang iya perilaku yang tampaknya adalah berbagi rizki namun kalau niatnya untuk kesuksesan Pemilu atau memamerkan kekayaan belaka, menandakan bahwa akhlaqnya belum sempurna. Atau jika ada seseorang tersenyum manis kepada kita namun dalam hati sebenarnya nya merasa amat sangat jengkel melihat muka kita, itu artinya akhlaqnya belum sempurna.
Benarkah pernyataan berikut? (dari orang Yahudi):
“it’s better to be moralist rather than religious.”
Apakah moralis tanpa religious bisa dikatakan berakhlaqa mulia?
Misal dalam hal ini kita ambil contoh seorang pemimpin yang berhasil mengelola wilayahnya sehingga penduduknya tentram dan sejahtera, APBD meningkat dan tidak ada kemiskinan, akan tetapi anggaran yang diperolehnya yaitu dari setoran prostitusi dan perjudian (melanggar aturan agama). Apakah moral saja cukup tanpa agama?
Tadabburi surat Ar-Rum (30) ayat 30:
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
Kecenderungan fitrah manusia untuk melakukan sesuatu adalah fitrah untuk beragama lurus (Tauhid) yang menuju kepada kebaikan, namun pada kenyataanya banyak orang justru berbuat jahat/keburukan karena lupa akan fitrahnya.
***
Orang pedalaman Papua biasanya menggunakan nama-nama artis sebagai nama panggilan sehari-hari, salah satunya Leonardo de Capio (pemeran utama film Titanic). Kalau kita mengingat peristiwa Titanic, yang menjadi pertanyaan adalah tenggelamnya kapal Titanic dikarenakan terbelah atau terbakar? LOL :D… Dongeng – 50% dusta, 50% rekayasa. Hahaha (joke…)
Filosofi dari gunung es dan Titanic, kita anggap bahwa:
·         Permukaan es yang terlihat   : Akhlaq
·         Perahu                                     : Din / syariah
·         Gumpalan es didalam laut     : Aqidah (tindakan, sikap, dll.)
Manusia yang benar sesuai dengan fitrahnya adalah manusia yang bertindak dengan didasari oleh keimanan, diniatkan dengan ikhlas dan dibingkai dengan din. Kalau ada orang yang akhlaqnya selalu bersemangat beribadah, perilakunya sopan dan santun namun hendak melakukan shalat subuh sebanyak 10 rakaat, sudah pasti SALAH meskipun niatnya benar.
Atau seseorang yang melakuakn money laundry (pencucian uang) yang mengangkat seorang Officee Boy menjadi Direktur tanpa syarat dan proses, itu juga merupakan suatu kecurangan yang tidak diperbolehkan.
“Akhlaq itu bukan sekedar tatakrama, etika dan moral.”
Rasulullah saw. merupakan seseorang yang melanggar tradisi saat itu, karena hidup di zaman ketika kejahiliyahan/kesesatan/kebodohan adalah perkara yang dibenarkan waktu itu. SAH hukumnya bila ada banyak orang melakukan sa’i sambil telanjang atau mengubur anak perempuannya hidup-hidup tanpa merasa bersalah. Oleh karena itu Rasulullah saw. datang untuk menyempurnakan akhlaq manusia meskipun melanggar tradisi yang sudah ada. Hingga mendapat julukan al-amin (orang yang dapat dipercaya) walaupun usianya masih sangat muda.
Surat Ibrahim (14) ayat 24 – 25
24. tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik[786] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
25. pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
[786] Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala Ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. kalimat tauhid seperti laa ilaa ha illallaah.
Manusia yang baik bisa kita ibaratkan seperti “pohon yang baik” dengan ciri berikut:
Akarnya teguh (Aqidah), batangnya kokoh (Din), dan cabangnya menjulang kelangit (Akhlaq), berbuah selalu, memberikan manfaat setiap waktu walaupun dalam kondisi yang sempit dan sulit. Konsep kebaikan tersebut dapat kita lihat pada surat Al-Baqarah ayat 177:
177. bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.
“Dari akhlak yang mulia, didasari keimanan dan dibingkai agama itulah kebaikan, bukan karena tradisi/budaya timur maupun barat.”
Diriwayatkan dari Abu-Darda r.a., bahwasanya Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang paling berat timbangannya diatas mizan (timbangan hari kiamat) seorang mukmin, kecuali akhlak nya yang baik dan sesungguhnya Allah membenci orang yang keji dan yang kotor mulut” (HR. Turmudzi)
Akhlak yang mulia:
1.      Akar-Jujur                    : sifat dasar Rasulullah saw. bahkan sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul
2.      Batang-Taat ibadah    : memaksimalkan waktu, bagaimana cara mengelola kesempitan dan kesulitan menjadi sesuatu yang menyenangkan dan dapat teratasi (solutif)
Banyak dari supir jemputan shalat tidak tepat waktu karena kebanyakan dari mereka masih diperjalanan ketika adzan berkumandang, namun ada juga yang dapat dapat shalat tepat waktu karena menejemen waktunya bagus, tergantung diri kita, apakah masih mengutamakan ibadah atau tidak.
3.      Ranting & buah-Ikrom            : memuliakan (derajatnya lebih tinggi dibandingkan menghormati), percaya pada Allah, hari kiamat dan takdir/ketentuan Allah
a.      Berkata baik atau diam
Ada seorang anak mengatakan (mohon maaf) b-e-g-o dengan sangat lancar kepada teman-temannya, hal ini perlu kita sadari bahwa jarak yang paling dekat dengan ucapannya adalah telinganya sendiri. Hal tersebut adalah salah dan tugas kita adalah untuk memperbaikinya. Ucapan baik maupun kurang baik yang kita lontarkan, efeknya adalah pendengaran kita masing-masing. Rata-rata manusia biasanya berbicara 60 kata per 1 menit, sehingga jika kita ingin mendengar yang baik, berbicaralah yang baik.
b.      Memuliakan tetangga
Meskipun Abu Jahal dan Abu Lahab adalah saudara sekaligus tetangga yang kurang baik terhadap Rasulullah saw., tidak jarang mereka menitipkan barang-barangnya kepada Rasulullah saw. karena sikap Rasul yang senantiasa memuliakan tetangga. Bahkan sebelum berangkat perang, beliau harus mengembalikan barang titipannya tersebut kepemiliknya.
c.       Memuliakan tamu
Siapapun yang datang ke rumah kita entah itu hanya berkunjung, melihat-lihat, bersilaturahim, buat mereka nyaman dengan tempat kita. Berikan 5 S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun) agar tamu segan terhadap kehadiran kita. Jangan sampai berlebihan, misal membantu membawakan koper/tas orang lain sampai dikira calo, karena semua orang belum tentu memiliki persepsi yang sama dengan kita.
Akhlaq mulia yang dilakukan manusia ada aturannya tersendiri, yaitu syariat islam. Misal kita ingin memuliakan orang lain dengan cara “peduli” dan melakukan sms tausiyah rutin untuk mengingatkan ibadah, dari ikhwan ke akhwat. Meski benar namun kalau melanggar syariat itu kurang tepat.

PERTANYAAN:
1.      Adakah contoh orang yang akhlaq didalam jiwanya bagus namun yang tampak buruk?
Sulit mencari orang yang seperti itu. Apakah orang yang ingin bersedekah (niatnya bagus) namun perbuatannya adalah ‘berjudi’ bisa dikatakan akhlak yang baik?
Dalam sejarah, pernah ada kasus seorang sahabat yang ingin berperang (dalam hatinya sangat ingin ikut berperang) namun karena ketidakmampuannya, perbuatan yang tampak (pada kenyataannya) ia tidak ikut berperang. Hal ini masih di perbolehkan.
2.      Bolehkah kita melakukan perbuatan buruk untuk hal yang baik menurut pandangan akhlaq?
Membunuh adalah sebuah kejahatan, “berakhlaq buruk” kalau seseorang sampai membunuh saudaranya. Namun kalau beriman dan memiliki tujuan yang sesuai syariat akan menjadi sebuah kemuliaan. Niat lurus, aqidah kokoh dalam keislaman insyaa Allah baik.
3.      Misal A melakukan fitnah terhadap L dan ketika A sedang sakit, L menengoknya hingga keluarga A mengatakan bahwa L “melakukan sebuah kemuliaan dan mendapat pahala dari shalat sunnah 1000 rakaat,” benarkah itu?
Mendapat pahala shalat sunnah 1000 rakaat belum dapat sumbernya-cari sumber yang relevan jangan asal mudah menerima masukan dari orang lain.
Kemuliaan seseorang didapatkan dengan:
·         bersilaturahim terhadap orang yang memusuhi kita
·         bersedekah/memberi kepada orang yang pedit, pelit, meregehese cap jahe buntut kasiran #apasihpakyasir…
·         memaafkan yang mendzalimi


Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar