Jumat, 10 Oktober 2014

pelatihan P3K

Pelatihan P3K
Kamis, 9 Oktober 2014
Oleh    : Pak Arief …
@ Aula SM

Sekolah Alam Bogor merupakan salah satu sekolah yang memiliki banyak aktifitas diluar kelas. Berbaur dengan alam dan menjadikan alam sebagai bahan pembelajaran untuk anak-anak, merupakan ciri khas yang dimiliki oleh SALAM. Tentu saja dalam hal ini sekolah sangat perlu lebih intens dalam menjaga orang-orang didalamnya dari segala risiko kecelakaan yang lebih besar. Apakah fasilitator didalamnya siap dalam kemungkinan-kemungkinan tersebut? Ataukah hanya memasrahkan keselamatan anak kepada Allah swt.? Yuk kita simak ulasan “pelatihan P3K” berikut!
1.      Identifikasi organ vital
Dalam tubuh manusia (dan makhluk hidup lainnya), ada 2 dua organ yang vital yang perlu dijaga keduanya, yaitu JANTUNG dan PARU-PARU. Tidak ada salah satunya, maka makhluk hidup tidak dapat hidup. Jantung berfungsi untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh, sedangkan paru-paru mensuplai energi tubuh manusia, dari oksigen sampai menjadi karbon dioksida.
Kalau ada orang tergeletak, hal yang perlu kita lakukan adalah melakukan tahap DRH ABC, yaitu:
# D (Danger)
·         Tanya kepada orang-orang disekitar “mengapa orang tersebut tergeletak?”
·         Periksa oleh kita terhadap korban tersebut, apakah sedang tertidur, pingsan, akting, koma dan kemungkinan lainnya perlu kita timbulkan. Pastikan tidak ada “bahaya” yang berada disekitar korban dan diri kita. Misal: di kaki korban ada kabel yang terbelit dan mengandung listrik bertegangan tinggi, atau reruntuhan bangunan dari gempa bumi yang membahayakan, atau lalu lintas kendaran di jalan raya, dan lain sebagainya. Pastikan kondisi diri kita dan korban dalam keadaan yang aman.
# R (Respon)
Jika sudah mengetahui sebab yang dialami korban, segera lakukan tindakan yang dapat direspon oleh korban seperti menepuk bahu atau mencubit bagian vital (seperti di bawah ketiak). Cari sumber respon yang diberikan korban dalam bentuk lirihan suara, gerakan tubuh atau gerak reflek yang terjadi saat dicubit/disentuh.
# H (Help)
Sebisa mungkin, cari orang lain (siapapun itu, semakin banyak semakin baik) untuk dijadikan seorang saksi yang dapat bermanfaat untuk diminta tolong atau pertolongan lanjutan (meminta bantuan orang lain). Khawatir kita dituduh melakukan pembunuhan (salah sangka) atau kerepotan jika harus berhadapan dengan korban yang lawan jenis.
# A (Air Way) = Saluran pernafasan
Langkah ini dilakukan jika korban, belum juga memberikan respon terhadap usaha kita. Tahapan dalam pertolongan ini yaitu LLF (Look, Listen & Feel). Cek urat nadi dibagian leher/lengan dengan menggunakan 2 jari (disarankan telunjuk dan jari tengah), untuk mengetahui kondisi korban sebelum melakukan proses lanjutan.
Lihat saluran pernafasan yang dilakukan korban, periksa bagian bawah hidung dan kembang-kempis yang terjadi disekitar perutnya. Apakah tekanannya besar (yang menandakan korban cukup aman) ataukah kecil bahkan tidak ada sama sekali.
# B (Breathing)
            Korban yang tidak terlihat saluran pernafasannya, harus segera kita ambil tindakan untuk memberikan nafas bantuan. Letakkan korban ditempat yang rata, tempelkan pipi dan hidung kita ke korban, pandangan memperhatikan dada, leher sedikit diangkat, dagu dibuka dan tiup/hembuskan ke mulut/hidung korban semaksimal mungkin (2x hembusan untuk dewasa dan 1x hembusan untuk remaja).
            Cek selama 10 detik, kalau belum ada respon dari korban lakukan nafas buatan ini dengan pola 30x pijat dan 2x nafas buatan. Orang yang dapat bernafas dipastikan saluran nadinya berjalan, berbeda jika nadi tidak bergerak maka dipastikan tidak ada pernafasan, karena jantung memompa darah dari dan ke paru-paru.
# C (Circulation)
            Ada dua jenis nafas buatan yang dapat kita berikan kepada korban, yaitu mulut-hidung dan mulut-mulut. Keduanya bisa saja dilakukan sesuai kebutuhan, akan tetapi nafas buatan mulut-mulut lebih sering digunakan orang lain.
            Sebelum kita melakukan proses nafas buatan, pastikan kita memeriksan kondisi korban apakah ada benda yang menghambat/menyumbat pada saluran hidung dan mulut, seperti kotoran hidung, makanan, minuman, dan lain-lain.
            Ulangi-ulangi-ulangi proses Breathing, sampai korban memberikan respon kepada kita. Hentikan nafas buatan kalau perut korban mengembang, karena menandakan nafas yang kita berikan tidak masuk alveolus korban, melainkan ke lambung/bagian perut.
10 menit nafas manusia tidak tersuplai ke otak, maka sedikit demi sedikit sel-sel didalam otak mengalami kerusakan. 20 menit tidak bernafas, maka semakin banyak yang rusak dan mempengaruhi organ lain, 30 menit (manusia biasa) tidak bernafas berkemungkinan sudah benar-benar tidak sadar (koma atau meninggal dunia).
·         Pertolongan pada bayi: posisikan tubuh kita memegang dada bayi yang letaknya 2 jari kebawah dari putting
·         Pertolongan pada korban yang bentuk tubuhnya tidak beraturan (jatuh dari pohon misalnya), posisikan/angkat tangan kiri korban ke leher, tekuk lutut kiri korban, gulingkan/putar kearah kiri. Posisi tangan bertujuan untuk membuka jalan nafas agar tidak tertutup saat diputar.

2.      Bleeding
Ada 3 macam darah didalam tubuh manusia,
·         Arteri yaitu darah yang mengalir dari jantung keseluruh tubuh, membawa nutrisi makanan dan oksigen dari paru-paru. Ciri darah arteri yaitu warna darah merah cerah, mengalir cepat dan memancar saat pendarahan.
·         Vena yaitu darah yang alirannya menuju ke arah jantung dari seluruh tubuh dan membawa karbondioksida untuk dihembuskan. Ciri darah vena yaitu gelap dan lambat saat pendarahan.
·         Kapiler yaitu pembuluh halus yang bercabang-cabang untuk mengalirkan nutrisi ke setiap organ. Ciri pendarahannya yaitu merembes kedalam pori-pori.
Orang normal dengan berat minimal 50 kg dapat mengeluarkan darah 250-300 cc atau setara dengan kantung darah (syarat donor darah). Orang yang memiliki berat badan tubuh >70 kg dapat mengeluarkan darah 2x lipatnya yaitu mencapai 700 cc atau setara 2 kantung darah. Terlalu banyak mengeluarkan darah dari batasan tersebut, seseorang akan mengalami kondisi tidak sadarkan diri.
      Bagaimana cara menghentikan pendarahan?
·         Tekan menggunakan tangan
·         Balut tekan
·         Torniket (amputasi/tangan putus), ikatkan kain bersih 20 cm diatas luka, gunakan spidol lalu putarkan sampai pembuluh berhenti mengeluarkan darah, gunakan es batu untuk menimbulkan efek mati rasa.
Usahakan selama proses tersebut, tim penolong tidak panik karena akan menimbulkan banyak resiko, baik untuk korban maupun kita sebagai penolong. Bidai/mitela yang digunakan sebaiknya tidak berwarna putih, karena setegar-tegarnya manusia, pasti ada rasa ngeri, takut atau gemetar tiap kali melihat darah dalam jumlah yang banyak. Gunakan warna hijau agar warna darah menjadi samar.

3.      Balut bidai
Mitela yang digunakan kebanyakan orang adalah kain yang berwarna putih, disarankan untuk SALAM menyiapkan kain berwarna lain (hijau atau biru misalnya) untuk mengurangi noda darah yang bercecer saat melakukan pertolongan.
Lipatan yang digunakan beragam, sesuai dengan kebutuhan korban. 1, 2, 4, 8 lipatan yang biasa digunakan, semakin kecil lipatan semakin sulit mitela digunakan. Penggunaannya dapat digunakan untuk seluruh tubuh.
·         Fraktura (patah tulang) dalam, menggunakan kayu untuk meratakan/meluruskan dan ikatkan pada bagian yang patah dan utuh.
·         Fraktura (patah tulang) luar, lebih berbahaya karena berkemungkinan infeksi terhadap debu dan bakteri yang ada di udara. Gunakan balok kayu/bambu untuk melurusakan bagian yang patah dengan menggunakan mitela. Ikatkan pada bagian yang utuh, retak/patah dan bagian utuh lainnya. Semakin banyak mitela semakin baik pertolongannya.
·         Pendarahan dikepala: Gunakan 2 mitela untuk pendarahan dikepala. 1 di gulung dan ditempelkan pada luka, dan yang satunya dililitkan ke leher korban agar gulungan mitela yang pertama tertahan.
·         Pembengkokkan tulang bagian selangka/belikat, cukup menggunakan 1 mitela yang diikatkan menyilang dibagian bahu dan ikatkan dibagian punggung. Kendorkan ikatan jika korban merasa engap/kesakitan (mungkin ikatan terlalu kuat).
·         Korban yang tertancap tusukan bambu/benda lain yang ukurannya panjang, tidak boleh dicabut/lepas sebelum dokter melakukannya. Biarkan tetap menempel di bagian tubuh, patahkan sedikit karena resiko yang ditimbulkan sangat banyak.
·         Untuk fraktura, bisa juga menggunakan cincin mitela (mitela yang gulungkan seperti donat) untuk menyatukan bagian tulang yang terpisah.
Ajak korban/pasien ngobrol untuk mengalihkan rasa sakitnya. Hilangkan kepanikan saat sedang melakukan balut bidai. Lakukan semaksimal mungkin selama pertolongan pertama dilakukan, hubungi dokter sesegera mungkin.

4.      Evakuasi
Untuk korban yang mengalami luka ringan, cukup di gedong punggung oleh penolong atau di angkat/gendong depan ke penolong lanjutan (ambulan, dokter, rumah sakit). Sedangkan untuk patah tulang, gunakan pintu (sebagai pengganti tandu) agar posisi korban tidak berubah dari awal, dibutuhkan 3-4 orang untuk membawanya secara bersamaan. Usahakan kepala sampai kaki tidak ada yang bergelantungan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar