Pelatihan P3K
Kamis, 9 Oktober 2014
Oleh : Pak Arief …
@ Aula SM
Sekolah Alam Bogor merupakan salah
satu sekolah yang memiliki banyak aktifitas diluar kelas. Berbaur dengan alam
dan menjadikan alam sebagai bahan pembelajaran untuk anak-anak, merupakan ciri
khas yang dimiliki oleh SALAM. Tentu saja dalam hal ini sekolah sangat perlu
lebih intens dalam menjaga orang-orang didalamnya dari segala risiko kecelakaan
yang lebih besar. Apakah fasilitator didalamnya siap dalam
kemungkinan-kemungkinan tersebut? Ataukah hanya memasrahkan keselamatan anak
kepada Allah swt.? Yuk kita simak ulasan “pelatihan P3K” berikut!
1. Identifikasi organ vital
Dalam tubuh manusia (dan makhluk
hidup lainnya), ada 2 dua organ yang vital yang perlu dijaga keduanya, yaitu
JANTUNG dan PARU-PARU. Tidak ada salah satunya, maka makhluk hidup tidak dapat
hidup. Jantung berfungsi untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh, sedangkan
paru-paru mensuplai energi tubuh manusia, dari oksigen sampai menjadi karbon
dioksida.
Kalau ada orang tergeletak, hal yang
perlu kita lakukan adalah melakukan tahap DRH ABC, yaitu:
# D (Danger)
·
Tanya
kepada orang-orang disekitar “mengapa orang tersebut tergeletak?”
·
Periksa
oleh kita terhadap korban tersebut, apakah sedang tertidur, pingsan, akting,
koma dan kemungkinan lainnya perlu kita timbulkan. Pastikan tidak ada “bahaya”
yang berada disekitar korban dan diri kita. Misal: di kaki korban ada kabel
yang terbelit dan mengandung listrik bertegangan tinggi, atau reruntuhan
bangunan dari gempa bumi yang membahayakan, atau lalu lintas kendaran di jalan
raya, dan lain sebagainya. Pastikan kondisi diri kita dan korban dalam keadaan
yang aman.
# R (Respon)
Jika sudah mengetahui sebab yang
dialami korban, segera lakukan tindakan yang dapat direspon oleh korban seperti
menepuk bahu atau mencubit bagian vital (seperti di bawah ketiak). Cari sumber
respon yang diberikan korban dalam bentuk lirihan suara, gerakan tubuh atau
gerak reflek yang terjadi saat dicubit/disentuh.
# H (Help)
Sebisa mungkin, cari orang lain
(siapapun itu, semakin banyak semakin baik) untuk dijadikan seorang saksi yang dapat
bermanfaat untuk diminta tolong atau pertolongan lanjutan (meminta bantuan
orang lain). Khawatir kita dituduh melakukan pembunuhan (salah sangka) atau
kerepotan jika harus berhadapan dengan korban yang lawan jenis.
# A (Air Way) = Saluran pernafasan
Langkah ini dilakukan jika korban,
belum juga memberikan respon terhadap usaha kita. Tahapan dalam pertolongan ini
yaitu LLF (Look, Listen & Feel). Cek urat nadi dibagian leher/lengan dengan
menggunakan 2 jari (disarankan telunjuk dan jari tengah), untuk mengetahui
kondisi korban sebelum melakukan proses lanjutan.
Lihat saluran pernafasan yang
dilakukan korban, periksa bagian bawah hidung dan kembang-kempis yang terjadi
disekitar perutnya. Apakah tekanannya besar (yang menandakan korban cukup aman)
ataukah kecil bahkan tidak ada sama sekali.
# B (Breathing)
Korban yang
tidak terlihat saluran pernafasannya, harus segera kita ambil tindakan untuk
memberikan nafas bantuan. Letakkan korban ditempat yang rata, tempelkan pipi
dan hidung kita ke korban, pandangan memperhatikan dada, leher sedikit
diangkat, dagu dibuka dan tiup/hembuskan ke mulut/hidung korban semaksimal
mungkin (2x hembusan untuk dewasa dan 1x hembusan untuk remaja).
Cek selama
10 detik, kalau belum ada respon dari korban lakukan nafas buatan ini dengan
pola 30x pijat dan 2x nafas buatan. Orang yang dapat bernafas dipastikan
saluran nadinya berjalan, berbeda jika nadi tidak bergerak maka dipastikan
tidak ada pernafasan, karena jantung memompa darah dari dan ke paru-paru.
# C (Circulation)
Ada dua
jenis nafas buatan yang dapat kita berikan kepada korban, yaitu mulut-hidung
dan mulut-mulut. Keduanya bisa saja dilakukan sesuai kebutuhan, akan tetapi
nafas buatan mulut-mulut lebih sering digunakan orang lain.
Sebelum kita
melakukan proses nafas buatan, pastikan kita memeriksan kondisi korban apakah
ada benda yang menghambat/menyumbat pada saluran hidung dan mulut, seperti kotoran
hidung, makanan, minuman, dan lain-lain.
Ulangi-ulangi-ulangi
proses Breathing, sampai korban memberikan respon kepada kita. Hentikan nafas
buatan kalau perut korban mengembang, karena menandakan nafas yang kita berikan
tidak masuk alveolus korban, melainkan ke lambung/bagian perut.
10 menit nafas manusia tidak
tersuplai ke otak, maka sedikit demi sedikit sel-sel didalam otak mengalami
kerusakan. 20 menit tidak bernafas, maka semakin banyak yang rusak dan
mempengaruhi organ lain, 30 menit (manusia biasa) tidak bernafas berkemungkinan
sudah benar-benar tidak sadar (koma atau meninggal dunia).
·
Pertolongan
pada bayi: posisikan tubuh kita memegang dada bayi yang letaknya 2 jari kebawah
dari putting
·
Pertolongan
pada korban yang bentuk tubuhnya tidak beraturan (jatuh dari pohon misalnya),
posisikan/angkat tangan kiri korban ke leher, tekuk lutut kiri korban,
gulingkan/putar kearah kiri. Posisi tangan bertujuan untuk membuka jalan nafas
agar tidak tertutup saat diputar.
2. Bleeding
Ada 3 macam darah didalam tubuh manusia,
·
Arteri
yaitu darah yang mengalir dari jantung keseluruh tubuh, membawa nutrisi makanan
dan oksigen dari paru-paru. Ciri darah arteri yaitu warna darah merah cerah,
mengalir cepat dan memancar saat pendarahan.
·
Vena
yaitu darah yang alirannya menuju ke arah jantung dari seluruh tubuh dan
membawa karbondioksida untuk dihembuskan. Ciri darah vena yaitu gelap dan
lambat saat pendarahan.
·
Kapiler
yaitu pembuluh halus yang bercabang-cabang untuk mengalirkan nutrisi ke setiap
organ. Ciri pendarahannya yaitu merembes kedalam pori-pori.
Orang normal dengan berat minimal 50
kg dapat mengeluarkan darah 250-300 cc atau setara dengan kantung darah (syarat
donor darah). Orang yang memiliki berat badan tubuh >70 kg dapat
mengeluarkan darah 2x lipatnya yaitu mencapai 700 cc atau setara 2 kantung
darah. Terlalu banyak mengeluarkan darah dari batasan tersebut, seseorang akan
mengalami kondisi tidak sadarkan diri.
Bagaimana
cara menghentikan pendarahan?
·
Tekan
menggunakan tangan
·
Balut
tekan
·
Torniket
(amputasi/tangan putus), ikatkan kain bersih 20 cm diatas luka, gunakan spidol
lalu putarkan sampai pembuluh berhenti mengeluarkan darah, gunakan es batu
untuk menimbulkan efek mati rasa.
Usahakan selama proses tersebut, tim
penolong tidak panik karena akan menimbulkan banyak resiko, baik untuk korban
maupun kita sebagai penolong. Bidai/mitela yang digunakan sebaiknya tidak
berwarna putih, karena setegar-tegarnya manusia, pasti ada rasa ngeri, takut
atau gemetar tiap kali melihat darah dalam jumlah yang banyak. Gunakan warna
hijau agar warna darah menjadi samar.
3. Balut bidai
Mitela yang digunakan kebanyakan
orang adalah kain yang berwarna putih, disarankan untuk SALAM menyiapkan kain
berwarna lain (hijau atau biru misalnya) untuk mengurangi noda darah yang
bercecer saat melakukan pertolongan.
Lipatan yang digunakan beragam,
sesuai dengan kebutuhan korban. 1, 2, 4, 8 lipatan yang biasa digunakan,
semakin kecil lipatan semakin sulit mitela digunakan. Penggunaannya dapat
digunakan untuk seluruh tubuh.
·
Fraktura
(patah tulang) dalam, menggunakan kayu untuk meratakan/meluruskan dan ikatkan
pada bagian yang patah dan utuh.
·
Fraktura
(patah tulang) luar, lebih berbahaya karena berkemungkinan infeksi terhadap
debu dan bakteri yang ada di udara. Gunakan balok kayu/bambu untuk melurusakan
bagian yang patah dengan menggunakan mitela. Ikatkan pada bagian yang utuh,
retak/patah dan bagian utuh lainnya. Semakin banyak mitela semakin baik
pertolongannya.
·
Pendarahan
dikepala: Gunakan 2 mitela untuk pendarahan dikepala. 1 di gulung dan
ditempelkan pada luka, dan yang satunya dililitkan ke leher korban agar
gulungan mitela yang pertama tertahan.
·
Pembengkokkan
tulang bagian selangka/belikat, cukup menggunakan 1 mitela yang diikatkan
menyilang dibagian bahu dan ikatkan dibagian punggung. Kendorkan ikatan jika
korban merasa engap/kesakitan (mungkin ikatan terlalu kuat).
·
Korban
yang tertancap tusukan bambu/benda lain yang ukurannya panjang, tidak boleh
dicabut/lepas sebelum dokter melakukannya. Biarkan tetap menempel di bagian
tubuh, patahkan sedikit karena resiko yang ditimbulkan sangat banyak.
·
Untuk
fraktura, bisa juga menggunakan cincin mitela (mitela yang gulungkan seperti
donat) untuk menyatukan bagian tulang yang terpisah.
Ajak korban/pasien ngobrol untuk
mengalihkan rasa sakitnya. Hilangkan kepanikan saat sedang melakukan balut
bidai. Lakukan semaksimal mungkin selama pertolongan pertama dilakukan, hubungi
dokter sesegera mungkin.
4. Evakuasi
Untuk korban yang mengalami luka
ringan, cukup di gedong punggung oleh penolong atau di angkat/gendong depan ke
penolong lanjutan (ambulan, dokter, rumah sakit). Sedangkan untuk patah tulang,
gunakan pintu (sebagai pengganti tandu) agar posisi korban tidak berubah dari
awal, dibutuhkan 3-4 orang untuk membawanya secara bersamaan. Usahakan kepala
sampai kaki tidak ada yang bergelantungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar