Rabu, 23 September 2015

kelas ide BU SAMI : BUDAYA ORGANISASI

Kelas ide inspirasi SM: BUDAYA ORGANISASI
Oleh: bu Samiah
Rabu, 23 September 2015
Budaya organisasi adalah sebuah sistem yang disepakati anggotanya dan berdampak pada organisasi tersebut
Fungsi budaya:
·         *Identitas
·         *Memunculkan komitmen
·         *Stabilitas sistem sosial
·         *Membentuk perilaku
Lapisan-lapisan budaya:
>Artefak yang tampak Budaya mewakili artefak yang tampak, simpanan bentuk fisik sebuah organisasi (akronim, cara berpakaian, penghargaan) menjadi bukti sebuah budaya
>Nilai
##Dibuat: dibuat oleh pendirinya, dinyatakan secara eksplisit & tidak menghasilkan perilaku yang otomatis
##Ditujukan: mewakili nilai & norma yang benar-benar ditunjukkan atau dialihkan menjadi perlaku pegawai (bisa jadi tertulis & terperilakukan) 'penting bagi menejer memahami nilai yang terjadi diorganisasinya'

"Nilai dapat mempengaruhi tingkahlaku & kinerja pegawai"

Berdasarkan hasil survei: para pegawai suka bersikap etis saat mnejemen mengatur contoh etis
Asumsi dasar: membentuk gambaran dasar terhadap organisasi. Contoh: organisasi yang santun, ketika ada yang melakukan kesalahan, akan merasa aneh. Atau Southwest Airlines dikenal sebagai menghargai karyawan, kalau tidak dihargai, nama baiknya akan tercoreng.

Budaya terbentuk:
·         Filosofi organisasi
·         Kriteria seleksi
·         Menejemen puncak (sosialisasi)
·         Budaya organisasi

3 fase sosialisasi organisasi:
·         Sosialisasi (tinjauan pekerjaan yang realistis) Realistic Job Preview (RJP): mempertimbangkan positif & negatif dari suatu pekerjaan. Harapannya kinerja tinggi yang re-sign rendah (betah).
·         Pertemuan (saat kontrak tandatangan). Tahap ini mempelajari yang disukai organisasi, menetapkan kembali harapan yang belum ditemukan. OnBoarding: contohnya PDGSA, Sapaguron, pelatihan dan lain sebagainya. Harapannya bisa menyamakan sudut pandang.
·         Perubahan/penambahan Harapannya bisa terbang bareng, menyesuaikan dengan kelompok kerja (singkatnya: jelas jobdescnya)
"Budaya kuat itu, tingkat keluar masuk karyawan rendah, pada betah"

Pertanyaan:
*Nilai SALAM itu dibuat atau ditujukan?
*dibuat karena hasil diskusi yang disepakati, berhasil atau tidaknya, butuh survey

*Parameter nilai dilihat dari segi apa?
*parameter ya... Dibuat berdasarkan kesepatakan organisasi itu sendiri. SAB & SD-IT pasti berbeda dalam KPI nya, tergantung bagaimana latarbelakangnya organisasi itu dibuat.

*Kriteria seleksi, apakah harus benar-benar sesuai?
*tidak saklek, bisa jadi yang tidak mempunyai visi (yang sama) bisa direkrut. Mungkin karena: -seleksi tidak ketat -kebutuhan organisasi -sosialisasi kebijakan yang disepakati
"Berbeda dengan jodoh! Perkara yang berbeda"

*Sejauhmana toleransi budaya organisasi dalam merekrut anggota yang jauh dari kriteria?
*dalam Organisasi Sosial, tetap akan diterima, lambat laun akan berubah dan ikut budaya yang diterapkan organisasi tersebut. Biasanya pada tahap "pertemuan" (penandatanganan kontrak) akan dilihat kepribadiannya. Cleptomania/mantan kriminalkah, atau segala sesuatunya, akan didukung dengan outboarding (HRD/pemimpin lihat datanya).
"Dalam pelembagaan, tak selamanya pendiri harus selalu ada, bisa jatuh kalau dia tidak ada"

Dalam organisasi biasanya dikenal dengan 'Sistem Periodik' yang meneliti setiap jangka tahunan, misal: penelitian 10th pertama, kedua, dst. Organisasi akan sustain/kuat jika 10 tahun pertama (fase pertumbuhan) berjalan dengan baik.

Seleksi alam (bertahannya anggota) disebabkan banyak faktor, 2 diantaranya:
·         Organisasi pro-insentif (budaya diabaikan), contoh: dibank, kurang rasa kekeluargaan, toleransi dan tidak ada izin memerah selama 1-2 jam.
·         Organisasi pro-kekeluargaa (toleransi tinggi, feedback/loyalitasnya tinggi). Tidak menutup kemungkinan bisa seimbang atau melebihi pro-insentif. Contoh: kita membantu anggota lain yang kesulitan hanya karena asas kekeluargaan.
Sebuah budaya akan sustain jika seluruh anggotanya terlibat penuh & para pendiri terjun langsung (chance menejemen). Dalam kurva 'S terbalik' (x=waktu & y=produktifitas), ada kalanya organisasi mengalami "Study State" (klimaks pertumbuhan), stak tidak berkembang dan membutuhkan inovasi & perubahan. Kalau sudah terlewati, bertahanlah organisasi tersebut.
Contoh lain adalah kerajaan Mataram Kuno. Zaman Raja Erlangga (mencapai batas kejayaannya) karena tidak berinovasi, terpecahlah menjadi Daha & Kediri.
Selain inovasi, ada juga istilah:
·         "Marger-gabung", misal 2 bank bergabung untuk bertahan, perusahaan Sony & Ericson, dsb.
·         "Akuisisi-ambil alih", misal TV 7 diambil alih Trans Tv menjadi Trans7. Indosiar dengan SCTV, TPI dengan MNC, dsb.
Harapannya adalah memperbaiki pondasi yang lemah (saling membantu modal, produksi, sistem, dll.)
Kesamaan persepsi tujuan juga dapat menguatkan.
Misal pernikahan yang diawali ta'aruf. Atau wawancara orang tua saat PSB (menyamakan cita-cita & metode). Atau periode bulanan rekrutmen SDM, setelah 3 bulan dilanjut/tidak (tergantung SDM atau organisasinya).
Budaya terkecil adalah budaya kelas. Menentukan struktur, rule/aturan, dll (sistem kultural & struktural)
Kekeluargaan itu berbeda dengan profesionalisme. Profesionalisme (memberi 1 dapat 1), datang jam 7 pulang jam 4, Teng! Tidak ada energi lebih yang dicurahkan, sulit untuk bergerak. Berbeda dengan sistem kekeluargaan. Keduanya memiliki kelebihan masing-masing.
Misal: sebuah bank memberikan dana untuk kuliah diluar negeri dengan syarat 10 tahun tidak resign, maka harus dilakukan. Guru Tarasalvia (yang menerapkan profesionalisme) mendapatkan fee yang lebih besar dari sekolah kekeluargaan. Atau pegawai bank BCA yang sangat SOP, memudahkan perekrutan dibank lain karena profesionalismenya.
Contoh lain adalah Nokia (yang pernah booming didunia ponsel) berhasil karena budaya dan sekarang mulai jatuh namanya dipasaran. Atau Disney yang memimilki budaya kekeluargaan, inovasi tinggi dari pendirinya & fleksibel, membawa Disney menuju kesuksesan sampai sekarang.
Kelas ide teoritis? Gak masalah kok! :D

semoga bermanfaat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar