Bismillah..
Semangat Tim!
Dari setiap kejadian yang belakangan kita temui di SM, saya merenung. Dan inilah hasil renungan saya:
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Saya berpikiran terkadang semua masalah yang ada itu terjadi karena kita juga. Kalo kitanya udah selesai sama diri kita sendiri, pasti akan bisa memberikan perubahan kecil pada orang lain, sedikit demi sedikit. Kalau kita belum selesai dengan diri kita sendiri ya sulit. Jangankan untuk merubah, menegakkan saja setengah mati.
Jangan melulu menyalahkan anak. Kitanya juga mesti paham akan posisi dan aturan. Tentu, saya dan beberapa teman guru lainnya pun sadar bahwa kami sering pulang malam, dan pasti itu yang dicontoh anak.
Merembet ke masalah lain, jika selama ini kita sering menyerukan sikap _on time_ pada anak, terkadang kita masuk kelas pun tidak _on time_. Entah karena bingung mau ngajar apalagi atau memang ada urusan mendesak yang pastinya 'termaklumi'.
Selama ini kita menyerukan piket _welcoming_ dan piket mingguan pada anak, dan untuk sekedar mensupervisi mereka pun tidak semuanya terlibat.
Terkadang apa yang kita ucapkan tidak sesuai dengan apa yang kita lakukan. _That's the point_. Memberi contoh lebih baik daripada berceloteh menggurui.
Kami -para guru yang masih tergolong muda- dipandang begitu mudah dekat dengan anak, punya energi yang luar biasa dan bisa segala hal. Disisi lain kami tetap butuh pembimbing untuk mengarahkan kami agar tidak melewati batasan, tetap teguh memegang patokan nilai salam yang selama ini - ketika Senin Spirit- selalu dibaca.
Yang saya rasa pembimbing-pembimbing itu hilang, dengan alasan 'yang muda yang berkarya', 'saya karna kendala usia tidak bisa dekat dengan anak lagi', 'saatnya yang muda-muda yang belajar', dan lain-lain.
Bukankah kita sama-sama guru, mari bekerja bersama untuk hasil yang maksimal. Jika hanya segelintir orang yang mengerjakan apa itu disebut maksimal? Bukankah selama ini kita suka menyayangkan jika kita membagi anak menjadi kelompok-kelompok tapi sesama teman satu kelompoknya itu yang kerja hanya itu-itu saja? Jika yang kita rasakan adalah rasa 'greget', begitu pun saya, saat ini, gregetan melihat semua yang terjadi selama ini.
Maaf, ini luapan kegundahan saya melihat ketidaksinkronan di SM. Tadinya mau sekalian saya _sharing personal_ sama Pak Nathiq bersama kegundahan-kegundahan lainnya. Tapi malam ini coba saya tuangkan, semoga bisa menjadi alarm keras bagi saya untuk berubah. Bukan berarti saya benar. Mungkin pada sudut pandang lain saya salah. Saya pun masih sangat perlu diperbaiki.
Bisa jadi saya pun belum pantas jadi guru, tapi sedang berproses ke arah sana. Saya pun masih perlu banyak sekali diingatkan.
Baik buruknya laku seorang guru akan membawa dampak besar, entah dampaknya akan terasa sekarang atau nanti, di saat yang tidak diduga-duga.
Salah satu orang yang paling saya hormati pernah bilang, _"Kalo mau jadi guru tapi sikap kamu masih belum mencerminkan seorang guru, pilihannya hanya dua, *perbaiki diri* atau *berhenti jadi guru*"_.
Terima kasih banyak. Maaf jika ada yang merasa tersinggung, semoga kita bisa tetap saling mengingatkan satu sama lain. 🙏
Tidak ada komentar:
Posting Komentar