Jumat, 07 Februari 2014

Chattingan, hmmm...

Dalam kesempatan kali ini, saya akan mengulas beberapa poin seputar 'chattingan.' Apakah baik untuk seorang manusia? berlama-lama didepan monitor untuk ngobrol dengan orang lain. Chattingan, hmmmm...

Jujur, selama ini saya sering chattingan dengan teman-teman saya di sosialmedia (facebook, twitter, WA, BBM, dll.). Hal ini juga yang membuat saya lebih sering menghabiskan waktu untuk sesuatu yang mungkin (menurut saya) ‘kurang bermanfaat.’ Mengapa? Karena chattingan itu membuat kita berada pada posisi yang sangat nyaman sehingga seringkali manusia lupa waktu karena keseringan chattingan.

Nah btw, Chattingan itu apa sih? Istilah ini sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Chatting adalah percakapan yang dilkakukan dua orang (bisa juga lebih dalam sebuah grup) dengan media elektronik yang sedang tren dizaman sekarang ini.

Jenis dan fasilitas chattingan sangatlah banyak, tidak mungkin saya sebutkan satu persatu/keseluruhan, namun dalam artikel ini izinkan saya menyampaikan pendapat dan tips dari saya terhadap kasus chattingan.
Setelah berpikir lebih matang, saya mendapatkan jawaban yang cukup valid atas pemikiran saya ini. Ternyata chattingan itu, jika hanya digunakan untuk ngobrol/bercakap-cakap banyak sekali kerugiannya (kalau kita kurang pandai mengelolanya), kok bisa? Begini analisa saya:
  1. Sebelum melakukan chatting, kita dituntut harus berfikir dalam menentukan bahasa (dalam hati) agar pesan yang kita maksud dapat tersampaikan. Memperhatikan lawan chatting juga mempengaruhi gaya bahasa yang kita gunakan saat melakukan chatting.
  2. Selain itu, dibutuhkan keahlian mengoperasikan komputer dan aplikasi chatting pada software tertentu (alhamdulillah saya lulus dalam hal ini) agar dapat menyalurkan kata-kata yang sudah disusun sebelumnya dengan cepat. Kita tidak bisa selamanya on dalam aplikasi tersebut, terkadang kita membutuhkan hiburan yang lain agar tidak jenuh.
  3. Setelah diketik, kita harus bisa menentukan jeda, serta penggunaan tanda baca agar terlihat ada intonasi yang fluktuatif (tidak datar). Bila perlu kita dapat menambahkan foto atau gambar yang menarik yang disisipkan antar karakter, seperti emotion dan lain-lain.
  4. Langkah selanjutnya adalah menunggu dan membaca balasan. Hal seperti inilah yang membuat kita penasaran dan banyak menghabiskan waktu didepan software chatting. Balasan yang kita terima dari lawan chatting kita (berkemungkinan) tidak sesuai harapan kita, dengan kata lain misskomunikasi. Kejadian ini lebih sering muncul saat kita melakukan chatting dibandingkan dengan obrolan langsung tatap muka. Tahap ini juga membutuhkan keahlian membaca cepat dan memproses tulisan yang kita baca agar dipahami. Ketika kita memulainya akan timbul rasa penasaran yang luar biasa saat chatting, ini juga yang membuat kita terlena didunia maya dan banyak membuang waktu pada area ini. Belum lagi, bahasa dalam chatting yang kita lakukan hanya bersifat sementara, hanya dibaca satu kali dan setelah itu tertelan waktu.
Terbukti bukan? Terlihat dari analisa tersebut kita membutuhkan 4 tahap agar dapat melakukan obrolan elektronik ini dengan lancar. Sifatnya yang sementara membuat kita “tidak produktif” (pengalaman: lebih sering kondisinya seperti ini) dalam melakukan aktifitas didunia maya termasuk dalam kehidupan sehari-hari. Chattingan dapat ‘menguras daya pikir’ dan ‘melemahkan ingatkan kita’ (karena lebih sering terlena). Jawabannya tentu 'kembali pada kesadaran masing-masing,' seperti yang sudah saya sampaikan diatas, tergantung bagaimana ‘kepandaian’ kita dalam mengelolanya.

Biasanya setelah kita melakukan chattingan, kita merasa sangat kantuk dan letih karena otot-otot mata tertuju pada layar monitor (lebih sering tidak berkedip), sehingga membuat kita cepat mengantuk dan langsung tertidur. Kesia-siaan akan muncul karena telah membuang waktu tanpa adanya perkembangan dalam hal kemampuan, passion maupun ruhaniah kita.

Lantas apakah chattingan itu dilarang? Sama sekali tidak! Saya sampaikan kerugian chattingan tersebut jika digunakan untuk bercakap-cakap saja. Chattingan diperlukan bahkan sangat dibutuhkan untuk kita (khususnya di zaman sekarang) untuk menghemat waktu dan tempat. Penggunaan chattingan yang dapat saya sarankan adalah untuk:
  • Jarkom (jaringan komunikasi), yang berisikan tentang informasi-informasi penting baik itu dalam hal pekerjaan, berita suka/duka, undangan (kurang efektif jika zaman sekarang masih menggunakan surat untuk tujuan yang jauh), dan lain-lain.
  • Usaha. Dagang dan bisnis adalah profesi yang dapat dikatakan sunnah. Kita dapat menggunakan media elektronik untuk mempromosikan produk yang kita punya kepada orang lain, sekaligus menambah channel kenalan kita. Tidak sedikit orang yang melakukan hal ini dan meraih kesuksesannya hanya dengan duduk manis dikursi menghadap layar chattingan. Promosi adalah senjata untuk berusaha. So, masih adakah kesempatan untuk ngobrol yang tidak bermanfaat?
  • Motivasi. Mengingatkan orang lain kepada kebaikan merupakan hal yang sangat dianjurkan, baik itu berupa rangkaian kata-kata hiburan, gambar yang menarik maupun motivasi lain yang menggunakan chattingan sebagai alatnya.
  • Silaturahim. Untuk orang-orang tertentu yang mungkin didapat kita lihat secara langsung karena ruang dan waktu, kita dapat chattingan dengan orang yang ingin kita ajak bicara dengan adab yang baik tentunya. Namun sampaikan saja seperlunya, jika dirasa obrolan akan sangat panjang/lama, sebaiknya mengajak ketemuan langsung ketimbang harus chattingan didepan layar monitor.
  • Obrolan yang sifatnya penting dan mendesak. Lakukan obrolan yang sekiranya bersifat penting dan mendesak, misal pemberitahuan mendadak, memo untuk seseorang dengan balasan singkat, dan hal-hal lain yang bermanfaat. Tetapi biasanya, untuk kasus seperti ini orang-orang lebih memilih ‘teleponan’ agar lebih efektif.
Sahabat saya pernah menyampaikan pesan, “Dhin, hati-hati dengan facebook (termasuk sosial media lain), khawatir kita ditendang ke neraka akibat lalai menggunakan amanah, digunakan untuk apa mata kita? Membaca. Jari-jari kita? Chattingan. Astagfirullahaladzim. Apakah bisa menghantarkan kita ke surga? Kalau ada yang lebih baik, segera laksanakan. Baca al-Qur’an saran aku mah!” ucap Abah Ado, guru SD di SAB.

Semoga bermanfaat
Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar