Pengajian Al-Hijri
Ahad, 9 Maret 2014
Al-Qur’an
merupakan buku panduan untuk seluruh umat manusia, tempat bertanya dan
penyesuaian perilaku manusia. Kurikulum/silabus yang telah ditentukan oleh
Allah swt. ini harus kita imani seumur hidup.
Terdapat 2 kebaikan bagi siapapun
yang berpedoman terhadap Al-Qur’an, yaitu
o
Kebaikan
dunia (halalan toyiban/kehidupan yang bermanfaat). Manusia akan merasakan
kebermanfaatan hidup dalam aktifitas sehari-hari. Segala sesuatu jelas
tujuannya dalam melaksakan sebuah siklus kehidupan. (an Nahl 16: 97)
·
Kebaikan
akhirat. Tidak hanya didunia, kebaikan yang diperoleh juga didapat saat
diakhirat kelak. Mendapatkan balasan yang lebih baik diakhirat karena telah
beriman kepada Al-Qur’an.
Namun, bagi manusia yang tidak
mempercayai kebenaran al-Qur’an, akan mendapatkan 2 balasan juga dari Allah
swt. yaitu
·
Kehidupan
dunia yang sempit. Akal, ilmu, harta, anugrah dan fasilitas lainnya tidak dapat
digunakan dengan baik, tidak dapat menolongnya sehingga apapun yang dia miliki
menjadi sia-sia. (sempit yang dialami karena ketidakbermanfaatan seluruh firah
yang dimilikinya dan tidak terprogram dengan baik).
·
Di
akhirat kelak akan dibutakan seluruh indranya dan di kumpulkan bersama orang –
orang buta lainnya. Merupakan perlakuan paling hina di akhirat kelak
Al-Qur’an itu sangat komperhensif,
karena seluruh tubuh manusia ada didalam al-Qur’an. Orang dari suku mana pun
bisa belajar al-quranl. Bahasa arab saja tidak cukup, dibutuhkan pemahaman yang
lebih dalam untuk mengkaji al-Qur’an. Bersyukur dizaman ini masih banyak
hafiz-hafizah cilik yang mampu menghafal alquran.
Ulama? Orang
khusus yang diberi kelebihan (al fathr 35: 28 dan asy syuara 167). Bersykurlah
orang – orang yang mendapatkan hidayah, karena sesungguhnya hidayah itu mahal. Manfaatkan
pertemuan kita dengan seorang ulama, jadikan diri kita menjadi seorang ulama
(dalam hal apapun).
Ada 2 kriteria yang membedakan ulama dengan manusia lain dari
al-Quran:
·
Pengetahuan
islam yang mendalam dan berbeda dengan masyarakat. Dijadikan sebagai tempat
bertanya setiap umat yang datang kepadanya.
·
Integritas
ibadahnya yang patut dicontoh (akhlakul karimah). Ustad, kyai, ajengan, guru
dan sebagainya tidak sama dengan ulama, sedangkan ulama harus mencukup seluruh
hal tersebut.
Anas bin Malik, pembantu Rasulullah saw yang dijadikan
sebagai saudara, merupakan penulis hadist dan penghafal al-Qur’an. Termasuk Bilal
bin rauhah yang jasanya begitu terkenal bahkan telapak kakinya sudah tersdegar
berbeda saat Rasulullah saw. isra miraj. Meskipun keudanya adalah budak, namun
keduanya memiliki posisi dan prestasi yang sama yaitu dekat dengan Rasul dan menjadi
orang yang berguna (berjasa dalam Islam) karena akhlaknya.
Ulama menerima amanah dari rasulullah dengan 2 syarat:
·
Tidak
sedang dikendalikan oleh penguasa
·
Tidak
menjadikan dunia menjadi tujuan
Tugas Rasulullah dan ulama hamper sama. Kebanyakan manusia
membangkang dan TIDAK PERCAYA karena yang disampaikan bersifat ABSTRAK (misal:
siksa kubur, pahal, dosa, kehidupan akhirat, dll). Kebanyakan umat terdahulu
meminta diturunkannya azab agar mereka percaya bahwa dakwah yang disampaikan
adalah benar, perlukah kita seperti itu?
Pertanyaan
Apakah Wali Allah itu ? yaitu orang-orang yang beriman dan
bertakwa. Bukan orang aneh seperti dukun yang mengaku sebagai ajengan.
Bagaimana cara mendidik anak berdasarkan al-Quran? Banyak
orang tua kalah oleh anaknya sendiri, jikalau pendidiikan ilmu dan ketakwaan
didalam keluarganya baik, insyaa Allah hasilnya akan baik juga. Ikuti cara
Rasul (yang merupakan roleplay model terbaik umat manusia) dalam mendidik anak
Ustad yang menjadi Caleg, apakah itu ulama? Bisa iya bisa
juga tidak, kita tidak tahu/tidak bisa menentukan secara langsung. Dekati dan
perhatikan sikapnya terhadap kehidupan sehari-harinya dan kehidupan
bermasyarakatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar