BERITA LSC
Selasa, 18
Maret 2014
Oleh: Bu
Laely R.A.
Sejarah merupakan sesuatu yang
sangat penting bagi seluruh umat manusia. Membahas dan mempelajari sejarah
merupakan usaha kita untuk tetap menghargai segala sesuatu yang ada didunia
ini, baik yang sudah berlalu maupun yang akan datang karena segalanya berawal
dari sejarah. Sejarah juga merupakan kejadian yang ‘pasti’ dan ‘telah terjadi’,
bukan berarti kita harus mengabaikannya.
Namun pada kenyataannya, dalam
menyampaikan sejarah (apapun temanya), masih banyak orang yang spekulatif dan
melakukan kecurangan demi kepentingan tertentu. Misalnya saja konspirasi
pendidikan yang sampai saat ini kita ‘percaya’ bahwa penemu benua Amerika
adalah Crishtophorus Colombus (penemu) dan Amerigo Vespuci (pemberian nama),
yang pada kenyataannya adalah orang Islam lah yang pertama kali menemukan Benua
Amerika tersebut.
Disamping itu (entahlah mungkin
karena sejarah sudah tertelan oleh zaman), banyak manusia yang mengabaikan
sejarah, sehingga secara tidak langsung kita mengulang sejarah yang telah
berlalu, misalnya saja kejahatan kaum Sodom nabi Luth as. yang sudah jelas
dihukum (diberikan azab oleh Allah swt.) saat ini terulang kembali bahkan lebih
ekstrim. Astagfirullahalazim
Membahas sejarah bukan berarti
membuang waktu, justru dengan ini kita bisa lebih banyak belajar. Sebagai umat
muslim, kita harus tahu bahwa banyak ilmuan muslim yang banyak berjasa pada
ilmu-ilmu tertentu yang sampai saat ini digunakan, misalnya saja Ibnu Batutah,
Ibnu Sina dan Abu Bakar Zakaria (kedokteran terbesar tahun 1864),
Al-Khawarizmi, penemu angka nol dan algoritma, dll.
(maaf kurang menyimak bagian ini karena mengantar
murid pulang hehee, maklum hujan).
Sesi diskusi:
Bu Tikeh:
“Sebenarnya kita ini sedang
dibutakan oleh sesuatu yang kita sendiri tidak tahu penyebabnya. Sejarah yang kita
baca mungkin saja sudah direkayasa oleh pengarang. Seolah jiwa kita ini kosong,
proud of muslimnya ‘tuh tidak sebesar
Islam dimasa lalu. Entahlah mungkin karena aku masih 23 tahun (konon usia
remaja sampai 24 tahun adalah pencarian jatidiri). Apapun itu aku ingin dan
jadi greget untuk memajukan Islam seperti dulu.”
Pak Bahtiar:
“Apakah tidak ada muslim
berkuasa untuk mengubah keadaan dunia yang sekarang?” Muslim mulai runtuh dan terpuruk
ketika masa Usmaniah, yang disebabkan oleh gerakan Turki Muda yang didorong
oleh pasukan Inggris waktu itu sehingga Nasrani dan Yahudi memenangkan kejaan
umat Islam yang sudah dibentuk selama 7 abad (mencapai 2/3 dunia). Sebuah kutipan
lirik lagu perjuangan menyebutkan bahwa, “adakah kau lupa kita pernah berjaya dan
berkuasa…”
Tidak hanya masyarakat, pemimpin
Islam pun saat ini sudah mulai terpecah belah. Misalnya saja dalam UUD Suriah,
sebenarnya kita ini membutuhkan Allah swt., Mesir, Turki, Iraq, Afganistan,
masing-masing mempunyai pemimpin yang dimotori oleh pergerakan umat lain (tidak
seperti dulu bersatu). Ibarat kita “Out of the box” namun setelah keluar dari
kotak, ternyata kita masuk pada kotak lain yang sudah ada
pengikutnya/penganutnya. Intinya isi jiwa kita agar tidak kosong.
Faktanya, saat ini banyak dari
kita yang beribadah hanya untuk kepentingan diri sendiri. Ada musibah menimpa,
kita masih cuek bahkan saling mengutuk. Coba kita lirik sejarah Samudra Pasai
yang ternyata sangat akrab dengan wilayah jazirah Arab terutama dengan Usmani,
sampai-sampai ketika Indonesia (Samudra Pasai) diserang musuh, saudara jauh
dari Usmani mengirimkan pasukan dengan kapal laut untuk membantu kita. Luar biasa
bukan? Oleh karena itu coba bersikap lebih peduli terhadap orang lain, hindari egoisme.
Bu Yani
Bicara kasus hutan di Riau,
dalam Undang-Undang hutan Indonesia boleh dijual, namun dalam UUD justru harus
negeri sendiri yang mengelola, sungguh sangat bertentangan. Yang perlu
diperbaiki saat ini adalah SISTEM. Jikalau kita menggunakan sistem Islam (yang
sudah jelas terbukti kesuksesannya) kenapa tidak kita gunakan cara seperti itu?
Seperti cara yang dilakukan Sunan Ampel yang merupakan bagian kholifah daulah (gubernur)
sehingga dakwah di Indonesia berjalan lancar.
Bu Rahayu:
Pernah saya mendengar ustad
berceramah (lupa dalam kondisi apa dan dimana), intinya umat (kumpulan/banyak)
muslim itu harus bergerak sesuai perannya. Ada yang menjadi burung dilangit
bahkan harus ada yang melata seperti cacing ditanah. Terserah bagaimanapun
caranya peran kita, yang terpenting kita “take
action.” Dengan metode seperti ini, (logikanya) Islam akan lebih cepat berkembang
ketimbang sekarang. Sesuatu yang mengerucut ke atas dan mengerucut kebawah,
jika digabungkan akan bersinggungan dan saling melengkapi, right?
Pak Ikhsan:
Bagaimana
dakwah yang saya lakukan? Saya bersahabat dengan 4 orang yang mempunyai
karakter yang berbeda-beda, yaitu 1. Ustad (sangat alim & qori) 2. Pengusaha
3. Pekerja keras (pegawai pabrik) 4. Seorang guru (status sebenarnya diragukan)
dan yang ke 5. Adalah Ikhsan yang becicilan.
Berhubung teman-teman dikampus
rata-rata adalah ibu rumah tangga yang pemikirannya berbeda (cenderung pada
kebutuhan rumah dan menjadikan kuliah sebagai sarana mencari ijazah), kami
berlima selalu melakukan aktifitas bersama. Atau dengan teman lain yaitu bu
Elly dan akhwat yang satunya lagi (I don’t
know) pergi ‘ngebolang’ bersama-sama untuk tafakur alam. Yang terpenting
kami senang dan menikmati prosesnya.
Saya (Pak Dhinar):
Ironi memang, buku-buku
pendidikan Indonesia mencetak ilmu dari hasil yang ternyata sudah tercampur
dengan doktrin kebohongan (konspirasi). Misalnya saja kita sering melihat/mendengar
ilmuan Aristoteles, Plato dan kawan-kawan yang mengemukakan teori tertentu pada
abad ‘sebelum masehi’ dan kemudian diperbaharui oleh Einstein, Lawyer, dan
kawan-kawan pada abad ke 16. Merupakan sebuah missing link yang ditutup-tutupi pada masa keemasan Islam saat itu.
Mungkin karena perang Salib di Habasyah yang sejarahnya, perpustakaan Islam
terbesar dimusnahkan dan kemungkinan diakui oleh kaum yang lain, seolah Islam
tidak berdaya dan tidak ada apa-apanya (setuju dengan Pak Bahtiar).
Untuk merubah negara ini, minimal
kita harus bisa memperbaiki diri sendiri dan lingkungan terdekat, sulit rasanya
jika kita (dengan tangan kosong) merubah sistem yang sudah berjalan saat ini. Buktikan
dari hal terkecil sebagai modal untuk perubahan masa depan, dengan kinerja
terbaik insyaa Allah waktu akan menjawab kemenangan kita. Memang betul, saudara
kita di negeri sana (Palestina) saat ini sedang perang/berjihad dijalan Allah,
betul jika kita harus membantu mereka tetapi dengan cara yang masuk akal. Konyol
kiranya jika kita langsung terjun kesana, ikut perang dan mati. Bukankah masih
banyak orang disekitar kita yang lebih membutuhkan kita? Persiapkan diri kita
terlebih dahulu, untuk menolong sesuatu yang besar dibutuhkan modal yang besar
juga.
Bu Inda:
It’s about “Mr. J” yang mewariskan orang-orang
kafir, berhati-hatilah terhadapnya yang mungkin selangkah lagi Indonesia akan
masuk pada kekafirannya. Meskipun tidak ada yang sebenarnya menjadi pilihan
nanti saat ‘nyoblos’ akan tetapi jika kondisinya seperti ini, mau tidak mau
kita harus bisa memilih. Islam adalah harga mati dan sampai mati, buktikan
segala sesuatunya dengan pandangan Islam.
Sayangnya korban media J sangat
panatik sampai menganggap J adalah manusia suci. Memposisikan diri sebagai
pahlawan setelah Reformasi yang ternyata (opini dari media kuasa), justru
melakukan subordinasi asing (menjual aset ke Singapura). Bekerjasama dengan
konglomerat cina (yang merupakan penduduk minoritas), membuat abangan boneka
masyarakat seolah melihat kinerjanya yang sangat baik didepan public. Sungguh media
telah diatur untuk kepentingannya (terlalu frontal
dan preset agar booming).
Bu Tikeh lagi (sedang sangat semangat!):
Dakwah adalah kegiatan
memanggil, mengajak dan tugas kita sebagai khalifah yaitu tabligh (menyampaikan
sesuatu yang benar). Mau menunggu sampai kapan kah kita? Ilmu yang tidak
diamalkan seperti halnya keledai yang mengembik, sia-sia.
Zaman dahulu, Islam itu sampai
masuk Qordoba (Spanyol-Andaluasia), sebuah perjalanan yang sangat luar biasa,
sedang kita disini dan tetap disini. Seseorang itu mulia dihadapan Allah karena
keislamannya dan dihina karena kekafirannya. Bagi ktia yang mempunyai ilmu,
sebaiknya tetap merendah, ikut berdiskusi, belajar, saling memotivasi dan
mengingatkan kepada kebaikan. Yuk sama-sama menyeru orang lain kepada yang Haq,
asah terus ketajaman bahasa kita dan jangan sampai kita beribadah hanya untuk
menggugurkan kewajiban semata.
Rekomendasi video: 1001 invention
and the library of secret
Semoga Bermanfaat
Muhammad Dhinar Zulfiqar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar