Liqo Jum’at sore dengan Kang Akmal
20 Juni 2014 di Salam Sinergi’s Office
Surat Al A’raaf
23.
keduanya berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri,
dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya
pastilah Kami Termasuk orang-orang yang merugi.
Do’a Nabi Adam as. yang
dianjurkan untuk kita membacanya dalam kondisi apapun. Pengampunan Allah swt.
kepada Nabi Adam as dan Siti Hawa setelah turun ke dunia dari surga.
44.
dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan
mengatakan): "Sesungguhnya Kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa
yang Tuhan Kami menjanjikannya kepada kami. Maka Apakah kamu telah memperoleh
dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?"
mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul". kemudian seorang penyeru
(malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah
ditimpakan kepada orang-orang yang zalim,
45.
(yaitu) orang-orang yang menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan
agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan
akhirat."
46.
dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas
A'raaf[543] itu ada orang-orang yang Mengenal masing-masing dari dua golongan
itu dengan tanda-tanda mereka. dan mereka menyeru penduduk surga:
"Salaamun 'alaikum[544]". mereka belum lagi memasukinya, sedang
mereka ingin segera (memasukinya).
Berbicara tentang pintu surga dan
neraka, penghuni neraka sebelum masuk pintu neraka yang dijaga malaikat Malik,
mereka saling mencela dan menyalahkan. Ada korban perbuatan dosa ada juga
pelopornya mereka saling menuduh sebelum masuk kedalam neraka. Allah swt Maha
Mengetahui, jelas orang yang menyebarkan dosa hukumannya akan double (beberapa
kali lipat) ketimbang korban perbuatan dosa saat didunia.
Siapakah penghuni surga itu? Mereka
itu sebenarnya hanyalah orang-orang biasa seperti kita. Bukan orang super
ibadah ataupun kelompok yang suci dari dosa. Pada dasarnya manusia diberikan
ujian/cobaan sesuai dengan kemampuannya. Asalkan manusia dapat bertahan,
bersabar dan selalu mengharapkan ridho Allah swt dengan segala ketentuan-Nya,
insyaa Allah surga akan dimasuki oleh orang-orang yang bertakwa. Tidak mungkin
seorang anak gelandangan miskin mendapatkan cobaan untuk mengubah nasib sebuah negara
agar masuk surga. Surga itu sebenarnya mudah, hanya saja banyak manusia lalai
dalam menjalani kehidupannya.
Berbeda dengan penghuni neraka,
penghuni surga hidup rukun dan damai. Tidak saling menyalahkan maupun
menggungjing satu sama lain. Pertanyaannya, bagaimana sikap penghuni surga terhadap
penghuni neraka? Apakah merasa kasihan atau tidak sama sekali?
Ternyata para penghuni surga sama
sekali tidak memperdulikan penghuni neraka. Ketika masuk surga, semua perasaan
buruk diangkat dan dihapuskan dari ruh manusia termasuk perasaan “kasihan.”
Justru penghuni surga menasehati penghuni neraka terhadap keingkaran mereka
akan janji Allah yang Maha Benar.
Ibarat orang solih yang semasa
hidupnya miskin dan menderita, akan tetapi semua itu hilang ketika memasukkan
langkahnya kedalam surga tanpa mengingat kegagalan hidupnya sedikitpun. Ada juga
orang jahat yang selalu hidup enak dan nyaman, segala fasilitasnya terpenuhi,
akan segera dilupakan dalam sekejap ketika memasukkan kakinya kedalam neraka. Itulah
manusia.
Dalam ayat yang lain dalam surat
Al-A’raaf dijelaskan juga tentang pakaian, yang bermanfaat disamping untuk
menutup aurat, juga sebagai perhiasan manusia agar terlihat lebih indah. Mayoritas
orang India tidak memperhatikan penampilannya dalam kehidupan sehari-hari. Mengaku
tidak menyukai gemerlap dunia, berpakaian kummel (ada juga yang hedoisme), dan
tidak enak dipandang, hal ini sungguh sangat dilarang oleh Islam yang menyuruh
manusia untuk berpenampilan menarik (tidak berlebihan). Akan tetapi pakaian
yang paling utama pada manusia adalah pakaian takwa, yang melindungi manusia
dari gangguan iblis sekalipun.
Dalam hal yang lain, Islam
mengharamkan orang-orang yang “melarang yang halal.” Misalnya saja kelompok vegetarian,
sungguh tidak tepat melarang sesuatu yang halal demi tujuan pribadi (eksistensi
diri, pergaulan, budaya asing, dll). Lain halnya jika alasan nasib, makan
daging takut asam urat atau penyakit lain, masih diperbolehkan, akan tetapi
kalau tidak ada kepentingan ‘darurat’ makan daging boleh-boleh saja (sesuai
syariat). Vegetarian, kelompok yang sangat tidak dianjurkan.
Kalau memang tidak suka terhadap
makanan tertentu, ya boleh-boleh saja dengan syarat tidak boleh mencela makanan
tersebut, ambil makanan yang kita suka. Jangan pernah menyarankan orang untuk
melarang yang halal. Ingat selalu bahwa apapun yang ada didunia ini ada Dzat
yang Maha Menciptakan, Allah swt.
“Otak, digunakan untuk membedakan orang sesat dan
orang benar.”
Ayat 40 surat Al-A’raaf merupakan majas/perumpamaan.
40.
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri
terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu
langit[540] dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang
jarum[541]. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat
kejahatan.
Orang-orang yang kafir, munafik
dan fasik sudah jelas jalan takdirnya untuk masuk kedalam neraka dan mustahil
diampuni dosanya sedikitpun.
***
Bagaimana persiapan kita
terhadap bulan Ramadhan? Yuk kita simak persiapan ala Kang Akmal dalam liqo
hari ini…
Ibadah Ramadhan mempunyai 2 waktu ibadah yang
berbeda, yaitu:
·
Shiyam. Ibadah shaum yang penuh dilakukan hanya
dibulan Ramadhan, meskipun dibulan lain ada, akan tetapi nilai pahalanya akan
berbeda jauh.
·
Qiyam. Ibadah malam yang hanya ditemukan dibulan
Ramadhan yaitu shalat Tarawih.
1.
Shiyam artinya menahan diri dari
sebab-sebab yang dapat membatalkan puasa dari subuh sampai maghrib.Intinya kita
tidak boleh makan, minum dan berhubungan suami-istri, hanya itu saja syarat
sahnya, yang menjadikan kita tidak batal. Tentu saja kalau hanya ini yang kita
jadikan landasan, Idul Fitri nanti kita tidak merasakan kemenangan yang
sesungguhnya.
Ibarat shalat dengan menahan
kentut, shalatnya sah akan tetapi pahalanya tentu tidak maksimal ketimbang
shalat yang khusyuk dengan amalan dan ilmu-ilmu lain dalam aplikasinya.
Imsak artinya menahan, waktunya
sampai adzan subuh + pembacaan al-qur’an sampai 50 ayat dengan syarat
menghindari mubazir dengan makanan yang sudah disediakan. Kalau belum
dihidangkan samasekali, sebaiknya tidak perlu melakukan sahur.
2.
Tarawih dalam istilah bahasa
Indonesia artinya rahat-istirahat, shalat yang dilakukan dengan istirahat. Filosofi
yang kurang tepat jika tarawih wajib dilakukan dimesjid, karena pada dasarnya
Rasulullah saw. hanya melakukan 3 sampai 4 kali dimesjid, selanjutnya Rasulullah
saw melaksanakannya dirumah karena dikhawatirkan menjadi “kewajiban.”
Berhubung ini adalah ibadah special
dibulan Ramadhan, alangkah baiknya jika kita memilih mesjid yang serius
melaksakan ibadah ini dengan sungguh-sungguh. Hindari tarawih kilat (gerakan
dan bacaannya cepat) karena ruh dari ibadah tersebut kurang tampak dibandingkan
dengan amalan yang khusyuk.
Waktu yang pernah dilakukan
Rasulullah saw yaitu 3 jam, dari jam 8 sampai jam 11 malam. Jumlah rakaatnya
harus genap, boleh 8 boleh 20 boleh juga 36 (pertama dilakukan oleh Khalifah
Umar ra. karena umatnya mulai kendur keimanannya). Bahkan penggunakan mushaf
saat sedang shalat agar menjadi hitungan khataman selama Ramadhan tentu saja
diperbolehkan, yang terpenting adalah niat dan keyakinan untuk
istiqomah/konsisten.
Tarawih intinya bukan untuk
silaturahim. Meskipun hal tersebut bersifat positif, akan tetapi dapat merusak
objektif/visi dari ibadah asli itu sendiri yaitu mendekatkan diri kepada Allah
swt diwaktu malam. Mesjid bukan sebuah keharusan untuk melakukan tarawih, hanya
sebagai sarana agar kita tetap bersemangat terutama berjamaan dimesjid setelah
Ramadhan selesai.
***
Otak dituntut berputar selama
dibulan Ramadhan karena kita mengharapkan pahala dan ampunan yang melimpah di
bulan ini. Setiap detiknya menjadi sangat istimewa, sayang jika harus
ditinggalkan. Sekalipun tidur adalah ibadah orang berpuasa, alangkah lebih
baiknya (jika tidak terlalu mengantuk) mencari amalan lain yang lebih baik
nilainya.
Pandai-pandailah kita berhitung
selama satu bulan penuh. Jiwa manusia terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: Ruh, Nafh,
Akal (pemikiran rasional, tali kendali, tali kekang, rem, mengetahui yang benar
dan yang salah) dan Qolbu (berkaitan dengan motivasi, semangat, mood, dan serba
terbolak-balik kondisinya).
·
Hati-hati segala sesuatunya terhadap bulan suci
Ramadhan,
·
Berfikir dulu sebelum berbuat. Konsistensi
melakukan hal yang paling baik diantara hal baik, hindari perbuatan yang tidak
baik karena akan sangat merugikan,
·
Selama 1 bulan menahan diri sekaligus melatih
diri untuk membuat habits/kebiasaan yang baru. Buatlah pengalih perhatian yang
tidak merusak fokus ibadah. Belanja, mudik dan bertamasya memang sesuatu yang
halal, akan tetapi lebih baik lagi jika hal tersebut disertakan dengan amalan
ibadah yang lain agar lebih bermakna.
Kurang ahsan ibadah puasanya seseorang jika
mengatakan kepada orang lain, "shaum lu ga bener!" karena sebenarnya
dia sendiri yang kurang ‘bener’ karena fokusnya memikirkan orang lain. Rajin-rajinlah
mengendalikan otak selama Ramadhan.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar