Selasa, 03 Juni 2014

Mabit 2 sejarah perpindahan Ibnu Hajar pak husnan



Mabit II SDM Salam
Rabu-Kamis, 28-29 Mei 2014 @Ibnu Hajar, Katulampa
Oleh: Pak Husnan (salah satu penggagas SAB)
“Berpindahnya Sekolah Ibnu Hajar Bogor”

Masih ingat kultumnya pak Husnan saat mabit di Ibnu Hajar? Konon kata pak Yasir, kultum itu singkatan dari ‘kuliah terserah antum’ (ketika memberikan microphone kepada pak Husnan) dan pada kesempatan kali ini, beliau menceritakan kepada kami (peserta mabit) tentang sejarah Sekolah Ibnu Hajar, terutama proses pindahnya beberapa bulan lalu. Mau tahu? Ini dia…
***
Diawali dari bangunan mushola yang dipakai untuk berkumpul seluruh peserta mabit, kami baru mengetahuinya bahwa itu adalah kali pertama bangunan tersebut digunakan oleh teman-teman Sekolah Alam Bogor. Luar biasa ‘bukan?
Secara keseluruhan, sekolah ini baru pindah pada hari Sabtu, 3 Mei 2014. Awalnya hendak di tanggal 2, namun dikarenakan hari Jum’at, kami menundanya dengan persiapan yang lebih matang. Persiapan pindahan baru dilakukan pada tanggal 30 April, sedang perencanaannya sudah dimulai sejak 6 bulan lalu (dulunya di Mesjid Raya Bogor).
Hal ini merupakan proses ke-3 dengan judul “memindahkan sekolah ala pak Husnan,” yaitu:
1.      Perpindahan TK Lembah Parigi dari Arzimar ke Tanah Baru (sekarang dikenal dengan Sekolah Alam Bogor),
2.      Lokasi SM yang awalnya didekat pesantren Tanah Baru, dipindakan ke perumahan Al-Hasanah bawah, dan
3.      Ibnu Hajar pindah ke Katulampa.
            Ketiganya disertai dengan peristiwa seru dan unik menurut pak Husnan. “Banyak hikmah yang membuat kami hijrah, bukan karena alamiah dalam perencanaan jangka panjang. Semua relatif terburu-buru dengan suanana yang tegang. Namun apapun itu kita harus tetap menikmati proses yang diberikan Allah swt kepada kita, sejauh apapun itu. Hingga sampai saat ini, alhamdulillah perpindahan tersebut berjalan lurus.” Begitu ungkapan pak Husnan terhadap peristiwa yang menarik ini.
Awalnya memang lembaga tidak mempunyai dana untuk melakukan pindahan. Galu lubang-tutup lubang pun menjadi salah satu jalan alternatif untuk mempertahankan posisi yang sudah ada. Lebih malu jika sesuatu yang sudah ada kandas ditengah jalan, langkah ini memang sudah jalannya.
Dengan segenggam semangat dan kalimat motivasi, “yakinlah bahwa seluruh perjalanan, terutama masa depan insyaa Allah akan semakin baik,” pak Husnan dan kawan-kawan tetap bertahan sampai saat ini.
“Ini malam kita, peristiwa untuk menaikkan level kita agar tingkat penyesuaian dan penyelesaian kita terhadap suatu masalah lebih mudah,” salah satu pesannya yang disampaikan kepada peserta mabit.
Untuk sampai pada tahap ini, beliau tidak melakukannya sendiri. Banyak orang diluar sana yang membantu pak Husnan untuk tetap bergerak. Salah satu rekannya mengatakan bahwa, “apapun yang terjadi, semua merupakan penyempurnaan sekaligus evaluasi dari apa-apa yang sudah dilakukan. Adapun hasilnya adalah urusan Allah swt.”
***
Dalam konteks struktur bangunan, posisi dan kondisi tidak punya uang, jangka waktu yang lebih pendek 6 bulan (berbeda dengan perpindahan Sekolah Alam Bogor yang diberikan waktu pindah selama 1 tahun) memberikan pengalaman baru dan hal-hal baru.
Bersyukur dapat mengenal banyak orang, salah satunya bu Nevi yang mau bekerjasama dan bernegosiasi tempat dengan pak Husnan. Mempunyai bimbingan belajar dibelakang Ada Swalayan dan menyarankan perpindahan Ibnu Hajar ketempat tersebut. Namun tidak ditindak-lanjuti karena berbagai macam hal.
Selain itu bertemu juga dengan pak Ahap yang menawarkan kepada pak Husnan sebidang tanah didepan SKI, yang merupakan wakaf dari Mesjid Al-Munawarah. Sebenarnya pak Husnan ingin sekali menyepakati perjanjian tersebut, hanya saja butuh proses yang cukup lama karena segala sesuatu yang berkaitan dengan dokumen dan arsip tanah masih berada di Mahkamah Agung. Karena butuh waktu cepat, terpaksa penawaran ini ditolak (dengan cara yang baik).
Terakhir kami bertemu dengan pak Haji yang memiliki tanah ini (yang sekarang ditempati Ibnu Hajar di Katulampa). Beliau sangat taat sekali dengan ibu nya yang sudah berusia 90-an tahun. Meskipun pada awalnya belum diizinkan, hingga akhirnya kami mendapat izin dengan luas tanah setengah dari yang dimiliki, sesegera mungkin pak Fahmi mendesign lokasi ini beserta dengan jalan setapak didalammnya.
Mencoba berbagai macam cara untuk mendapatkan jalan akses kesamping, ingin sekali menyambungkan jalan dengan tanah milik pak Haji tersebut. Pagi-pagi dihari itu, pak Husnan menemui pak Haji tersebut dan karena ada keperluan, sorenya dilanjutkan kembali. Kondisi cuaca yang terlihat lebih gelap dari sebelumnya, menurunkan rintikkan air hujan yang  begitu lebat dan diskusi pun terus berlanjut hingga akhirnya lahan yang disepakati itu boleh disewa. Ibunda dari pak Haji mengizinkan tanahnya disewa dengan luas sekitar 3000 meter persegi, angka lebih tinggi dari awal, sehingga total keseluruhan adalah 8000 meter persegi.
Ibunya berubah pikiran karena beberapa faktor, diantaranya (yang paling mengherankan) adalah saat ada tetangganya yang minta daun katuk kepada Ibu pak Haji, memberikan daun katuk dari halaman rumah, bagian tanah yang menjadi taman. Masih ada rasa peduli diusia 90-an tahun. Tetap ingin merawat tanaman dan berbagi kebermanfaatan untuk orang lain, memberikan jalan setapak untuk orang lain.  Ada beberapa bagian tanah yang tetap milik menjadi Ibu pak Haji karena alasan tersebut. Adakah hal semacam ini di Jakarta? Allahualam  
***
Masa depan itu milik teman-teman semua, kita di dunia pendidikan maupun bidang lain seluruhnya adalah milik Islam. Pernah ada sahabat berdialog ketika perang khandak, “Islam akan selalu tumbuh, seperti buih dilautan, itulah Islam.” Kemenangan itu milik Islam, milik orang-orang yang menciptakan generasi penerus Islam untuk masa depan, mereka adalah kita.
Kalau yang kita cari adalah sesuatu untuk mencari ridho Allah swt, yakin kalau  mabit ini merupakan jalan yang benar, bukan hanya konteks menggugurkan kewajiban. Islam dimiliki untuk orang-orang yang selalu aktif bergerak di institusi pendididkan.
Pak Husnan memulai perjalannya dari lahan kontrak, meskipun hanya bermodalkan hal tersebut, pastikan (ubah paradigm kita) bahwa itu adalah lahan milik kita sendiri, sehingga kita mengelolanya dengan maksimal seperti punya sendiri. Itulah yang membuat segala sesuatunya terlihat baik meskipun statusnya masih mengontrak.
Lakukan hal terbaik saat ini juga, persiapan kita untuk masa depan. Sehingga suatu saat Allah swt akan menempatkan kita ditempat lain, kita sudah siap dengan bekal terbaik yang kita tanam saat ini. Siapa yang menyangka 10 tahun berjalan, lahan SD menjadi milik yayasan?

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar