Liqo mingguan kang Cipto
Ahad, 30 maret 14 @ Mesjid Raya Bogor
“tentang jin”
Muhtawa: larangan berhubungan dengan jin
Dalam Al-Qur’an surat Adz
Dzariyat: 56 dijelaskan bahwa penciptaan semua makhluk (manusia dan jin), nyata
maupun ghaib yaitu untuk beribadah kepada Allah swt. Termasuk didalamnya
makhluk Allah yang lain seperti hewan dan tumbuhan, semuanya mempunyai cara
tersendiri untuk melakukan ibadah.
Jin yang solih, ketika Rasulullah saw sedang
melakukan kajian dengan para sahabatnya, turut mendengarkan dari atap rumah
untuk mendapatkan ilmu/informasi sekaligus bentuk amal ibadah yang mereka
perbuat. Walaupun berbeda dimensi, kita harus tetap saling menghormati, minimal
dengan tidak mengolok-ngoloknya, kabar-shadiq(riwayat & informasi yg
shahih).
Ada syarat yang perlu dipersiapkan agar jin dapat
berhubungan dengan manusia, surat Al Jin: 26-28 yang artinya sebagai berikut
26. (dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang
ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
27. kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya,
Maka Sesungguhnya Dia Mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di
belakangnya.
28. supaya Dia mengetahui, bahwa
Sesungguhnya Rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya,
sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia
menghitung segala sesuatu satu persatu.
Selain Rasul yang diridhai Allah swt untuk
berhubungan langsung dengan jin, maka yang lain adalah perbuatan yang sebenarya
tidak diridhai Allah swt. Adapun jin yang dapat menampakkan wujudnya,
membutuhkan banyak energi untuk dapat menyerupai bentuk yang kasat mata (dapat
dilihat oleh manusia).
Ilmu Allah yang disampaikan kepada Rasul tidak
diberikan begitu saja untuk diperdengarkan kepada Jin, melainkan dengan
penjagaan malaikat dari arah depan dan belakang agar mereka memahami apa-apa
yang telah disampaikan.
Cirri-ciri Jin:
·
Jin diciptakan dari api dan diciptakan sebelum
manusia ada (HR. Muslim)
·
Jin dapat berkembangbiak dan berketurunan. Dalam
surat Al Kahfi ayat 50 diterangkan dengan kalimat “dan turunan-turunannya” yang
menandakan bahwa manusia dan jin dapat bekembang biak.
50. dan (ingatlah) ketika Kami berfirman
kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam[884], Maka sujudlah
mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, Maka ia mendurhakai
perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil Dia dan turanan-turunannya sebagai
pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis
itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.
[884] Sujud di sini berarti menghormati dan
memuliakan Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud
memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah.
·
Jin dapat melihat aktifitas manusia, sedangkan
manusia tidak dapat melihat yang ghaib. Diterangkan dalam surat Al A’raaf ayat
27:
27. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali
kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu
bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk
memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat
mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu
pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.
·
Ada Jin yang beriman dan ada juga yang kafir
karena pada dasarnya Jin juga diberikan ‘irada’ (kehendak) dan hak untuk
memilih seperti manusia (antara kebaikan dan keburukan).
Tidak ada satupun didunia ini yang dapat
mengendalikan Jin, kecuali Nabi Sulaiman as dalam do’anya (permohonan kepada
Allah) dalam surat Shaad ayat 35, yang merupakan salah satu keistimewaan utusan
Allah terhadap yang lain.
35. ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah
kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku,
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar