Selasa, 17 Maret 2015

Pengajian bulanan: Tanda orang yang sedih

Pengajian bulanan SDM SALAM
Jum’at, 13 Maret 2015
Oleh    : Ust. Muhajjir Al-Kautsar

“Tanda-tanda orang yang frustasi/sedih”
1.     Lupa akan dosa
Pernah suatu hari Usamah bin Zaid duduk di teras depan rumah Rasulullah saw., menunggunya dari pagi sampai petang. Setibanya Rasulullah saw. pulang dari hajatnya, beliau seketika dipeluk oleh Usamah dan sampai mengeluarkan air mata kegalauan. Rasulullah saw. memahami apa yang sedang dialami oleh Usamah meskipun tidak ada kata-kata yang dikeluarkan dari mulut Usamah. Sahabat Rasulullah saw. melakukan hal seperti itu hanya untuk meluapkan emosinya dan membahasi pipinya dengan air mata karena ‘khawatir air matanya telah kering’ (keringnya air mata=tidak mengingat dosa).
Terkadang kita pernah melamun dan melihat kehidupan disekeliling kita. Bahkan terbesit dalam hati kita mengatakan “betapa untungnya hidup menjadi seekor kucing yang tidak akan pernah diukur amalannya diakhirat kelak.” Hal seperti inilah yang dapat melalaikan manusia dari dosa-dosanya, membandingkan suatu perkara yang memojokkan dirinya sendiri.
Lupa akan dosa merupakan salah satu ciri orang yang akan bersedih hati, sengsara, frustasi dan gagal dalam menjalani kehidupan. Lebih parah lagi kalau melakukan pengulangan dosa serupa. Jangan sampai penyesalan kita lakukan diakhirat. Hanjakal-kaduhung, selalu datang diakhir, bukan diawal.
Pernahkah kita melakukan sebuah diskusi dengan anggota tubuh kita? untuk mengingat-ngingat dosa yang pernah kita lakukan. Misal dengan kaki kita sendiri, “Hei kaki, mohon maaf ya kalau selama ini saya telah melakukan dosa kepadamu, mengajakmu berjalan ketempat yang dilarang Allah swt.” dan juga bagian-bagian tubuh yang lain. Ajak mereka (bagian tubuh) untuk ngobrol, terutama tentang semua dosa yang pernah kita lakukan. Hal ini bertujuan untuk mengingat dosa (yang merupakan kebalikan dari point pertama).
Semua keburukan kita pasti dicatat oleh malaikat, sedangkan amal baik kita belum tentu diterima Allah swt.
Rasulullah saw., seseorang yang merupakan kekasih Allah swt., ketika ditanya oleh Allah swt., “Siapa dirimu yang Rasul?” beliau menjawab, “Saya hamba-Mu yang penuh dosa.” BAYANGKAN, orang se-level Rasulullah saw. saja mengakui dirinya penuh dosa padahal beliau sudah dijamin masuk kedalam surga. Lantas bagaimana dengan kita?
Tahajud sekali langsung update status, “bangga ih, sesuatu banget sholat malam!” ini kah perilau seorang muslim? No! Janganlah kita umbar kebaikan kita kepada orang lain. Ingat! Amal kebaikan kita belum tentu diterima Allah swt.
Sekecil apapun amalan, lakukanlah kalau memang hal itu baik. Sekalipun perintahnya tercatat dalam hadist yang dhoif, itu lebih baik ketimbang kita harus mendengarkan perkataan orang lain yang berdasarkan nafsunya (levelnya bukan hadist). Yang terpenting, kalau ingin bahagia ingat Al-Qur’an dan Hadist.
Lebih baik lagi kalau suatu amalan itu dilakukan secara bersamaan. Lihat jari-jari tangan kita! Anggap Jempol ini merupakan Direktur, Telunjuk ini Menejer, Jari Tengah ini Kesiswaan, Jari Manis ini Guru dan Kelingking adalah OB. Kesemuanya akan bermanfaat kalau kita menggunakan semua elemen (bekerja sama). Tidak mungkin kalau sekiranya kita menjinjing beban hanya dengan jempol.
            Ada 2 perkara yang dapat menjatuhkan manusia dihadapan Allah swt.:
a.      Memandang remeh/rendah orang lain
Ada banyak cara seorang manusia memandang remeh orang lain, dan yang paling sering adalah “tatapan yang sinis.” Mensipitkan mata, mengkerutkan bibir, dan memandang orang lain dengan kedengkian. Semua diawali oleh MATA, oleh karena itu JAGA PANDANGANMU!
Pernah ada seorang ustad yang diremehkan hanya karena salah membaca tajwid. Hanya karena satu kesalahan kecil, orang lain yang menganggapnya remeh langsung enggan melakukan pengajian. Beragam alasan bermunculan hanya karena meremehkan orang lain. Jangan sampai kita melakukan hal seperti itu.

b.      Membanggakan dosanya
Nabi Musa as. pernah mendapatkan kesempatan melakukan obrolan/diskusi dengan syaithan. Nabi Musa bertanya, “kondisi seperti apa/perbuatan apa yang membuat manusia menjadi anak buah syaithan?” Kemudia syaithan menjawab, “ketika manusia bangga dengan dosa yang dilakukannya.”
Disebuah kampung, pak ustad pernah mengisi pengajian dan jamaahnya sepi. Mengapa? Hal ini disebabkan karena ada 2 kubu/aliran pengikut ustad setempat dengan masing-masing jamaahnya yang saling membanggakan dirinya. Hanya karena takut kehilangan jamaah, kedua ustad saling bertengkar memperebutkan jamaah. Sungguh keadaan yang sangat ironi.
terkadang kesuksesan kita menghantarkan kita pada dosa-dosa yang lain.

2.     Selalu mengingat kebaikan,
Hati-hati dikhususkan kepada ibu-ibu karena hal ini lebih sering terjadi di golongan akhwat. Misal dalam sebuah pengajian bulanan, datang membawa kue dan makanan dengan riang gembira, namun karena tidak ada/lupa ucapan terima kasih dari teman-temannya (ingin mendapat pujian), seketika langsung mengomel dan marah-marah (menjadi cuka-biang).
Atau orang-orang yang selalu mengatakan, “itu tuh! Karena kebaikan saya dia jadi kaya gitu!” Hm… Padahal kita tidak diperkenankan mengungkit-ngungkit kebaikan kita. Biarkan itu menjadi sebuah amal, dan cari kembali amal kebaikan yang baru agar timbangan amal baik kita bertambah diakhirat kelak.
3.     Melihat orang yang lebih unggul secara materi/duniawi
Hidup ini sederhana, hanya saja kita yang menjadikannya kusut berjelimat. Jangan kita iri terhadap orang lain yang status sosialnya lebih tinggi dari kita, meskipun menggunakan Honda Jas (naik motor Honda pakai jas), harus kita syukuri. Pilih mana? Kaki atau Mobil? (hanya boleh 1 pilihan).
kita diciptakan bukan untuk melihat kesuksesan orang lain, tapi menciptakan kesuksesan dengan tangan sendiri.

4.     Melihat orang lain yang minimalis ibadahnya
Bahagia & derita kita yang membuat. Buatlah akses kebahagiaan dengan mengagungkan kebesaran Allah swt. dalam diri ini. Fokuslah terhadap apa-apa yang kita miliki. “Half Empty half Full.” Orang yang mengeluh melihat isi gelas setengah kosong, orang yang bersyukur melihat isi gelas setengah terisi.

Jangan pensiun menjadi orang baik & jangan kalah kalau orang lain mencibir kebaikan kita.”

*Semoga bermanfaatM


Tidak ada komentar:

Posting Komentar