Cerpen 20:
Malam itu, lagi-lagi aku bermimpi. Bukan hal yang buruk,
bukan juga hal yang baik, namun menginspirasi. Tentang perjalananku bersama
teman-teman kesuatu tempat, seperti apa? Mari kita simak.
Aku dan beberapa teman dekatku melakukan sebuah perjalanan ke
tempat wisata yang belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Ada banyak pepohonan,
orang-orang yang tengah foto-foto dan anak-anak yang berlari-larian
kesana-kemari. Aku sendiri tidak tahu tempat apa itu, hanya bayang buram yang mengisi
suasana ketika aku melihat kanan-kiri disekitarku.
Tiba waktu shalat, adzan berkumandang, tiba-tiba kami berada
disebuah mall besar. Entah apa nama mall tersebut. Tepat beberapa menit sebelum
kami menuju mushala, aku melihat pakaian sejenis sweater yang sangat menarik
perhatianku. Warnanya abu. Tanpa melihat dan mencoba terlebih dahulu, aku
langsung membelinya secara cash sesuai bandrol, Rp 140.000,-.
Aku sendiri bingung, kenapa tidak aku coba terlebih dahulu
pakaian yang aku beli itu, khawatir terlalu sempit, justru tidak bisa
digunakan. “Begitu cerobohnya aku! Andai aku mendengar kata-kata temanku
terlebih dahulu.” Ucapku dalam hati.
Masih dibungkus rapi dalam plastik mall, belum sempat aku
periksa, aku dan teman-teman langsung mengambil air wudhu dan melakukan shalat
berjamaah bersama pengunjung mall yang lain. Hatiku berdebar penuh gelisah,
terutama pada sweater yang aku beli dadakan tadi.
Selesai mengucapkan salam, aku berdzikir dan berdoa. Kemudian
aku langsung membuka plastik sweater yang baru saja aku beli. Ketika dibuka,
Alhamdulillah ukurannya pas, cocok dengan tubuhku.
Sweater abu tersebut berbahan tebal sehingga aku sedikit
merasa gerah, namun tetap bangga karena pakaian itu cocok sekali dengan
seleraku. Saat aku memperhatikannya lebih detail, ternyata ada sebuah kemeja
yang menempel didalam sweater tersebut. Itu yang membuat kerah sweater yang aku
gunakan terlihat seolah berlapis dan eyecatching saat dilihat.
Perlahan aku copot kemeja lengan panjang yang berada dibalik
sweater itu untuk melihat-lihat motif yang tersembunyi didalamnya. Warna kemeja
panjang itu hitam, kerah lehernya hanya setengah, hanya pada bagian kanan yang
tampak, sedangkan kerah bagian kirinya merupakan lapisan dari dalam kemeja itu.
Lalu aku buka kembali untuk memastikan pakaian yang melapisi
kemeja panjang itu, ternyata ada sebuah kaos putih lengan pendek dengan kerah
sebelah kiri yang terjahit, berada didalam kemeja itu. Menempel. Benar-benar
tumpukan yang sepadan.
Kaos itu bisa digunakan secara terpisah dari kemeja dan
sweaternya, namun modelnya, dibagian leher, ada kerah sebelah kiri yang tampak.
Pun dengan kemejanya, bisa digunakan terpisah namun kerahnya hanya ada dibagian
kanan.
Aku beruntung bisa mendapatkan 3 pakaian tersebut dengan
harga yang relatif murah. Sesampainya dirumah, aku kembali memadu-padankan
ketiganya. Tak lupa aku berfoto selfie didepan cermin melihat baju baruku yang
unik dan trendy. Sebagian orang mengatakan norak, tapi aku melihat dari sudut
pandangku adalah hal yang jarang. Khas.
***
Puas aku memakai dan melepas pakaian itu berulang kali,
tiba-tiba aku terbangun dari tidurku. Waktu sudah menunjukan pukul 04.03 WIB,
alarm ponselku bordering sejak 3 menit yang lalu.
Seketika aku mencari buntalan plastik dengan harapan pakaian
tersebut masih ada, bukan hanya mimpi. Namun, sayang seribu sayang. Mimpi
hanyalah mimpi. Entah sweater itu akan aku miliki nantinya, atau model sweater
3 lapis itu akan menjadi ‘in’/kekinian, aku sendiri tidak begitu paham.
Meskipun hanya didalam mimpi, setidaknya aku pernah memakai
pakaian yang mungkin belum pernah digunakan oleh orang lain sebelumnya. Ingin
rasanya aku menggambar pakaian itu dan menjahit ke tukang jahit untuk
mendapatkan pakaian yang tepat, sesuai keinginanku dalam mimpi. Ya, semoga
saja.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar