Berita LSC
Selasa, 20 Mei 2014
"Tantrum" (dari Seminar Empati: Dra. Dini
E. Oktaufik, Jakarta Rumah Autisme, 5 April 2014)
Oleh: Bu Laely & Bu Rahayu
Tantrum atau lebih dikenal
dengan istilah “mengamuk” ataau “marah” sering kita dengar untuk setiap
anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Secara definisi, tantrum memiliki arti
perilaku marah (diluar kendali) karena merasa tidak nyaman atau keinginan
individu tersebut tidak terpenuhi. Tantrum tidak hanya digunakan untuk ABK,
manusia normal pun mempunyai perasaan tantrum yang sewaktu-waktu dapat muncul.
Tidak ada istilah ‘tiba-tiba tantrum’ untuk
setiap individu. Tantrum merupakan perwujudan dari
·
Kemarahan (sikap yang tidak biasa, keluar dari zona
nyaman)
·
Aksi penolakan (enggan menerima instruksi dan
bentuk protes terhadap ketidakinginannya)
·
Frustasi (faktor lapar namun sulit
mengungkapkan, terlalu banyak instruksi, dll.)
·
Kesakitan (untuk mengungkapkan rasa sakit yang
dideritanya)
Selalu ada penyebab/alasan untuk melakukan
perilaku tantrum, yaitu:
·
Internal, ada bagian tubuh sakit, lelah dengan
reaksi tertentu atau stress.
·
Lingkungan, merupakan salah satu proses adaptasi
yang dapat dilakukan untuk lebih mengenal/menarik perhatian dari sebuah
lingkungan (terutama yang baru).
·
Materi pelajaran/keseharian (rutinitas yang
dilakukan individu terlalu banyak) tanpa ada evaluasi perbaikan kondisi.
·
Cara pengajaran/metode yang diberikan kurang jelas
instruksinya
Siapa yang menghadapi & bertanggung jawab?
·
Orang tua (karena lebih banyak berperan untuk
perkembangan anak),
·
Terapis, pengasuh, guru kelas-pendamping dan
keluarga besar (tergantung tempat individu tersebut berada, penyelesaian tantrum
dilakukan oleh orang-orang yang memahami penanganannya)
Tanpa memahami PEMICU maka SULIT menyelesaikan tantrum. Mengandalkan konsekwensi justru
akan menimbulkan stress bagi kedua belah pihak. Konsisten terhadap tindakan
yang selalu kita buat untuk penanganan tantrum anak, hindari ‘terlalu banyak
instruksi’ atau mengganti-ganti hukuman anak (membuat individu tantrum semakin
bingung).
Faktor INTERNAL yang memicu tantrum:
·
Sakit/lapar/tidak enak badan.
·
Lelah, kondisi tubuh yang seharusnya
diistirahatkan namun tidak diberikan jam biologisnya.
·
Reaksi terhadap kejadian sebelumnya dan kepekaan
orang tua.
Selalu lakukan flashback
terhadap kegiatan ananda yang sudah dilakukan, catat rutinitasnya untuk
mempermudah kondisi anak (terutama yang seringkali tantrum). Sedang apa, makan
apa, bermain apa, dengan siapa, dan lain-lain. Pernah ada ABK tantrum karena
tidak membawa ipad, akan mudah diketahui penyebabnya jika orang terdekat yang
mengetahui kesehariannya.
Periksa kesehatan anak dan kondisi fisik seperti luka, stamina tubuh dan
rasa kantuknya. Usahakan kepada orang tua dan orang-orang yang terdekat dengan
individu tantrum untuk tidak membawa masalah (memasang muka pusing/stress)
didepan individu tersebut, termasuk menjaga pikiran, lisan dan perbuatan kita.
Faktor LINGKUNGAN yang memicu tantrum:
·
Sesuatu yang baru
·
Sesuatu yang mendistrkasi
·
Sesuatu yang membuat stress
Individu tantrum terutama ABK,
lebih peka terhadap visual, auditori dan bau-bauan (panca indra) lingkungannya.
Disamping itu acara TV dan tempat baru tidak menutup kemungkinan faktor yang
membuat anak cemas.
Faktor MATERI pengajaran:
·
Material (bahan materi)
·
Terlalu mudah atau terlalu sulit
·
Tugas tidak dipahami dan tidak sesuai
kemampuan/kebutuhan anak. (perlu disamakan pemahaman orang tua, guru dan
terapis agar dapat memberikan stimulasi yang terbaik untuk anak), minimal
mempertahankan kemampuan yang sudah ada agar tidak hilang/lupa.
Faktor CARA pengajaran:
·
Suara-intonasi (tidak terlalu pelan tidak
terlalu keras)
·
Penentuan waktu (atur dan jadwalkan khusus untuk
seluruh kegiatannya)
·
Bahasa (instruksi singkat dan mudah dipahami)
·
Visual (selalu fokus terhadap 1 anak jika sedang
menanganinya)
·
Jenis dan sistem imbalan/reward (imbalan tepat
waktu dan tepat jumlah)
·
Keterikatan harus tetap terjaga (hindari
persiapan materi yang membuat anak lost konsentrasi/kedekatan dengan kita,
lakukan Ice breaking untuk membuat anak menjadi terikat/tertarik terhadap
kehadiran kita).
·
Penampilan pengajar tidak mendistraksi (janggut,
pola baju, logo, bau, dll.)
Strategi penanganan tantrum secara fisik:
·
The rug (karpet)-kayang dikursi
·
The fold (lipatan)-gendong & crossing
·
The prayer (sembahyang)-posisi sujud untuk
menenangkan
Strategi gagal:
·
Negosiasi-penguraian-penjelasan (terlalu rumit
untuk anak)
·
Mengomeli-meneriaki-membentak (justru semakin
meningkat adrenalinya, menikmati kepuasan tantrum)
·
Memukul-agresif (membalas dengan kekerasan)
·
Lebih sering dihukum (membuat anak cepat
menyerah)
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar