Sabtu, 08 Oktober 2016

Salam In Me Salam RANCAGE Bu Aling 2016 Sekolah Alam Bogor

Sejarah Rancage
Oleh : Bu Aling
Rabu, 5 Oktober 2016

SALAM : Sekolah Alam
RANCAGE : Cakap, Gesit, Tangkas, Kreatif, Lugas
Arti dari Salam Rancage adalah do’a yang harapannya mampu menjadi representative komunitas/percontohan terutama dibidang kerajinan.
Salam Rancage didirikan tahun 2012 yang merupakan pengembangan / lanjutan dari Bank Sampah yang telah berdiri tahun 2009. Mengapa perlu dikembangkan? Karena tujuan sosial yang dilakukan bank sampah, membutuhkan waktu dan fasilitas lebih.
Contoh: harga botol plastik air mineral per 1 kg adalah Rp 1.000,- Pasti membutuhkan banyak botol untuk menghasilkan uang yang lebih. Untuk itu dibuat SALAM RANCAGE yang memaksimalkan fungsi Bank Sampah (saling bersimbiosis).
Hasil sampah yang dihasilkan oleh Sekolah Alam Bogor diantaranya:
• Sampah Organik – langsung dijadikan pupuk di Kebun Salam
• Sampah Anorganik – plastik (kemasan-kemasan produk) dan kertas (koran, hvs, buku), setelah dianalisa, kertas koran sangat berlimpah karena banyak orang tua siswa yang berlangganana koran
Dari modal yang dimiliki, dicari sebuah produk yang disukai banyak orang dan memberikan manfaat yang besar. Selain itu memberi impact yang besar terhadap pengrajin yang membuatnya, dibuatlah Kerajinan Koran.
Latar belakang, membuat bisnis berbasis sosial adalah karena masih banyak masyarakat terutama ibu-ibu yang bekerja kasar dengan upah yang kecil, seperti:
• Mengupas kulit singkong 50 Kg upahnya Rp 2.500,-
• Mengambil benang ban 1 Kg upahnya Rp 1.500,-
• Membuat 100 cangkang ketupat upahnya Rp 1.000,-
• Pasang kancing kemeja (1 kemeja minimal 7 kancing) upahnya Rp 1.000,-
• Memasang mute/hiasan baju (1 bulan 1 baju) upahnya Rp 25.000,-
Adalah contoh pendapatan yang tidak layak untuk masyarakat dengan pekerjaan yang berat. Untuk itu Salam Rancage mengadakan perubahan. Sebuah bisnis yang sustainable/berkelanjutan dan mempunyai income lebih dari hanya sekedar buruh kasar seperti diatas, atau sekedar ngerumpi tanpa hasil.
“Melarang sesuatu tanpa memberikan solusi itu NIHIL”
Simbol SALAM RANCAGE adalah KUPU-KUPU (Alhamdulillah menjadi nominasi inacraft award) yang menandakan perubahan/metamorphosis yang cantik.
3 tujuan keselarasan Salam Rancage:
1. Selaras Lingkungan – mengajak ibu-ibu untuk menyelamatkan dan menjaga kelestarian lingkungan, membuat bank sampah dikomunitas/lingkungan masing-masing (mengurangi sampah)
2. Selaras Sosial – membuat kehidupan yang rukun, kalau ibunya happy maka keluarganya happy, maka 1 kampung akan happy – Kampung yang Bahagia
3. Selaras Finansial – menghasilkan pendapatan tambahan
Bank sampah yang sudah terdaftar sampai saat ini di Bogor ada 7 dan di Jakarta ada 3 Bank Sampah. 1 bank sampah di Jakarta, perbulan dapat menghimpun sampah diatas 500 Kg.
Saat mengayam produk (terutama ekspor), target yang dicapai bukan 10 – 20 produk, melainkan ratusan hingga ribuan. Konsumen pasti mencari barang yang layak jual, oleh karena itu untuk bisa membuat 1 barang minimal harus mengikuti pelatihan 40x.
“Dari proses interaksi, tercipta situasi saling belajar dan pembentukan karakter leadership”
Hubungan dengan Sekolah Alam Bogor
Untuk bisa menjadi pemimpin peradaban kelak dikemudian hari, seseorang harus:
• BENAR (memiliki keahlian, menyampaikan hal yang baik)aja ga puya follower dampak sedikit
• BESAR (memiliki follower yang banyak sehingga berpengaruh besar)
Percuma benar jika tidak punya jaringan yang luas dan percuma juga seperti Hitler, besar tapi tidak ada manfaat positif.
“Tidak hanya hebat tapi juga bisa memberi manfaat dari kehebatannya, harus punya dampak impact positif”
Ketika mendidik anak disiplin, maka gurunya harus disiplin terlebih dahulu. Begitu juga dengan sikap yang lain seperti berbagi, tepat waktu, dsb (Learning by Qudwah). Salam rancage menjadi contoh, sesuatu yang inspiratif yang mengajarkan “tentang sebuah dampak” kepada anak-anak.
“Untuk mengajarkan tentang DAMPAK kepada anak untuk menjadi hal yang berguna, pengejawantahannya/implementasinya/terapannya disekolah adalah adalah Salam Rancage”
***
“A Craft of Hope”
Tahun 2015 pernah menjadi produk souvenir kenegaraan (ada lambang Garuda) “Pride of Indoensia” pada acara Trade Expo (pencapaian yang sulit namun membanggakan)
Pernah mewakili Indonesia pada event ISD (International Sustainable Development) UNESCO, Indonesia mengirim Salam Rancage (pengembangan yang berkelanjutan)
“Kebanggan adalah sebagai penghibur-apresiasi, yang kita tanam adalah nilai dan komitmen”
Kenapa ‘ekspor’ menjadi target? Dampak kelanjutan harus ada acuan penilaian agar dapat memicu gerakan besar untuk kedepannya.
Ibarat: burung bisa terbang mengepakan 2 sayap, kalau hanya 1 maka tidak bisa terbang/jatuh. Kedua sayap itu adalah Dampak Sosial dan Dampak Bisnis (berjalan beriringan). Kalau bisnisnya besar maka keberkahannya semakin besar.
“Membesarkan skala bisnis, tembus pasar ekspor!”
Yang menginspirasi dari ibu-ibu adalah kebanyakan dari mereka tidak memiliki tradisi mengayam seperti didesa, lahir dari kecil hingga dewasa di kota. Kesungguhan mereka mendobrak paradigma untuk bisa menganyam sehingga sukses seperti sekarang.
Mereka (ibu-ibu) tangguh bukan karena uang, melainkan karena mereka tahu bahwa dengan menjadi lebih baik dan berilmu akan dapat mengubah hidup mereka.
Kisah dari mereka:
• Suatu sore ada seorang ibu mengklakson kenceng hingga berisik didepan rumah bu Aling, motor siapakah itu? Ternyata itu adalah motor baru yang diberikan kepada suaminya sebagai tukang ojek yang didapat dari tabungannya menjual kerajinan koran. Meskipun kredit, itu sudah memberikan spirit bagi yang lain.
• Kebanggaan lain adalah membeli plafon/atap rumah dari hasil menganyam yang ditabung selama 1 tahun. Bisa membahagiakan keluarga. Meningkatkan bargaining position/harga diri.
• Kisah lainnya adalah ketika ada (bahkan banyak ibu-ibu) asli Bogor yang kagum karena baru pertama masuk Kebun Raya Bogor, berkeliling dan menikmati hutan nan asri dari dalam secara langsung (hal ini ketika acara Gathering Kampung Koran).
• Dan ada ibu-ibu yang merasa jadi “manusia seutuhnya” ketika naik lift di kantor Kompas Gramedia Jakarta. Harapan dari pelatihan adalah ibu-ibu membicarakan ilmu dan sharing dengan peserta lain, namun bukan itu yang mereka ingat, melainkan pengalaman naik lift. “Ayeuna mah asa jadi jelema, sanggeus naek leift teh”
Hal-hal tersebut memang harus diperjuangkan oleh seorang IBU karena perjuangannya (melahirkan, mengurus rumah tangga, mengasuh anak, dsb). Amat sangat disayangkan fakta di negeri ini bahwa masih banyak yang menganggap bahwa naik lift adalah hal yang mewah karena keterbatasan.
“Apapun yang sedang kita kerjakan sungguh-sungguh/upaya terbaik, bukan hanya kebenaran melainkan memberikan dampak yang besar dan bermanfaat bagi orang lain.”
Mengapa harus koran? Market/pemasaran kerajinan koran dapat dijaga keberlanjutannya/sustainable, bahannya ada, tersedia banyak, mengelolanya dapat dilakukan oleh orang banyak dan hasilnya menarik perhatian. Targetnya, konsumen membeli bukan karena kasihan melainkan karena manfaat produk Rancage.
Suatu hal, apapun itu pasti menimbulkan dampak positif & negatif yang dihasilkan. Sebuah sekolah sekalipun, memberi dampak buruk seperti kemacetan, polusi suara, menghasilkan sampah, dsb. apakah kita berhenti terhadap cita-cita besar hanya karena dampak negatif? Apa karena membuat macet, sekolah dibubarkan? Apa karena berisik, acara besar ditiadakan?
Ada DAKWAH PRIORITAS, yakni keputusan prioritas yang harus diambil termasuk akibat dan konsekwensi yang terjadi.
Salam Rancage menumbuhkan nilai-nilai antar pegiat Kampung Koran, bukan money oriented. Bisa saja ibu-ibu menjadi “pelinting holic” yang lupa akan keluarganya karena mengejar target ekspor yang memesan ribuan produk. Termasuk resiko kesehatan karena terlalu sering fokus menganyam koran. Karena nilai yang prioritaskan, insyaa Allah hal-hal diatas bisa disiasati, berkurang, tidak seperti bekerja dipabrik.
Nilai yang dibangun Salam Rancage:
• Skill – kemampuan menganyam, pelatihan leadership, keahlian
• Soul – menghindari efek negatif, mengurangi nafsu pasar ekspor/tuntuan besar/gila kerja, membangun persaudaraan
“Skill bagus namun tidak menghadirkan soul, tidak akan bertahan lama. Komunitas yang mementingkan 1 sayap saja (bisnis), tanpa mementingkan sayap sosial, jarang yang bertahan lama.”
Masih membahas positif & negatif, tidak selamanya produk Rancage mendapatkan pujian seperti yang diceritakan diatas. Ada juga caci dari konsumen terhadap produk Rancage. Salah satu yang membekas/diingat adalah ketika ada konsumen yang mengatakan, “oh produk daur ulang ya? Pantes bau sampah.” Sudahlah, semoga Allah swt. mengampuninya.
“Membangun bisnis seperti halnya mengedarkan cahaya”
Lampu yang bagus, bukanlah lampu yang dipajang ditoko, atau lampu yang tertata rapi di dalam kardus dengan cashing menarik. Lampu yang bagus adalah lampu yang mendapatkan kesempatan dibeli konsumen, ketika dicoba – nyala, dan terjual (sukses).
“Percuma kemasannya bagus kalau ternyata saat dicoba tidak nyala/mati, singkatnya tidak laku.”
Manusia ibarat lampu yang belum terjual. Selalu punya kesempatan untuk berpendar dan dibeli konsumen (mencapai kesuksesan). Tergantung bagaimana kita menyalakan pendaran kita saat di coba oleh penjual lampu.
Allah swt memberikan kemampuan masing-masing yang masksimal terhadap setiap individu. Bagaimana kita mengeluarkannya. Misal, kemampuan kita 5000 watt, namun kita hanya menyalakan 10 watt, kemampuan itu kembali pada kita masing-masing.
Kiat sukses:
1. Jadi lampu yang berpendar (buat kesempatan-kesempatan hidup)
2. Maskimalkan pendaran cahaya (maksimalkan potensi yang ada)
“Jangan pedulikan terhadap kota-kotak yang dibuat orang lain, percaya pada kemampuan kita”
Setiap bisnis pasti memberikan kemanfaatan kepada orang-orang disekitarnya. Untuk bisa memperluas bisnis dan kemanfaatan yang diberikan, eratkan persaudaraan antar sesama pengelola, dalam hal ini Kampung Koran dan jangan cepat puas dengan hasil yang kecil.
“Setiap bisnis pasti mempunyai manfaat, perbesar skala manfaatnya”
Ketika kita hendak mendaki hingga puncak gunung, yang pertama pasti menguatkan tekad dalam diri kita, tidak hanya fisik yang perlu disiapkan. Begitu juga. “Kuatkan hati, lalu kuatkan kaki.” Sebelum mengajak orang lain berkeluh kesah, ajak hatinya agar punya tekad yang kuat. Project apapun bisa diselesaikan jika hatinya sudah kita pegang.
“Jangan memulai dari apa-apa, karena itu itu bisa mengantarkan kita untuk memiliki apa-apa”

Semoga bermanfaat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar