Gerakan 1000 Cerpen
Cerpen 18: Oooppsssss…..! (secuil kisah hari raya)
Gema takbir berkumandang diberbagai penjuru tempat, termasuk
tempat tinggal Putri, pertanda hari raya nan suci akan tiba esok hari, Hari
Raya Idul Fitri. Malam itu, Putri yang masih kelas 3 SD bersama ayahnya ikut
menggemakan takbir di area masjid dengan teman-teman komplek memainkan bedug
sepanjang malam.
Tepat pada pukul 12 malam, Putri dan ayahnya pulang kerumah
untuk istirahat, agar shalat Ied besok dapat datang tepat waktu. Alhamdulillah
tahun ini Putri dapat menggenapkan ibadah puasanya 30 hari cacap, tanpa ‘bolong’
satu hari pun. Itu yang dirasakan didalam hatinya, membuat kebahagiaan
tersendiri bagi Putri menjelang hari raya tiba.
Keesokan harinya, Putri bangun satu jam sebelum waktu subuh. Pola
ini dengan sendirinya terbentuk ketika menunaikan sahur selama bulan Ramadhan. Segera
ia mandi pagi dan langsung berwudhu untuk melaksanakan shalat tahajud dan witir
dilanjut dengan shalat subuh berjamaah bersama bunda dan kakak di rumah. Ayah
pergi ke masjid bersama tetangga yang lain.
Masih dalam naungan takbir yang bergema, pagi itu Putri dan
keluarganya saling meminta maaf satu sama lain kemudian menunaikan sunnah hari
raya yaitu sarapan sebelum berangkat shalat Ied, seperti yang dicontohkan
Rasulullah saw 14 abad yang lalu.
Seusai makan, semua bersiap membawa perlengkapan shalat untuk
menuju lapangan, tempat diselenggarakannya shalat Ied. Sebelum berangkat, Putri
memakai parfum baru yang dibelinya dari minimarket. Parfum itu Putri beli
dengan hasil uang jajannya sendiri tanpa ia minta kepada ayah atau bunda. Membuat
dirinya sangat sempurna, alangkah semangatnya Putri pada hari itu.
Tanpa disengaja, semprotan parfum yang ia gunakan dirumahnya
itu terpancar mengenai toples nastar milik Cherli kakaknya. Kue yang Cherli
pesan dari temannya seharga Rp 50.000,- dengan uang jajannya, waktu itu dalam
kondisi terbuka sehingga aroma parfum meresap kedalam kue. Entah siapa yang
terakhir membuka, makan dan menyimpannya dalam keadaan terbuka, membuat Putri
sangat ketakutan dibuatnya.
Hari cerah yang ia tunggu-tunggu berubah menjadi gelap gulita
dalam pandangan Putri. Detak jantungnya berdebar dengan cepat. Mukanya perlahan
berubah menjadi pucat, gerak-gerik tubuhnya melambat dari sebelumnya. Segera Putri
menghilangkan jejak kesalahannya dengan menutup rapat-rapat toples yang
aromanya cukup menyengat itu agar tidak dimarahi oleh Cherli, sang kakak.
Pukul 6 pagi, Putri, kakak, ayah dan bunda pergi menuju
lapangan dengan membawa seperangkat alat shalat. Dipersimpangan, ayah
memisahkan diri menuju shaf ikhwan sedangkan Putri, kakak dan bunda membentuk
shaf pada area akhwat.
Selama shalat Ied berlangsung, bunda yang sejak awal
memperhatikan kondisi Putri, melihat perbedaan yang mencolok sebelum shalat
subuh dan keadaan ketika shalat Ied. Bunda melepaskan rasa penasarannya dengan
menanyakan beberapa hal kepada Putri.
“Putri kenapa? Kamu sakit ‘nak?”
“Hm…” (menggelengkan kepala)
“Kok sedih? Kenapa Put?” tanya kakak kepada Putri yang duduk
ditengah mereka.
“Ga apa-apa kok!” jawab Putri menepis pertanyaan mereka.
“Oke, jangan cemberut dong” hibur kakak dihadapan Putri.
Tepat pukul 08:00, khutbah shalat Ied selesai. Semua jamaah
kembali ke rumah masing-masing. Setiap insan baik yang saling kenal maupun
tidak, berjabat tangan tanda permohonan maaf satu sama lain. Selama perjalanan
pulang, semua orang berbahagia layaknya merpati yang terbebas dari jeruji besi,
terbang ke langit yang luas.
Kebahagiaan yang semua nikmati itu, tidak melekat pada
perasaan Putri yang telah melakukan kesalahan menjelang pemberangkatan shalat
Ied. Hanya wajah cemberut yang diperlihatkan Putri kepada orang-orang atas
segala kekecewaannya. Putri terus memikirkan, siapa pelaku yang lupa menutup toples
nastar sehingga tersemprot minyak wangi.
Sampai dirumah, Cherli langsung menuju kue yang selama ini dia
nantikan, nastar. Ketika hendak dibuka, Cherli mengendus ke berbagai penjuru
mencari sumber aroma yang mengganggunya itu. Setelah lama diperhatikan,
ternyata bau itu berasal dari kue yang dimilikinya. Seketika Cherli geram atas
apa yang terjadi pada kuenya itu. Langsung ia menyebut satu nama dalam keluarga
tersebut,
“Putriiiiiii…….!!!” Teriak Cherli
Sesuai dugaan Putri, kakaknya pasti akan marah setelah tahu
apa yang telah terjadi. Putri bersembunyi dibalik punggung bunda sementara
Cherli mencari Putri untuk diinstrospeksi. Bunda yang tengah memotong ketupat
bertanya,
“Putri kenapa ketakutan begitu ‘nak?” menenangkan Putri yang
terlihat ketakukan.
“Anu…” jawab Putri singkat.
Seketika Cherli datang menghampiri bunda dan Putri di dapur
“Putri! Kenapa kue kakak disemprot minyak wangi?”
Bunda yang belum tahu kronologi kejadian, berusaha
menenangkan kedua anaknya dengan mengajak duduk didapur dan melakukan
pendinginan atas peristiwa yang sedang terjadi.
“Itu Bund, Putri, masukin minyak wangi ke kue Cherli, kan
jadi ga bisa dimakan!” keluh Cherli menyalahkan Putri.
“Dari mana kakak tahu kalau itu ulah Putri? Putri apa itu
benar? (menengok ke arah Putri)” jawab bunda menenangkan.
“Ampuuunn…” Jawab putri pelan, sangat pelan.
“Ya, gara-gara Putri, kakak sempat curiga, tadinya mau
menelepon teman kakak yang jual karena kakak kira proses pembuatannya tidak
apik sampe ketumpahan minyak wangi. Eh, aromanya sama persis dengan parfum yang
kamu pakai, ya pasti kamu lah…!” argumen kakak memojokkan Putri.
“Sudah… Sudah… Sini, biar Bunda ganti. Ga enak dilihat
tetangga, inikan hari raya Idul Fitri, hari dimana semua makhluk saling
memaafkan untuk menuju kefitrahan. Sebelum kakak menuduh, yuk kita dengar dulu
pernyataan si bungsu ini.” kembali bunda menenangkan.
“Gini mah, tadi pas mau berangkat shalat Ied, Putri pake
minyak wangi dan gak sengaja kena kue kakak. Kue itu terbuka dari awal, gak
tahu siapa yang terakhir makan dan lupa menutupnya,“ segera Putri mengambil
pembelaan didepan Bunda.
“Opps! Tutupnya terbuka?” tanya kakak.
“Hayo, siapa yang terakhir makan? Semalam, Putri dan ayah
pergi kemasjid dan sampai dirumah langsung tidur sedangkan bunda sibuk membuat
opor ayam untuk menu makan kita hari ini.” Bunda menambahkan.
“Yang terakhir makan itu aku Bund. Tapi…” Kakak menepis
dengan malu.
“Jadi, bukan sepenuhnya salah Putri ‘kan?” Bunda menengahi
kedua anaknya.
“Baik, sekarang begini, Kakak maafkan kesalahan Putri karena
tidak sengaja memakai parfum dekat makanan kakak. Dan Putri juga harus
memaafkan kesalahan kakak karena telah berlebihan menyikapi masalah kue milik
kakak. Sudah, sudah! Ini ‘kan lebaran. Nanti uang kakak, Bunda ganti biar ga
rewel kaya anak kecil. Oke?”
“Hm…” kakak cemberut.
“Iya bund.” Jawab Putri yang kembali bersemangat karena
masalahnya telah terselesaikan dengan bijak oleh bunda.
Peristiwa pada pagi itu, begitu sangat bermakna bagi keluarga
Putri. Akhirnya mereka kembali saling meminta maaf dan berjanji untuk tidak
mengulangi perbuatan yang sama. Kue nastar milik kakak yang sudah
terkontaminasi terpaksa harus dibuang agar tidak ada keluarga yang keracunan.
Ditengah kehangatan yang bergembira itu, ayah datang dengan
membawa 2 toples nastar hasil pembagian dari Pak RT sebagai ucapan terimakasih
karena telah meramaikan masjid selama Takbiran. Langsung saja Putri dan Cherli
mengambil jatah mereka dari tangah ayah yang masih pakai sandal.
Selesai
#cerpen #orisinil #cerpenorisinil #gerakan1000cerpen #lebaran
#nastar #putri #cherli #shalatied
Tidak ada komentar:
Posting Komentar