Rabu, 13 Juli 2016

Gerakan 1000 Cerpen; Cerpen 18 Oooppsssss.....! (secuil kisah hari raya)


Gerakan 1000 Cerpen
Cerpen 18: Oooppsssss…..! (secuil kisah hari raya)

Gema takbir berkumandang diberbagai penjuru tempat, termasuk tempat tinggal Putri, pertanda hari raya nan suci akan tiba esok hari, Hari Raya Idul Fitri. Malam itu, Putri yang masih kelas 3 SD bersama ayahnya ikut menggemakan takbir di area masjid dengan teman-teman komplek memainkan bedug sepanjang malam.

Tepat pada pukul 12 malam, Putri dan ayahnya pulang kerumah untuk istirahat, agar shalat Ied besok dapat datang tepat waktu. Alhamdulillah tahun ini Putri dapat menggenapkan ibadah puasanya 30 hari cacap, tanpa ‘bolong’ satu hari pun. Itu yang dirasakan didalam hatinya, membuat kebahagiaan tersendiri bagi Putri menjelang hari raya tiba.

Keesokan harinya, Putri bangun satu jam sebelum waktu subuh. Pola ini dengan sendirinya terbentuk ketika menunaikan sahur selama bulan Ramadhan. Segera ia mandi pagi dan langsung berwudhu untuk melaksanakan shalat tahajud dan witir dilanjut dengan shalat subuh berjamaah bersama bunda dan kakak di rumah. Ayah pergi ke masjid bersama tetangga yang lain.

Masih dalam naungan takbir yang bergema, pagi itu Putri dan keluarganya saling meminta maaf satu sama lain kemudian menunaikan sunnah hari raya yaitu sarapan sebelum berangkat shalat Ied, seperti yang dicontohkan Rasulullah saw 14 abad yang lalu.

Seusai makan, semua bersiap membawa perlengkapan shalat untuk menuju lapangan, tempat diselenggarakannya shalat Ied. Sebelum berangkat, Putri memakai parfum baru yang dibelinya dari minimarket. Parfum itu Putri beli dengan hasil uang jajannya sendiri tanpa ia minta kepada ayah atau bunda. Membuat dirinya sangat sempurna, alangkah semangatnya Putri pada hari itu.

Tanpa disengaja, semprotan parfum yang ia gunakan dirumahnya itu terpancar mengenai toples nastar milik Cherli kakaknya. Kue yang Cherli pesan dari temannya seharga Rp 50.000,- dengan uang jajannya, waktu itu dalam kondisi terbuka sehingga aroma parfum meresap kedalam kue. Entah siapa yang terakhir membuka, makan dan menyimpannya dalam keadaan terbuka, membuat Putri sangat ketakutan dibuatnya.

Hari cerah yang ia tunggu-tunggu berubah menjadi gelap gulita dalam pandangan Putri. Detak jantungnya berdebar dengan cepat. Mukanya perlahan berubah menjadi pucat, gerak-gerik tubuhnya melambat dari sebelumnya. Segera Putri menghilangkan jejak kesalahannya dengan menutup rapat-rapat toples yang aromanya cukup menyengat itu agar tidak dimarahi oleh Cherli, sang kakak.

Pukul 6 pagi, Putri, kakak, ayah dan bunda pergi menuju lapangan dengan membawa seperangkat alat shalat. Dipersimpangan, ayah memisahkan diri menuju shaf ikhwan sedangkan Putri, kakak dan bunda membentuk shaf pada area akhwat.

Selama shalat Ied berlangsung, bunda yang sejak awal memperhatikan kondisi Putri, melihat perbedaan yang mencolok sebelum shalat subuh dan keadaan ketika shalat Ied. Bunda melepaskan rasa penasarannya dengan menanyakan beberapa hal kepada Putri.

“Putri kenapa? Kamu sakit ‘nak?”

“Hm…” (menggelengkan kepala)

“Kok sedih? Kenapa Put?” tanya kakak kepada Putri yang duduk ditengah mereka.

“Ga apa-apa kok!” jawab Putri menepis pertanyaan mereka.

“Oke, jangan cemberut dong” hibur kakak dihadapan Putri.

Tepat pukul 08:00, khutbah shalat Ied selesai. Semua jamaah kembali ke rumah masing-masing. Setiap insan baik yang saling kenal maupun tidak, berjabat tangan tanda permohonan maaf satu sama lain. Selama perjalanan pulang, semua orang berbahagia layaknya merpati yang terbebas dari jeruji besi, terbang ke langit yang luas.
Kebahagiaan yang semua nikmati itu, tidak melekat pada perasaan Putri yang telah melakukan kesalahan menjelang pemberangkatan shalat Ied. Hanya wajah cemberut yang diperlihatkan Putri kepada orang-orang atas segala kekecewaannya. Putri terus memikirkan, siapa pelaku yang lupa menutup toples nastar sehingga tersemprot minyak wangi.

Sampai dirumah, Cherli langsung menuju kue yang selama ini dia nantikan, nastar. Ketika hendak dibuka, Cherli mengendus ke berbagai penjuru mencari sumber aroma yang mengganggunya itu. Setelah lama diperhatikan, ternyata bau itu berasal dari kue yang dimilikinya. Seketika Cherli geram atas apa yang terjadi pada kuenya itu. Langsung ia menyebut satu nama dalam keluarga tersebut,

“Putriiiiiii…….!!!” Teriak Cherli

Sesuai dugaan Putri, kakaknya pasti akan marah setelah tahu apa yang telah terjadi. Putri bersembunyi dibalik punggung bunda sementara Cherli mencari Putri untuk diinstrospeksi. Bunda yang tengah memotong ketupat bertanya,

“Putri kenapa ketakutan begitu ‘nak?” menenangkan Putri yang terlihat ketakukan.

“Anu…” jawab Putri singkat.

Seketika Cherli datang menghampiri bunda dan Putri di dapur

“Putri! Kenapa kue kakak disemprot minyak wangi?”

Bunda yang belum tahu kronologi kejadian, berusaha menenangkan kedua anaknya dengan mengajak duduk didapur dan melakukan pendinginan atas peristiwa yang sedang terjadi.

“Itu Bund, Putri, masukin minyak wangi ke kue Cherli, kan jadi ga bisa dimakan!” keluh Cherli menyalahkan Putri.

“Dari mana kakak tahu kalau itu ulah Putri? Putri apa itu benar? (menengok ke arah Putri)” jawab bunda menenangkan.

“Ampuuunn…” Jawab putri pelan, sangat pelan.

“Ya, gara-gara Putri, kakak sempat curiga, tadinya mau menelepon teman kakak yang jual karena kakak kira proses pembuatannya tidak apik sampe ketumpahan minyak wangi. Eh, aromanya sama persis dengan parfum yang kamu pakai, ya pasti kamu lah…!” argumen kakak memojokkan Putri.

“Sudah… Sudah… Sini, biar Bunda ganti. Ga enak dilihat tetangga, inikan hari raya Idul Fitri, hari dimana semua makhluk saling memaafkan untuk menuju kefitrahan. Sebelum kakak menuduh, yuk kita dengar dulu pernyataan si bungsu ini.” kembali bunda menenangkan.

“Gini mah, tadi pas mau berangkat shalat Ied, Putri pake minyak wangi dan gak sengaja kena kue kakak. Kue itu terbuka dari awal, gak tahu siapa yang terakhir makan dan lupa menutupnya,“ segera Putri mengambil pembelaan didepan Bunda.

“Opps! Tutupnya terbuka?” tanya kakak.

“Hayo, siapa yang terakhir makan? Semalam, Putri dan ayah pergi kemasjid dan sampai dirumah langsung tidur sedangkan bunda sibuk membuat opor ayam untuk menu makan kita hari ini.” Bunda menambahkan.

“Yang terakhir makan itu aku Bund. Tapi…” Kakak menepis dengan malu.

“Jadi, bukan sepenuhnya salah Putri ‘kan?” Bunda menengahi kedua anaknya.

“Baik, sekarang begini, Kakak maafkan kesalahan Putri karena tidak sengaja memakai parfum dekat makanan kakak. Dan Putri juga harus memaafkan kesalahan kakak karena telah berlebihan menyikapi masalah kue milik kakak. Sudah, sudah! Ini ‘kan lebaran. Nanti uang kakak, Bunda ganti biar ga rewel kaya anak kecil. Oke?”

“Hm…” kakak cemberut.

“Iya bund.” Jawab Putri yang kembali bersemangat karena masalahnya telah terselesaikan dengan bijak oleh bunda.

Peristiwa pada pagi itu, begitu sangat bermakna bagi keluarga Putri. Akhirnya mereka kembali saling meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan yang sama. Kue nastar milik kakak yang sudah terkontaminasi terpaksa harus dibuang agar tidak ada keluarga yang keracunan.

Ditengah kehangatan yang bergembira itu, ayah datang dengan membawa 2 toples nastar hasil pembagian dari Pak RT sebagai ucapan terimakasih karena telah meramaikan masjid selama Takbiran. Langsung saja Putri dan Cherli mengambil jatah mereka dari tangah ayah yang masih pakai sandal.

Selesai

#cerpen #orisinil #cerpenorisinil #gerakan1000cerpen #lebaran #nastar #putri #cherli #shalatied



Tidak ada komentar:

Posting Komentar