Tips Shalat Jum’at
Ucapan/suara yang diizinkan saat Khatib Shalat Jum’at sudah
naik mimbar
Shalat Jum’at adalah shalat wajib yang harus ditunaikan oleh
laki-laki tanpa terkecuali. Sekalipun dagangan sudah digelar untuk menunggu
calon pembeli, laki-laki muslim wajib menjalankan perintah Allah swt yang satu
ini, tepatnya Shalat fardhu pengganti Dzuhur yang telah ditetapkan waktunya
yaitu hari Jum’at-siang.
Mayoritas muslim di semua tempat menjadi makmum, duduk manis
mendengarkan khutbah dan ikut shalat mengikuti imam. Selama menjadi makmum/jamaah
yang mendengarkan khutbah, jangankan membaca Al-Qur’an/berdakwah layaknya da’i,
mengatakan ‘Stttt…!!!’ pada orang lain agar diam dan fokus mendengarkan khutbah
pun dilarang karena dapat mengurangi pahala shalat Jum’at bahkan menjadikannya
sia-sia, wallahualam.
Terlepas dari internal diri manusia, setiap detik (kecuali
pada bulan Ramadhan), godaan syaithan tidak henti-hentinya membisikan manusia
pada kesesatan. Adakalanya kita jadi mengantuk sehingga kita tidak mendengar
khutbah jum’at, membuat pikiran melayang seperti melamun dan memikirkan hal
duniawi, mengobrol dengan teman sebelah, atau bahkan membuat kita menjadi telat
datang ke masjid.
Lantas, apa yang harus dilakukan oleh makmum? Yap, hanya mendengarkan
atau menyimak isi pesan khutbah yang merupakan pengganti shalat 2 rakaat Dzuhur
pada umumnya. Fokus, mencatat poin penting dan mengamalkan isi kebaikannya jauh
lebih baik dibandingkan tertidur.
Dalam kesempatan ini, saya
akan membahas tentang ucapan yang diperolehkan untuk disuarakan saat
khotbah jum’at berlangsung, diantaranya:
1. Menjawab Salam
Memberikan salam hukumnya sunnah sedangkan menjawabnya adalah
suatu kewajiban. “Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabaraakatuh,” kalimat
tersebut boleh diucapkan makmum jika khotib sudah diatas mimbar. Biasanya sebelum
adzan dikumandangkan ketika khotib baru saja naik mimbar. Meski menjawab salam
dapat diwakili oleh orang lain (fardhu kifayah), alangkah baiknya jika kita
turut memberikan jawaban salam.
2. Menjawab adzan dan membaca do’a setelah adzan
Setiap kali adzan dikumandangkan, umat muslim dianjurkan
untuk diam dan menjawab setiap bacaan adzan, meski sedang melakukan aktifitas,
diusahakan berhenti sejenak dalam untuk menghargai muadzin yang melantunkan
adzan. Demikian ketika sedang duduk shalat jum’at, selepas khotib memberikan
salam, ada baiknya kita menjawab adzan dari muadzin dengan suara pelan disertai
membaca do’a setelah adzan.
3. Mengucapkaan shalawat atas Nabi Muhammad ‘saw’
(sallahaualaihiwassalam)
Dalam sebuah hadist, orang yang paling pelit didunia ini
adalah bukan orang yang tidak mensedekahkan hartanya melainkan orang yang tidak
menjawab shalawat jika nama Nabi Muhammad saw/Rasulullah saw. diucapkan. Pun demikian
jika khotib yang mengucapkannya. Minimal terdengar oleh telinga kita.
4. Membaca bacaan shalat (dalam hal ini Tahiyyatul Masjid)
Makmum yang datang terlambat masuk kedalam masjid karena berbagai
alasan, dianjurkan untuk melakukan shalat sunnah 2 rakaat tahiyyatul masjid
untuk menghormati masjid. Hal ini pernah disampaikan Rasulullah saw. kepada
sahabatnya yang telat datang ke masjid.
Selain itu, keimanan seseorang akan lengkap jika diucapkan
secara lisan, diyakinkan dalam hati dan dilakukan dalam perbuatan. Shalat tahiyyatul
masjid yang dimaksudkan diatas bukan hanya sekedar gerakan shalat 2 rakaat,
melainkan dengan bacaan dan pemaknaan/artinya. Tubuh kita pasti melakukan
gerakan shalat pada umumnya, hati kita menterjemahkan sekaligus meyakinkan
kehadiran Allah swt. dan mulut kita (dengan nada dan volume suara yang rendah)
melafalkan bacaan shalat (juga pada shalat yang lain). Minimal terdengar oleh
telinga sendiri.
5. Berdoa diantara 2 khutbah
Salah satu waktu yang paling mustajab (dikabulkan) untuk
berdo’a adalah ketika 2 khutbah (khotib turun seusai khutbah pertama dan bersiapkan
memberikan khutbah kedua). Alangkah baiknya jika kita berdo’a
sebanyak-banyaknya (beberapa masjid membacakan shalawat) dengan niat kepada Allah
swt. ucapan ini boleh disuarakan oleh makmum minimal terdengar oleh telinga
sendiri.
6. Sakit (batuk,
pilek, sesak nafas/asma)
Selanjutnya adalah sakit yang menimbulkan suara seperti
batuk, pilek, radang-dehem dan asma. Apabila sakit tersebut ditahan
memungkinkan akan memberikan mudharat yang lebih parah kepada penderitanya. Oleh
karena itu, sakit seperti itu bisa disuarakan, tentunya dengan volume yang dapat
ditahan atau ditutup masker/sapu tangan selama shalat jum’at berlangsung.
7. Suara lain
Adakalanya manusia lupa akan sesuatu yang dibawa menuju
masjid, terutama saat melakukan perjalanan. Adapun suara yang dapat diminimalisir
agar tidak gaduh/mengganggu jamaah yang lain diantaranya suara keropak berjalan,
plastik dalam saku, ponsel yang belum dinonaktifkan (harus segera di silent),
suara uang koin dalam saku, suara mainan dalam saku dan suara lainnya.
8. Meng-amin-kan bacaan do’a oleh khotib
Seusai memberikan 2 khutbah kepada para jamaah, khotib
menutupnya dengan bacaan do’a. Apapun yang dibacakan khotib, insyaa Allah adalah
perkataan dan do’a-do’a yang baik untuk umat muslim. Sebagai makmun dalam hal
ini diperbolehkan mengatakan “aamiin” untuk menjawab do’a khotib, minimal
terdengar oleh diri sendiri.
Demikian kurang lebih yang dapat saya simpulkan, anjuran yang
perlu dilakukan saat shalat jum’at berlangsung. Hindari hal-hal yang dapat
membatalkan shalat jum’at seperti datang terlambat dan mengobrol, sangat
disayangkan jika ibadah kita tidak dihitung karena kesalahan kita sendiri.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar