Jumat, 09 Januari 2015

Abu Nawas mencuri roti

Kisah Abu Nawas mencuri roti
Kamis, 8 Januari 2015
Inspirasi siang/kultum oleh: pak Nathiq (Aula SM)

Abu Nawas adalah seorang bujangan yang mempunyai kebiasaan baik dalam segala bentuk aktifitasnya, yaitu “mengucapkan basmalah sebelum melakukan sesuatu.” Suatu hari Abu Nawas mengalami kondisi yang amat sangat parah. Setelah terkena PHK dari pekerjaannya, Abu Nawas bertahan hidup dengan keadaan serba kekurangan. Disamping kondisi kuangannya yang semakin menipis, dia dihadapkan dengan kebutuhan ekonomi yang tidak ada toleransi untuknya salah satunya yaitu kebutuhan makan dan minum.
Roda kehidupan yang dialami Abu Nawas seolah seperti berada pada titik paling bawah yang semakin hari semakin memburuk, tidak ada satupun kabar baik untuk dirinya dari orang lain, sampai-sampai dia rela menekan dan mengganjalkan perutnya dengan batu yang diberi sabuk agar rasa laparnya dapat berkurang. Namun kondisi ini tidak memperbaiki keadaan yang menimpanya.
Dalam kondisi seperti itu, Abu Nawas yang terkenal sebagai anak solih dikampungnya, mulai mengemis kesetiap rumah, berharap mendapatkan sepeser uang dari orang lain untuk dia belikan makanan untuk dirinya. Hampir seharian dengan berkeliling dengan perut kosong, tidak ada seorangpun yang membukakan pintu untuknya, apalagi memberinya uang.
Setelah berusaha mencoba dengan cara yang halal, akhirnya dia menemukan sebuah rumah kosong yang terbuka jendelanya. Kain hordengnya terbuka dan tidak ada seorang pun yang menjawab salamnya. Diintipnya ruangan didalam rumah tersebut dari luar jendela dan dia mulai mencoba masuk untuk menghilangkan rasa penasarannya tersebut.
Tak jauh dari jendela dari tempat masuk, ada sebuah meja makan berukuran besar yang diatasnya banyak terdapat berbagai macam makanan yang sudah siap disajikan. Tak kuat menahan rasa laparnya, Abu Nawas mengambil sebuah roti seraya berucap basmalah.
“Bismillahirrahmanirrahiim…” Sambil dia gigit roti tersebut dimulutnya.
            Belum sempat terpotong roti curian  yang sempat dia gigit itu, dia mulai merasakan cemas, merinding dan khawatir akan perbuatannya tersebut dimata Allah swt. sehingga dia segera menyimpannya kembali dan beranjak pergi bertaubat meminta ampun kepada Allah swt. didalam sebuah mesjid.
Seusai melakukan shalat Ashar dan berdzikir kepada Allah swt. tiba-tiba ada seseorang dari belakangnya yang hendak mengajaknya berbicara serius kepada Abu Nawas. Setelah dia menoleh, barulah dia mengetahui bahwa orang itu adalah pak Ustad yang hendak menikahkan beliau dengan seseorang.
“Wahai Abu Nawas, maukah kamu menikahi seorang janda muda dari kampung ini?”
Dengan berbagai macam pertimbangan yang saling berbenturan dipikirannya, akhirnya Abu Nawas menyetujui permintaan tersebut. Seketika mesjid tersebut ramai didatangi masyarakat dan dilangsungkan akad nikah antara Abu Nawas dengan janda muda. Pernikahan itu berlangsung dengan cepat.
Abu Nawas dan janda muda akhirnya resmi menjadi pasangan suami istri. Sambil keluyungan tanpa bisa berfikir jernih, Abu Nawas diajak pulang kerumah janda muda untuk menyantap makan malam yang sudah disediakan oleh janda muda untuk dirinya dan keluarganya. Abu Nawas kaget melihat rumah istrinya yang ternyata rumah tersebut adalah rumah yang hendak dia curi makanannya karena kelaparan.
Melihat kondisi salah satu roti yang sudah tergigit, istri Abu Nawas kaget dan menggerutu tanpa ia ketahui pelakunya. Akhirnya Abu Nawas berkata jujur sejujur-jujurnya kepada istrinya tentang kondisi Abu Nawas beserta kondisi roti tersebut. Setelah semuanya telah dimaafkan, Abu Nawas menyantap habis makan malam yang sudah disediakan itu bersama istrinya.
***
            Nasib manusia yang dilakukannya sejak masih kecil bahkan sampai lansia, saling mempengaruhi kehidupan yang dialaminya, terutama perkataan dan perbuatannya semasa hidup. Orang yang latah dengan perkataan buruk akan selalu ditampilkannya ketika sedang tidur, beraktifitas maupun sakaratul maut. Begitu pula dengan kebaikan, beruntung Abu Nawas memiliki kebiasaan yang baik sehingga diakhir cerita dia bisa mendapatkan “happy ending” dengan mendapatkan makanan dan istri solihah. Lantas, bagaimana dengan kita?

            Kembali kita mereview perkataan pak Okwan bahwa apapun yang kita dapatkan tergantung pada Habits kita. Kalau kita ingin diperlakukan baik dan mendapatkan berbagai bentuk kebaikan, segeralah berbuat baik. Semoga kita meninggal dalam keadaan yang baik, khusnul khotimah. Amiin… 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar