Kisah Abu Nawas mencuri
roti
Kamis, 8 Januari 2015
Inspirasi siang/kultum oleh: pak Nathiq (Aula SM)
Abu Nawas adalah seorang bujangan
yang mempunyai kebiasaan baik dalam segala bentuk aktifitasnya, yaitu “mengucapkan basmalah sebelum melakukan
sesuatu.” Suatu hari Abu Nawas mengalami kondisi yang amat sangat parah.
Setelah terkena PHK dari pekerjaannya, Abu Nawas bertahan hidup dengan keadaan
serba kekurangan. Disamping kondisi kuangannya yang semakin menipis, dia
dihadapkan dengan kebutuhan ekonomi yang tidak ada toleransi untuknya salah
satunya yaitu kebutuhan makan dan minum.
Roda kehidupan yang dialami Abu Nawas
seolah seperti berada pada titik paling bawah yang semakin hari semakin
memburuk, tidak ada satupun kabar baik untuk dirinya dari orang lain,
sampai-sampai dia rela menekan dan mengganjalkan perutnya dengan batu yang
diberi sabuk agar rasa laparnya dapat berkurang. Namun kondisi ini tidak
memperbaiki keadaan yang menimpanya.
Dalam kondisi seperti itu, Abu Nawas
yang terkenal sebagai anak solih dikampungnya, mulai mengemis kesetiap rumah,
berharap mendapatkan sepeser uang dari orang lain untuk dia belikan makanan
untuk dirinya. Hampir seharian dengan berkeliling dengan perut kosong, tidak
ada seorangpun yang membukakan pintu untuknya, apalagi memberinya uang.
Setelah berusaha mencoba dengan cara
yang halal, akhirnya dia menemukan sebuah rumah kosong yang terbuka jendelanya.
Kain hordengnya terbuka dan tidak ada seorang pun yang menjawab salamnya.
Diintipnya ruangan didalam rumah tersebut dari luar jendela dan dia mulai
mencoba masuk untuk menghilangkan rasa penasarannya tersebut.
Tak jauh dari jendela dari tempat
masuk, ada sebuah meja makan berukuran besar yang diatasnya banyak terdapat
berbagai macam makanan yang sudah siap disajikan. Tak kuat menahan rasa
laparnya, Abu Nawas mengambil sebuah roti seraya berucap basmalah.
“Bismillahirrahmanirrahiim…” Sambil
dia gigit roti tersebut dimulutnya.
Belum sempat
terpotong roti curian yang sempat dia
gigit itu, dia mulai merasakan cemas, merinding dan khawatir akan perbuatannya
tersebut dimata Allah swt. sehingga dia segera menyimpannya kembali dan
beranjak pergi bertaubat meminta ampun kepada Allah swt. didalam sebuah mesjid.
Seusai melakukan shalat Ashar dan
berdzikir kepada Allah swt. tiba-tiba ada seseorang dari belakangnya yang
hendak mengajaknya berbicara serius kepada Abu Nawas. Setelah dia menoleh,
barulah dia mengetahui bahwa orang itu adalah pak Ustad yang hendak menikahkan
beliau dengan seseorang.
“Wahai Abu Nawas, maukah kamu
menikahi seorang janda muda dari kampung ini?”
Dengan berbagai macam pertimbangan
yang saling berbenturan dipikirannya, akhirnya Abu Nawas menyetujui permintaan
tersebut. Seketika mesjid tersebut ramai didatangi masyarakat dan dilangsungkan
akad nikah antara Abu Nawas dengan janda muda. Pernikahan itu berlangsung
dengan cepat.
Abu Nawas dan janda muda akhirnya
resmi menjadi pasangan suami istri. Sambil keluyungan tanpa bisa berfikir
jernih, Abu Nawas diajak pulang kerumah janda muda untuk menyantap makan malam
yang sudah disediakan oleh janda muda untuk dirinya dan keluarganya. Abu Nawas
kaget melihat rumah istrinya yang ternyata rumah tersebut adalah rumah yang
hendak dia curi makanannya karena kelaparan.
Melihat kondisi salah satu roti yang
sudah tergigit, istri Abu Nawas kaget dan menggerutu tanpa ia ketahui
pelakunya. Akhirnya Abu Nawas berkata jujur sejujur-jujurnya kepada istrinya
tentang kondisi Abu Nawas beserta kondisi roti tersebut. Setelah semuanya telah
dimaafkan, Abu Nawas menyantap habis makan malam yang sudah disediakan itu
bersama istrinya.
***
Nasib
manusia yang dilakukannya sejak masih kecil bahkan sampai lansia, saling
mempengaruhi kehidupan yang dialaminya, terutama perkataan dan perbuatannya semasa hidup. Orang yang latah dengan
perkataan buruk akan selalu ditampilkannya ketika sedang tidur, beraktifitas
maupun sakaratul maut. Begitu pula dengan kebaikan, beruntung Abu Nawas
memiliki kebiasaan yang baik sehingga diakhir cerita dia bisa mendapatkan “happy ending” dengan mendapatkan makanan
dan istri solihah. Lantas, bagaimana dengan kita?
Kembali kita
mereview perkataan pak Okwan bahwa
apapun yang kita dapatkan tergantung pada Habits
kita. Kalau kita ingin diperlakukan baik dan mendapatkan berbagai bentuk
kebaikan, segeralah berbuat baik. Semoga kita meninggal dalam keadaan yang
baik, khusnul khotimah. Amiin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar