Senin Spirit: “SUPIR BAJAJ yang MULIA”
Senin, 19 Januari 2015
Oleh: bu Diena Syarifa
Teman-teman
tahu bagaimana caranya kita meningkatkan kompetensi diri kita? Salah satu cara
yang menyenangkan adalah menonton film motivasi setiap malam akhir pekan (menjelang
libur) bersama keluarga). Itulah yang biasa dilakukan oleh bu Diena bersama
keluarga tercintanya, tidak hanya kedekatan yang diperoleh, ilmu barupun insyaa
Allah akan didapatkan. Ingat! Film motivasi... (bisa disarankan setiap kali
raker/berkumpul dengan teman-teman)
Mengapa judulnya supir bajaj? Kisah
ini diambil di Mumbai, India, ketika bu Diena melakukan perjalanan kesana untuk
melakukan study bersama teman-temannya. Sama seperti yang ditayangkan di
televisi, kondisi di India benar-benar penuh dengan sangat beragam kegiatan
yang ada disana. Dari sekian banyak petualangan seru yang dapat diamati disana,
langkah bu Diena justru terhenti disebuah area parkir bajaj, angkutan khas yang
berada di Mumbai.
Dari sekian banyak supir bajaj yang
menunggu penumpang datang dengan kegiatannya masing-masing, ada satu orang yang
sangat special dan berbeda dari supir kebanyakan. Seorang bapak-bapak yang
sudah separuh baya justru sibuk merapikan lapaknya sebelum menunggu penumpang
datang.
Tidak hanya itu, ditempatnya ada
beberapa tumpukan buku dan majalah ternama seperti TIME dan NATIONAL GEOGRAPHIC
untuk dia baca dan diperuntukan kepada orang lain yang menunggu. Area sekitar
bajaj miliknya, memiliki keunikan tersendiri sehingga bu Diena menghampiri
supir bajaj tersebut dan bercerita dengannya.
Ternyata, supir bajaj yang satu ini
merupakan mantan karyawan perusahaan terkemuka yang mengundurkan diri karena
perusahaan tempat dia bekerja mengalami kebangkrutan. Kebiasaan baik yang
pernah ia dapatkan ditempat kerjan sebelumnya, membuat ia menjadi orang yang
disiplin dan memahami aturan menejemen.
Sebagai orang yang berpendidikan, ia
tidak pernah berbuat curang selama menjadi supir bajaj. Berangkat pukul 08.00
dan pulang pukul 22.00 (jam 10 malam). Bisa dibayangkan, jobdesk dan incomenya
mungkin tidak sesuai dengan kompetensi yang ia miliki, namun beginilah hidup.
Ia justru sangat total menjadi supir bajaj sebagai salah satu langkahnya
mencari penghasilan hidup.
Disamping itu, setiap hari libur
(akhir pekan), ia selalu menjadwalkan dirinya untuk pergi ke panti jompo
perempuan untuk memberikan kepada mereka sedikit bingkisan/sembako berupa pasta
gigi, sikat gigi, sabun mandi dan shampo yang terjangkau harganya. Mengapa
jompo perempuan? Karena ia selalu terbayang ibunya.
Sulit dibayangkan, ada orang yang
berperilaku bijak terhadap kehidupannya untuk berbagi dengan orang lain.
Walaupun tidak banyak akan tetapi kegiatan ini rutin ia lakukan diakhir pekan.
Tidak hanya itu, di salah satu stiker di ‘ruang tunggu’ miliknya, tertuliskan:
“Diskon 50 % untuk lansia dan diskon 25 % kepada orang-orang cacat.”
Harga ini diperuntukkan kepada
pelanggan bajaj milikknya, adapun kekurangan-kekurangan tarif tersebut, ia
ambil dari pelanggan lain yang dirasa memiliki rizki lebih banyak (untuk memberikan
ongkos lebih kepadanya). Secara tidak langsung, ia sudah mempraktekkan sistem “subsidi silang” dalam lingkup yang
kecil dan sangat bermanfaat bagi orang lain.
Mendengar dari ceritanya, ia memiliki
pengetahuan yang cukup luas, ketika disinggung negara Indonesia, ia mengetahui
banyak tentang negara Indonesia meskipun dirinya belum pernah ke Indonesia.
Informasi yang ia ketahui ia dapatkan dari surat kabar/majalah yang dibacanya.
Yang membuat dirinya senang menjadi
supir bajaj (hampir 4 tahun lamanya), ia dapat berkomunikasi langsung dengan
pelanggan dan membantu mengantarkan orang lain sampai tujuannya. Salah satu
pekerjaan mulia karena jasanya tidak sia-sia menurutnya.
Dalam obrolannya tersebut, supir
bajaj itu sempat memperlihatkan kepada bu Diena tentang kantung plastik yang
hendak ia berikan kepada panti jompo. Beli barangnya secara dicicil tidak
langsung. Sederhana tetapi sangat luar
biasa. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari semua ini.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar