Senin Spirit: “Yang baik menurut kita belum tentu baik dimata
Allah swt.”
Oleh: pak Arief Rahmawan
Senin, 12 Januari 2015
Tepat pada
tanggal 11 Januari 2015, hari libur jatuh pada hari minggu. Peristiwa ini
banyak dimanfaatkan oleh orang-orang untuk melepas status lajangnya menuju pelaminan
dan saling menikah satu sama lain. Tak lupa, sebuah lagu dari band Gigi yaitu
11 Januari, penuh mewarnai jalanan sepanjang Bogor-Jakarta dengan hiasan janur
kuning disetiap simpangan jalan. Itulah yang kami (guru-guru SM) lihat ketika
melakukan undangan bu Indah di Tebet dan bu Leni di Megamendung. “Horeee,
selamat ya… semoga menjadi keluarga yang samara,” amiin.
Cerita inspirasi
pagi hari ini, tidak jauh berbeda temanya dengan momen nikahan yang berlangsung
diberbagai tempat. Bukan dari kami (pasukan SM yang menuju Tebet dan
Megamendung), melainkan dari pak Arief Rahmawan beserta keluarga besarnya yang
melakukan resepsi pernikahan salah satu saudaranya di daerah Senayan, Jakarta
Pusat.
Kisah ini
dimulai ketika keluarga pak Arief tiba dilokasi resepsi menjelang upacara
pernikahan berlangsung. Setibanya disana, pak Arief dan istrinya yang merupakan
bagian dari keluarga tersebut ditawari sewaan baju adat lengkap dengan
propertinya. Kebaya untuk perempuan dan jas ala jawa serta keris, blangkon dan
samping celana sempat ditawarkan oleh salah satu saudaranya istri pak Arief
untuk dikenakan bersama agar terlihat kompak oleh seluruh tamu undangan.
Awalnya beliau
sekeluarga merasa sungkan, karena banyak ruang gerak yang terbatasi (berjalan
seperti penguin) jikalau mereka menggunakan pakaian tersebut. Setelah dicarikan
oleh EO penyewaan pakaian, ternyata stock pakaian yang disewa tersebut sudah
habis ketersediaannya. Bersyukur karena hal semacam ini tidak sempat
ditindaklanjuti oleh pihak keluarga, alhasil pak Arief sekeluarga mengenakan
pakaian yang dipakainya dari rumah.
Upacara pernikahan
berlangsung dengan khidmat, semua mata tertuju pada kedua pengantin di tengah
podium. Menjelang pembacaan tilawah, tiba-tiba salah satu Pak De (sepupu dari
istri pak Arief) jatuh pingsan karena penyakit stroke yang dideritanya kambuh. Seketika
suasana menjadi gaduh dan dapat ditenangkan kembali oleh beberapa panitia
penyelenggara yang bertindak menangkan peserta undangan.
Pak Arief
yang melihat kejadian tersebut, dengan gesit langsung menghampiri korban yang
tergeletak dilantai untuk ditenangkan dan memberikan pertolongan pertama. Bersyukur
ada salah satu saudara perempuannya (yang merupakan seorang perawat), mengambil
alih penanganan tersebut untuk membuka jalan pernafasan sehingga korban dapat
tertolong. Melihat kondisi tersebut, pak Arief bergegas menuju parkiran mobil
dan mengambil mobilnya untuk membawa korban ke rumah sakit terdekat untuk
pertolongan lebih lanjut. Hal ini dilakukan karena tidak ada satupun pihak
keluarga yang berinisiatif mengambil kendaraan untuk menolong Pak De dari
gedung pernikahan tersebut.
Setelah korban digotong dan
dimasukkan kedalam mobil, pak Arief menuju kursi stir mobil untuk membawa
kendaraan tersebut. Dilihatnya ada istri dan anak Pak De sudah duduk dikursi
depan dengan niat mengantarkan suaminya. Merasakan kondisi yang kurang
mendukung, pak Arief meminta dengan santun kepada keluarganya agar digantikan
dengan orang lain yang sudah paham daerah Jakarta. Ternyata, istri dan
anak-anaknya korban berasal dari Semarang yang tidak mengetahui sama sekali
daerah Jakarta. Dengan sedikit penjelasan, akhirnya pihak keluarga legowo
keluar dari mobil dan digantikan dengan orang lain yang lebih mengetahui seluk
beluk Jakarta.
Alhamdulillah, Pak De dapat tertolong
oleh pihak rumah sakit dan sampai saat ini Pak De sudah dapat dipulangkan untuk
perawatan intensif dirumah. Dibalik kisah ini, ada maksud Allah swt. menetapkan
pak Arief tidak mengenakan pakaian adat. Dengan pakaian yang lebih santai, pak
Arief dapat leluasa bergerak terutama menolong saudaranya yang sedang sakit.
Mungkin akan lebih menarik kalau pak
Arief mengenakan pakaian adat, tetapi perlu kita renungkan bahwa, “SESUATU YANG
BAIK MENURUT KITA BELUM TENTU BAIK DIMATA ALLAH SWT. BEGITUPUN SEBALIKNYA.” Yang
pasti, Allah swt. akan memberikan ketetapan terbaik-Nya untuk kita semua.
Hikmah lain yang dapat kita petik
adalah kondisikan diri kita untuk selalu dalam keadan SIAP & SIGAP dalam keadaan
apapun dan jangan pernah panik untuk melakukan pertolongan pertama bagi siapa
saja yang membutuhkan.
Semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar