“PAK NATIQ SHOW”
JUM’AT, 23 JANUARI 2015
Inspirasi pagi
Oleh: Pak Natiq
Di Kampung
Pak Natiq, terdapat 2 orang penjual tape (peuyeum) yang berbeda usia. Yang satu
masih muda belia sekitar 30 tahunan sedangkan yang satunya sudah berusia 73
tahun. Keduanya tidak pernah bertemu pada waktu yang bersamaan (jadwalnya
berselang-seling), seandainya hari senin yang berkeliling itu pedagang yang
sudah uzur, hari selanjutnya anak muda dan lusa kembali pada orang yang lebih
tua, begitu seterusnya.
Meskipun mempunyai
barang dagangan yang sama, mereka menggunakan media yang berbeda. Orang tua
menggunakan gerobak dengan laci kaca diatasnya (etalase kecil) untuk menyimpan
seluruh tapenya. Sedangkan anak muda menggunakan sepeda dengan dua keranjang
besar dibagian sisi belakangnya.
Asal punya
usul, setelah banyak orang mempertanyakan mereka, akhirnya diketahuilah bahwa
hubungan mereka merupakan ayah dan anak. Setiap hari mereka (secara berseling)
selalu berdagang melewati tempat kediaman pak Natiq, menggunakan tape yang sama
bentuknya, rasanya bahkan bahan bakunya, satu keluarga yang membuatnya saling
bekerjasama.
Perbedaannya,
satu dari mereka lebih beruntung dari yang lain. Tapenya selalu habis atau
bersisa ¼ dari jumlah keseluruhan sedangkan yang satunya lebih sering menyisa
bahkan tidak terjual sama sekali. Siapakah orang yang lebih beruntung tersebut?
Yap, orang
yang beruntung itu adalah ayah dari pemuda penjual tape, penjual tape yang
sudah terlihat renta dengan lipatan-lipatan keriput dibagian mukanya. Apakah
penyebabnya? Apakah karena konsumen iba melihat kondisinya? Sedangkan terhadap
pemuda masih banyak memberikan toleransi. Atau karena alasan lain?
Penyebabnya
adalah karena pedagang tua tersebut memberikan lebih dari yang diminta.
Keramahannya memikat banyak pembeli sehingga ia disegani oleh masyarakat.
Mulutnya selalu berkomat-kamit bercerita banyak hal setiap transaksi
berlangsung. Itulah yang membedakannya, perilaku dan akhlaq yang dimilikinya.
Pernah suatu
hari pak Natiq membeli tape milik pedagang tua seharga Rp 3.000,- dengan uang
Rp 50.000,- Hebatnya banyak sekali uang hasil penjualannya mulai dari seribu
sampai seratus ribu. Segepok uang yang diikat dengan karet gelang tersebut,
membuat pak Natiq terkejut, “serius itu uang?”
Bagaimana
tidak uang kembalian yang terbilang cukup besar, tidak ditepis olehnya dengan
pertanyaan, “apa ada uang receh?” yang ada dipikiran pak Natiq. Sigap tanpa
berkomentar memberikan kembaliannya.
Tidak hanya
itu, pedagang tua tersebut ikut bermain bersama anak pak Natiq, bahkan sampai
bermain, menggendong dan membacakan surat Al-Qadr ditelinganya (mungkin kalau
membeli tape sebanyak Rp 100.000,- mungkin pak Natiq sudah dishalatkan kali ya,
wkwkk). Itulah yang membuat pak Natiq kagum terhadapnya juga orang lain.
Intinya,
keramahan dalam berdagang harus lebih diutamakan dibandingkan kepribadian kita.
Akhlaq yang mulia lebih baik ketimbang kelebihan produk yang kita miliki.
Itulah hebatnya “akhlaq yang baik” dapat memberikan pemiliknya keuntungan.
TEBAR SALAM: “SPIRIT”
10.00 – 11.00
Mengapa
Chandra menjadi orang pertama yang dapat meniup balon sampai pecah? Satu hal
keran ia melakukan hal tersebut dengan khusyuk dan bersungguh-sungguh. Hal
apapun yang kita lakukan dengan bersungguh-sungguh, insyaa Allah kita
dimudahkan dalam melakukan kegiatan.
Disamping
bersungguh-sungguh, kita juga harus kaffah (menyeluruh) dalam melaksanakan
keimanan kita. Ingat kisah Nabi Yusuf as. yang kaffah menyembah Allah swt.
ketika diajak berzina oleh Zulaiha sampai baju belakangnya robek ketika ia
pergi kabur meninggalkan Zulaiha.
Bersyukurlah
teman-teman yang sudah dilahirkan dalam keadaan Islam. Total dalam beribadah
harus kita miliki agar kita dapat memasuki surga Firdaus diakhirat kelak, surga
yang derajatnya paling tinggi diantara surga-surga yang lain.
HADIST ARBAIN
16.00 – 17.00
(gak ikut sesinya)
“Hadist nomor 1 tentang niat, innamal awwalun binniyyat…
segala sesuatu itu tergantung pada niatnya…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar