#ProudToBeSALAM
Selasa, 25 November 2014
Pagi ini aku memulai hari dengan
kegiatan pagi, menggeluti aktifitas seperti biasanya tanpa kesan sama sekali.
Mulai dari mandi, shalat subuh, olahraga pagi, sarapan dan melakukan persiapan
untuk berangkat ke sekolah, SM Sekolah Alam Bogor. Bukan sebagai murid yang
hendak mencari ilmu melainkan menjadi seorang guru yang akan memberikan ilmu,
lupa bahwa hari ini adalah hari guru. Aku berpamitan dengan ibu dan kakakku
dirumah, meminta restu dan do’a agar mendapatkan kebaikan selama bekerja, tidak
mendengar atau mengalami hal-hal yang tidak diinginkan ketika melakukan
kegiatan disekolah. Maklum, orang tua memang selalu khawatir menjelang
kepergian anaknya, ya begitulah yang aku rasakan selama ini.
Diperjalanan, seperti biasa aku
menggerakan mulutku selama berkendara sepeda motor, bukan untuk mengoceh
melainkan untuk bermurajaah hafalan surat pendek, terutama juz 30 yang
belakangan ini banyak yang lupa dari ingatanku. Lantunan ayat suci yang terus
mengalir seiring berputarnya roda sepeda motor yang aku bawa menuju kesekolah
tiba-tiba terhenti ketika melihat kerumunan orang disekitar kampus AKA yang
menyebabkan jalanan macet total. Khawatir tertahan disana dalam waktu yang
cukup lama, aku mengalihkan jalur yang ku tempuh melalui Taman Kenari-Tari
Kolot-Rambay dan lurus terus sampai aku keluar di Taman Seruni. Meskipun
perjalanan yang ditempuh lebih lama, aku merasa senang karena kondisinya lancar
dan berhasil membawaku sampai ke SM pada pukul 07.29 WIB. Waktu yang lebih lama
dari biasanya, entahlah mungkin takdir Allah harus membuatku mengambil
keputusan tersebut atau ada hal lain, padahal bisa saja aku menunggu kemacetan
di kampus AKA tadi. Hmmm…
Melihat guru-guru berbaris melakukan
penyambutan (welcoming), tiba-tiba aku teringat kondisi dirumah saat
menyaksikan tayangan ditelevisi, banyak berita pernikahan seputar Rafi-Gita
yang selalu diputar-putar dengan tema yang sama. Ketika kakakku mengganti
channel, ada beberapa liputan yang membahas tentang hari PGRI. Saat itu juga aku
tersentak dan mulai menyadari bahwa hari ini adalah hari guru nasional. Disaat
yang bersamaan aku mulai “eungeuh” dengan liburnya sepupu-sepupuku dirumah
(yang berada sekolah negeri) bahwa mereka diliburkan karena mungkin
guru-gurunya melakukan upacara tahunan. Terhubung semua ingatan aku tentang
hari guru yang pernah aku alami sebelum-sebelumnya, baik itu di SD, SMP, SMA
bahkan di LSC. Terpikirkan bahwa hari ini sepertinya akan ada bagi-bagi pin
oleh menejemen kepada SDM seperti tahun-tahun sebelumnya.
Pandanganku kembali usut saat aku
melakukan check in dan bersalam-salaman dengan teman-teman guru di SM. Aku
disambut oleh 8 guru yang berbaris di depan pos security dengan suasana hati
yang (tidak seperti biasanya) sangat cerah dan senyum manis dari raut wajah
mereka. Serentak mereka mengucapkan, “selamat hari guru pak Dhinar!” Sambutan
yang berbeda dari sebelumnya, demi memperingati hari guru yang spesial ini.
Setelah aku melakukan finger print dan bersalaman dengan semua, aku turut
berpartisipasi membuat barisan baru ditengah-tengah mereka dan melakukan hal
yang sama kepada guru lain yang baru tiba di SM. Aku juga menemui pak Agus dan
ibu komite yang sedang duduk-duduk di sekitar ruang admin. Sepertinya akan
diselenggarakan apel layaknya senin spirit, dan ternyata dugaanku tepat. Pak
Okwan mengambil instruksi dan meminta kami berbaris dilapangan (dalam satu
barisan) yang menghadap ke aula SM.
“Ini baru permulaan dari sebuah kisah menarik yang telah
terjadi hari ini, apa yang akan terjadi selanjutnya…?”
Setelah pak Okwan membuka pertemuan
tersebut, kami mendengarkan inspirasi dari pak Agus seputar hari guru. Tak lupa
ucapan permohonan maaf dan terimakasih disampaikan oleh beliau yang diucapkan
serupa oleh ibu komite. Pertemuan ditutup dengan menyanyikan lagu hymne guru. Kak
Azka dan kawan-kawan SM 3 yang semula sibuk mempersiapkan keyboard, ternyata mereka
mainkan untuk mengiringi lagu yang kami nyanyikan. Suasana yang pada awalnya
sepi, karena aku kiira mungkin anak-anak sudah melakukan do’a pagi dengan
mandiri tanpa diawasi oleh wali kelas atau fasilitator lain, seketika menjadi
haru.
“Terpujilah wahai engkau Ibu-Bapak Guru
Namamu akan selalu hidup,
Dalam sanubariku…
Semua baktimu akan kuukir,
didalam hatiku…
S'bagai prasasti terimakasihku
'tuk pengabdianmu…
Engkau bagai pelita dalam kegelapan,
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan,
Engkau patriot pahlawan bangsa… tanpa tanda jasa”
Ditengah lirik yang kami nyanyikan
(meskipun tidak semua menghafalnya). Tiba-tiba siswa-siswi SM menghampiri kami
yang tengah berbaris dilapangan. Aunal yang membawa kue, dan siswa lain membawa
bunga mawar dan botol minum, membuat haru suasana saat itu. “Kejutan macam apa
ini?” tanyaku dalam hati. Entah mengapa air mata mengalir melihat wajah-wajah
mereka dihadapan kami. “Apa aku seorang guru?” teriakku dalam hati, seolah
tidak percaya dengan apa-apa yang terjadi dihari itu.
Cengeng? Tidak, perasaan itu mengalir
begitu saja tanpa ada emosi lain yang menghalangi. Rasa haru meluap dan membuat
kami guru-guru menitikkan air mata dihapan muridnya sendiri. Disertai dengan
pemberian bunga mawar kepada guru-guru dari mereka kepada kami. Seribu satu
perasaan hadir pada saat itu. Semua dugaan dan prasangka akan hari guru di
tepis begitu saja, lirik hymne-guru terhenti dalam nuansa keramaian saat itu,
sementara musik tetap mengiringi.
Acara dilanjutkan dengan mendengarkan
sambutan dari Galih selaku ketua OSIS SM. Mewakili siswa dan siswi yang lain,
Galih mengucapkan kesan-kesannya kepada kami disertakan pula ucapan terimakasih
dan permohonan maaf atas semua yang telah kami lalui.
Selesai mendengarkan kesan-kesan dari
Galih, perasaan kami digiring kepada sebuah testimony yang telah di
akumulasikan datanya dari siswa dan siswi SM terkait guru favorit idola mereka.
Aku tidak begitu yakin dengan sesi ini karena masih banyak fasilitator yang
lebih senior dan layak mendapatkannya. Singkat cerita, guru favorit dan staf di
raih oleh pak Natiq dan pak Awang (Horeeee, selamat yaaa…). Bergegas pak Natiq
menyampaikan kesan-kesannya dan ditutup dengan do’a.
Tidak banyak yang dapat aku tuliskan
disini, setidaknya aku berharap semoga pengalaman ini dapat memberikan manfaat
untuk orang lain. Pertemuan yang luar biasa itu diakhiri dengan kalimat penutup
oleh pak Agus dan pembacaan do’a.
“Guru merupakan profesi yang amat mulia.”
Selamat hari guru! :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar