Rabu, 28 Januari 2015

Proud To Be SALAM

#ProudToBeSALAM
Selasa, 25 November 2014

Pagi ini aku memulai hari dengan kegiatan pagi, menggeluti aktifitas seperti biasanya tanpa kesan sama sekali. Mulai dari mandi, shalat subuh, olahraga pagi, sarapan dan melakukan persiapan untuk berangkat ke sekolah, SM Sekolah Alam Bogor. Bukan sebagai murid yang hendak mencari ilmu melainkan menjadi seorang guru yang akan memberikan ilmu, lupa bahwa hari ini adalah hari guru. Aku berpamitan dengan ibu dan kakakku dirumah, meminta restu dan do’a agar mendapatkan kebaikan selama bekerja, tidak mendengar atau mengalami hal-hal yang tidak diinginkan ketika melakukan kegiatan disekolah. Maklum, orang tua memang selalu khawatir menjelang kepergian anaknya, ya begitulah yang aku rasakan selama ini.
Diperjalanan, seperti biasa aku menggerakan mulutku selama berkendara sepeda motor, bukan untuk mengoceh melainkan untuk bermurajaah hafalan surat pendek, terutama juz 30 yang belakangan ini banyak yang lupa dari ingatanku. Lantunan ayat suci yang terus mengalir seiring berputarnya roda sepeda motor yang aku bawa menuju kesekolah tiba-tiba terhenti ketika melihat kerumunan orang disekitar kampus AKA yang menyebabkan jalanan macet total. Khawatir tertahan disana dalam waktu yang cukup lama, aku mengalihkan jalur yang ku tempuh melalui Taman Kenari-Tari Kolot-Rambay dan lurus terus sampai aku keluar di Taman Seruni. Meskipun perjalanan yang ditempuh lebih lama, aku merasa senang karena kondisinya lancar dan berhasil membawaku sampai ke SM pada pukul 07.29 WIB. Waktu yang lebih lama dari biasanya, entahlah mungkin takdir Allah harus membuatku mengambil keputusan tersebut atau ada hal lain, padahal bisa saja aku menunggu kemacetan di kampus AKA tadi. Hmmm…
Melihat guru-guru berbaris melakukan penyambutan (welcoming), tiba-tiba aku teringat kondisi dirumah saat menyaksikan tayangan ditelevisi, banyak berita pernikahan seputar Rafi-Gita yang selalu diputar-putar dengan tema yang sama. Ketika kakakku mengganti channel, ada beberapa liputan yang membahas tentang hari PGRI. Saat itu juga aku tersentak dan mulai menyadari bahwa hari ini adalah hari guru nasional. Disaat yang bersamaan aku mulai “eungeuh” dengan liburnya sepupu-sepupuku dirumah (yang berada sekolah negeri) bahwa mereka diliburkan karena mungkin guru-gurunya melakukan upacara tahunan. Terhubung semua ingatan aku tentang hari guru yang pernah aku alami sebelum-sebelumnya, baik itu di SD, SMP, SMA bahkan di LSC. Terpikirkan bahwa hari ini sepertinya akan ada bagi-bagi pin oleh menejemen kepada SDM seperti tahun-tahun sebelumnya.
Pandanganku kembali usut saat aku melakukan check in dan bersalam-salaman dengan teman-teman guru di SM. Aku disambut oleh 8 guru yang berbaris di depan pos security dengan suasana hati yang (tidak seperti biasanya) sangat cerah dan senyum manis dari raut wajah mereka. Serentak mereka mengucapkan, “selamat hari guru pak Dhinar!” Sambutan yang berbeda dari sebelumnya, demi memperingati hari guru yang spesial ini. Setelah aku melakukan finger print dan bersalaman dengan semua, aku turut berpartisipasi membuat barisan baru ditengah-tengah mereka dan melakukan hal yang sama kepada guru lain yang baru tiba di SM. Aku juga menemui pak Agus dan ibu komite yang sedang duduk-duduk di sekitar ruang admin. Sepertinya akan diselenggarakan apel layaknya senin spirit, dan ternyata dugaanku tepat. Pak Okwan mengambil instruksi dan meminta kami berbaris dilapangan (dalam satu barisan) yang menghadap ke aula SM.
“Ini baru permulaan dari sebuah kisah menarik yang telah terjadi hari ini, apa yang akan terjadi selanjutnya…?”
Setelah pak Okwan membuka pertemuan tersebut, kami mendengarkan inspirasi dari pak Agus seputar hari guru. Tak lupa ucapan permohonan maaf dan terimakasih disampaikan oleh beliau yang diucapkan serupa oleh ibu komite. Pertemuan ditutup dengan menyanyikan lagu hymne guru. Kak Azka dan kawan-kawan SM 3 yang semula sibuk mempersiapkan keyboard, ternyata mereka mainkan untuk mengiringi lagu yang kami nyanyikan. Suasana yang pada awalnya sepi, karena aku kiira mungkin anak-anak sudah melakukan do’a pagi dengan mandiri tanpa diawasi oleh wali kelas atau fasilitator lain, seketika menjadi haru.
 “Terpujilah wahai engkau Ibu-Bapak Guru
Namamu akan selalu hidup,
Dalam sanubariku…
Semua baktimu akan kuukir,
didalam hatiku…
S'bagai prasasti terimakasihku
'tuk pengabdianmu…
Engkau bagai pelita dalam kegelapan,
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan,
Engkau patriot pahlawan bangsa… tanpa tanda jasa”
Ditengah lirik yang kami nyanyikan (meskipun tidak semua menghafalnya). Tiba-tiba siswa-siswi SM menghampiri kami yang tengah berbaris dilapangan. Aunal yang membawa kue, dan siswa lain membawa bunga mawar dan botol minum, membuat haru suasana saat itu. “Kejutan macam apa ini?” tanyaku dalam hati. Entah mengapa air mata mengalir melihat wajah-wajah mereka dihadapan kami. “Apa aku seorang guru?” teriakku dalam hati, seolah tidak percaya dengan apa-apa yang terjadi dihari itu.
Cengeng? Tidak, perasaan itu mengalir begitu saja tanpa ada emosi lain yang menghalangi. Rasa haru meluap dan membuat kami guru-guru menitikkan air mata dihapan muridnya sendiri. Disertai dengan pemberian bunga mawar kepada guru-guru dari mereka kepada kami. Seribu satu perasaan hadir pada saat itu. Semua dugaan dan prasangka akan hari guru di tepis begitu saja, lirik hymne-guru terhenti dalam nuansa keramaian saat itu, sementara musik tetap mengiringi.
Acara dilanjutkan dengan mendengarkan sambutan dari Galih selaku ketua OSIS SM. Mewakili siswa dan siswi yang lain, Galih mengucapkan kesan-kesannya kepada kami disertakan pula ucapan terimakasih dan permohonan maaf atas semua yang telah kami lalui.
Selesai mendengarkan kesan-kesan dari Galih, perasaan kami digiring kepada sebuah testimony yang telah di akumulasikan datanya dari siswa dan siswi SM terkait guru favorit idola mereka. Aku tidak begitu yakin dengan sesi ini karena masih banyak fasilitator yang lebih senior dan layak mendapatkannya. Singkat cerita, guru favorit dan staf di raih oleh pak Natiq dan pak Awang (Horeeee, selamat yaaa…). Bergegas pak Natiq menyampaikan kesan-kesannya dan ditutup dengan do’a.
Tidak banyak yang dapat aku tuliskan disini, setidaknya aku berharap semoga pengalaman ini dapat memberikan manfaat untuk orang lain. Pertemuan yang luar biasa itu diakhiri dengan kalimat penutup oleh pak Agus dan pembacaan do’a.
“Guru merupakan profesi yang amat mulia.”


Selamat hari guru! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar