Cerpen 5: Kandang Plastik Atika…
Sampah! Dimana-mana sampah. Sudah tidak asing bagi kita semua
kalau sampah terutama sampah plastik menjadi pemandangan yang lumrah yang
mengganggu kebersihan lingkungan. Diantara miliyaran orang didunia ini, justru
hanya segelintir orang yang peduli akan kebersihan lingkungan, salah satunya
adalah Atika.
Atika adalah seorang mahasiswi yang tengah kuliah semester 6
di salah satu universitas di Indonesia. Jurusan yang diambil Atika adalah
arsitektur landscape karena ia sangat senang dengan menggambar, terutama tata
letak dan sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Ia bercita-cita menjadi
seorang pemimpin suatu kota, terutama tempat ia dilahirkan, Kota Bogor.
Antara Atika dan sampah, ada kisah menarik yang membuatnya
menjadi branding yang dikenal banyak publik, terutama teman-teman kampusnya
sehingga ia menjadi duta sahabat lingkungan di tempat kuliahnya. Passionnya
terhadap lingkungan, membuat Atika sangat kritis terhadap kebersihan
dilingkungannya. Sejak kecil ia selalu risih dengan keberadaan sampah sehingga
hidupnya begitu resik dan selalu memungut sampah yang berserakan dan
membuangnya ke tempat sampah terdekat.
Hobinya adalah mengantogi sampah. Dimanapun ia berada, Atika
selalu memberikan kontribusi terkait kebersihan lingkungan. Baik ketika sedang
berada dikampus, di mall, di taman, maupun tempat yang lainnya. Sebagian
temannya memperolok Atika sebagai ‘pemulung’ akan tetapi Atika menghiraukan
anggapan tersebut dan tetap konsisten pada perbuatan baiknya.
***
Diantara sejuta sampah yang bermunculan dihadapan Atika, ada
1 sampah yang menjadi konsentrasinya yaitu sampah botol plastik. Atika sangat
menyayangkan terhadap pihak terkait segala jenis minuman yang menggunakan botol
plastik satu kali pakai demi kepentingan materi belaka tanpa memperhatikan
limbah yang dibuatnya. Bayangkan saja, hanya bermodalkan Rp 2.000,-, seseorang
mendapatkan air minum dalam kemasan yang digunakan satu kali, setelah itu
dibuang.
Perjalanan sampah yang tidak jelas dinegeri ini menjadi salah
satu hal yang dikritisi oleh Atika. Botol plastik yang telah digunakan
tersebut, baik dibuang sembarangan maupun dibuang ketempat sampah hasilnya sama
saja. Yang berserakan dijalanan tentu membuat lingkungan menjadi kotor,
sedangkan sampah yang berada ditempat sampah, endingnya masuk ke Galuga dan
menumpuk disana. Adapun pengepul sampah, hanya tertarik pada sampah yang masih
utuh dan bersih kondisinya. Hm…
Asal punya usul, setelah berfikir sedemikian rupa, Atika
menemukan cara bijak untuk mengelola sampah. Awalnya ia hanya coba-coba
mengumpulkan bekas botol plastik dirumahnya, setelah terkumpul cukup banyak, ia
mencoba menempelkan botol-botol tersebut menjadi sebuah kerajinan baru, yaitu
kandang kucing dari botol bekas. Dengan bermodalkan sampah dan lem tembak, Atika
membuat rumah kecil untuk peliharaannya dirumah.
Setelah selesai dengan project pertamanya, Atika mengabadikan
karyanya itu dengan memotretnya dan menggunakan hasil karyanya disamping rumah.
Sesuai dengan tujuannya, kucing peliharannya akhirnya mau menempati kandang
plastik tersebut.
Semua membutuhkan proses, kandang yang ia buat ternyata masih
memiliki kekurangan disana-sini. Ketika angin bertiup kencang, kandang miliknya
menjadi reot/bergoyang, belum lagi ditambah guyuran air hujan yang selalu membasahi
kota hujan, membuat kandangnya menjadi rusak berantakan.
Perjuangannya tidak berhenti disana, ia terus memodifikasi
hasil karyanya dengan berbagai sentuhan kerajinan yang membuat kandang botol
tersebut menjadi semakin kuat dan kokoh. Atika selalu mencatat kekurangan dan
mengevaluasinya sehingga kerajinannya tersebut menjadi semakin matang. Alhasil,
kandang kucing miliknya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Selesai dengan project pertamanya, Atika melanjutkan
kreatifitasnya menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual yang tinggi.
Bermodalkan sampah botol plastik, ia membuat usaha bisnis yang memanfaatkan
limbah yang ternyata masih bisa dimanfaatkan dan didaur ulang.
Setamat kuliah, Atika menjadi senang dengan hobinya membuat
variasi kandang dari sampah plastik. Orang-orang mulai tertarik dengan usaha
yang dilakukan Atika dan ikut bergabung menjadi bagian pegawainya. Banyak
teman-temannya yang dulu membicarakan tingkah Atika, kini menjadi pengagum
berat Atika karena telah menjadi pahlawan lingkungan.
Atika bersyukur atas apa yang telah dikaruniai Tuhan
kepadanya. Bermodalkan kreatifitas dan sampah yang berserakan, ia menjadi
pengusaha sukses di kota tempat kelahirannya. Banyak penghargaan yang Atika
dapatkan dari berbagai macam kategori. Tak lupa untuk berkontribusi lebih, ia
selalu memberikan ilmunya tersebut secara cuma-cuma ke instansi dan
kampus-kampus lain sebagai pembicara. Atika juga selalu menyisihkan
pendapatannya untuk didonasikan kepada warga yang belum mampu. Atika berharap
bisa membuat jumlah sampah dinegeri ini menjadi 0, alias tidak ada sampah.
Bogor, 26 Juni 2016
#dhinar #cerpen #cerpenorisinil #orisinil #1000cerpen #hobi #bogor
#penulis #fiksi #imajinasi #mimpi #kreatif #karya #inovatif #sampah #kandang #atika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar