Cerpen 4 Perjanalan menakutkan!
Suatu sore, aku naik kereta dengan destinasi yang cukup jauh.
Entah apa nama tujuan yang akan aku singgahi, aku mengikuti jalur rel tanpa
ditemani siapapun. Didalam sebuah gerbong sepi, hanya ada aku, seorang pria
yang sedang tidur dan sesosok pria lain yan mirip dengan alm. Kakekku. Suasana
didalam kereta tersebut sangat mencekam, hanya terdengar suara gesekan roda dan
rel sepanjang perjalanan, tanpa ada suara lain yang menyentuh telingaku.
Seseorang yang mirip dengan alm. Kakekku, duduk dipojok dekat
dengan pintu penghubung gerbong. Selama duduk, ia selalu mengawasi gerak-gerik
tubuhku dan sesekali memanggilku untuk duduk disebelahnya. Sedangkan pria
satunya tidur dalam keadaan tengkurap sehingga memakan banyak tempat duduk
untuk ditumpangi orang lain.
Setelah kereta berhenti distasiun hutan (tempat pemberhentian
yang langsung menuju hutan), aku turun sambil membawa roti tawar yang selalu
aku genggam selama perjalanan. Entah apa yang aku tuju dalam perjalanan
tersebut. Setelah melangkahkan kaki turun dari kereta, kereta tersebut kembali
berjalan dan meninggalkanku sendiri ditempat itu.
Bingung? Ya, aku tidak tahu harus kemana untuk pergi
sekaligus untuk beristirahat. Senja perlahan menjadi malam, ditengah gelapnya
suasana maghrib aku yang sedang sendiri segera mengambil tindakan untuk mencari
tempat penginapan yang mungkin berada didalam hutan. Sangat seram sekali.
Bermodalkan senter dan jalan setapak yang mungkin sebagai
akses pejalan kaki lalu lalang, aku terus mengikuti jalan tersebut terus dan
terus. Sesekali aku makan roti tawar demi menjaga isi perut agar tetap terisi
dan terbebas dari rasa lapar yang menghantui.
Sekitar 30 menit aku berjalan, aku menemui sebuah simpangan
pertigaan. Betapa kagetnya aku ketika menemui 2 orang pria berpakaian tentara
jadul, layaknya prajurit zaman perang, seragam hijau polos dengan sedikit
atribut terpasang dipakaian 2 orang tersebut. 1 diantara mereka hanya diam
menatapku dan satunya memberi isyarat kepadaku untuk berjalan ke arah kanan,
tangannya menunjuk sesuatu sambil mengarahkan jalan kepadaku tanpa mengatakan
sepatah katapun. Aku semakin kaget dan takut luar biasa.
Segera aku berpamitan kepada 2 orang tersebut dan segera
berlari ke arah yang diberitahukan oleh prajurit tersebut. Mungkin ada maksud
baik tersirat dari pesannya tersebut, entahlah. Aku hanya terus mengira-ngira
dan terus berdo’a agar diberikan jalan yang benar dan segera keluar dari hutan
yang gelap gulita tersebut.
Tidak hanya takut pada arwah/penampakan setan yang mengganggu,
aku juga takut akan kehadiran manusia jahat yang mungkin bisa saja membegalku
lalu membunuhku. Sungguh, aku tidak dapat berfikir jernih waktu itu. yang dapat
aku lakukan hanyalah terus berjalan dan berjalan tanpa mengenal lelah. Sesekali
aku tengok kebelakang untuk melihat 2 orang prajurit tersebut, ternyata mereka
sudah tidak ada.
Lama aku berjalan didalam kegelapan malam, akhirnya aku
menemukan sebuah desa dengan konsep alamiah dan sederhana. Bangunannya terbuat
dari bilik bambu dan kayu beratapkan erang-erang layaknya bangunan zaman
dahulu. Mungkin aku sudah melewati perjalanan waktu sehingga aku bisa berada
disana. Aku masih belum memahami atas apa yang sebenarnya terjadi.
Didekat tebing, dibuat tangga dengan beberapa lubang yang
keluar mata air jernih dari dalam lubang tersebut. Suasana mulai terang dengan
pencahayaan lilin dan obor disetiap sudut jalan. Sepi. Tidak ada orang sama
sekali didalam desa tersebut.
Jalan setapak didesa tersebut ada yang lebar dan ada juga
yang sempit. Aku berusaha mencari seseorang yang mungkin dapat membantuku
terkait apa yang sebenarnya terjadi. Aku terus mencari demi mendapatkan
kebenaran. Akan tetapi hasilnya nihil. Setelah selesai aku kelilingi, tidak ada
seorang pun yang datang menghampiri dan tidak ada seorang pun yang aku temui.
Lantas siapa yang menyalakan obor? Bingung dan takut terus menyelimuti.
Dalam kondisi kebingungan yang tiada batas, aku segera
berwudhu dari lubang yang memancarkan air tersebut dan melakukan shalat
maghrib-isya jama’ munfarid. Aku tahu satu hal, mungkin karena aku belum
shalat, maka akal pikiranku selalu dihantui, bahkan berada dalam ruang abstrak
yang sulit digambarkan.
Selesai shalat, aku bermunajat dan berdo’a kepada Allah swt.
untuk diselamatkan dari marabahaya dan dibantu untuk bisa kembali pulang
kerumah. Setelah puas aku melampiaskan isi hati, aku tertidur layaknya orang
yang keletihan. Setelah itu tinggalah gelap.
***
Entah berapa lama aku tertidur, tiba-tiba aku terbangun
dikursi tamu rumah ua-ku. Aku diingatkan untuk cuci muka dan persiapan makan
siang. Aku tersadar bahwa itu semua hanyalah mimpi. Sungguh aneh mimpi yang
baru saja aku alami tersebut, seolah tampak seperti nyata. Intinya, segala
sesuatu itu milik Allah swt. dan hanya dengan mengingatNya (shalat dan
bermunajat) hati kita menjadi tenang. Jangan lupa berdo’a sebelum tidur.
Bogor, 2015
#dhinar #cerpen #cerpenorisinil #orisinil #1000cerpen #hobi #bogor
#penulis #fiksi #imajinasi #mimpi #kreatif #karya #inovatif #gelap #seram #perjalanan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar