Ada yang terlewat!
Oleh: Muhammad Dhinar Zulfiqar
“Alhamdulillah
sudah ada 10 juta di dalam rekening, uang yang sudah lama aku kumpulkan sejak
masih kuliah dulu. Akan aku gunakan sebaik mungkin, yang pasti ini tabunganku
untuk menikah.” Ucap Leo seorang pegawai bank yang sudah hampir 1 tahun lulus
setelah mendapatkan gelar sarjananya.
Niat
baiknya tersebut tidak disertakan dengan ikhtiar yang maksimal. Sifatnya yang
sangat pemalu terutama didepan perempuan, membuat dirinya belum pernah
samasekali mempunyai pengalaman dalam bercinta. Kehidupannya yang mandiri
selalu ditemani dengan indah bersama teman-temannya selama kuliah di Bogor.
Dengan
tekad yang bulat, akhirnya ia mulai merencanakan anggaran dari keseluruhan
uangnya tersebut untuk menikah. Setelah dihitung cukup, akhirnya ia memulai
pergerakannya dengan sangat hati-hati.
Pertama,
ia menemui tukang sewa tenda dan mulai melihat-lihat sekaligus memesan tenda
yang akan disewanya kelak. Sesuai dengan anggaran, Leo tidak meminta tenda yang
begitu mewah melainkan yang biasa saja. Rencananya ia akan menikah ditempat kos
tempat ia tinggal selama ini.
Selanjutnya
Leo pergi menemui KUA untuk menjadwalkan pernikahannya bersama pak penghulu.
Akhirnya mereka sepakat untuk melakukan ijab-kabul tepat pada hari minggu di
akhir bulan ini. Kurang lebih masih ada 2 minggu lagi menuju pelaminannya.
Rasanya begitu deg-degan, membuat jantung Leo berdebar tak henti disetiap waktu
yang berdetak.
Merasa
kurang dengan rencana indahnya tersebut, ia mulai mengundang teman-temannya untuk
hadir pada hari yang berbahagia tersebut, hari pernikahannya. Mulai ia ketik
susunan kata demi kata pada ponselnya, lalu ia kirim kesemua kontak tanpa
mengenal jumlah pulsa yang dimilikinya, termasuk media sosial yang sering ia
geluti setiap hari, semua di undang tak terkecuali.
“Assalamu’alaikum wr.wb
Mengundang bapak/ibu/saudara/i
dalam acara pernikahan kami yang akan diselenggarakan pada
Hari : Minggu, 19 Juni 2016
Waktu: 08.00 s/d selesai
Tempat: Jl. Bakti Indah Perum
Orchid Blok G No. 4, Bogor
Adalah sebuah kehormatan bagi
kami jikalau bapak/ibu/saudara/i dapat hadir memberikan do’a restu kepada kami.
Terimakasih, wassalamu’alaikum
wr.wb”
Kurang
lebih seperti itu isi pesan yang disampaikan oleh Leo kepada seluruh
kenalannya, termasuk statusnya di media sosial. Perasaannya semakin bertambah
berat dari sebelumnya, sungguh ini merupakan kali pertama dalam hidupnya
merasakan goncangan yang begitu sangat dahsyat. Sebagian temannya sudah
mengucapkan selamat atas kerja keras Leo dengan niat baiknya tersebut.
H-2
sebelum acara berlangsung, tukang tenda yang sebelumnya ia sewa datang dan
membuatkan tenda sederhana dihalaman kosan. Tidak sampai 3 jam, tukang tenda
selesai dengan tugasnya. Tidak lupa Leo memberikan uang terimakasih kepada
tukang tenda yang sudah membantunya.
Setelah
tenda selesai dibangun, sedikit demi sedikit Leo membeli pernak-pernik untuk
dihias disetiap sudut tenda termasuk interior kosan miliknya. Beberapa teman
dekat Leo datang membantu dan mempersiapkan segalanya menjadi lebih indah terlihatnya.
“Wah, akan ada acara besar nih
sepertinya!” Kagum seorang temannya setelah selesai membantu Leo mendekorasi
tenda. Leo hanya diam tersipu malu dihadapannya.
“Ngomong-ngomong, siapa yang
akan mendampingi kamu Le? Ko belum kelihatan sih wujudnya?” tanya teman Leo
yang lain.
“DEG!!!” seketika wajah Leo
memerah dan benar-benar sangat terkejut. Ia lupa akan pasangan yang nantinya
akan menikahi dia.
“Anu, nanti kita lihat saja
lusa.” Jawab Leo menenangkan perasaan temannya sekaligus membuat teman-temannya
itu menjadi sangat penasaran.”
Hanya tinggal menghitung waktu
antara Leo dengan acara besarnya. Tinggal 40 jam tersisa untuk Leo mendapatkan
seorang perempuan yang mau menikahinya.
Usaha demi usaha Leo lakukan
untuk membujuk kenalan-kenalannya, tidak lain dan tidak bukan untuk
menikahinya, akan tetapi hampir semua perempuan yang ia kenal menolaknya.
Beberapa diantaranya belum terlalu mengenal Leo, sebagian lain berargumen
terlalu dadakan, belum ada persiapan.
Pandangan matanya menjadi sangat
ciut. Leo merasa seperti kesamber gledek. Langit seakan runtuh melihat waktu
yang terus berputar dibalik jam tangannya.
Guru ngaji Leo yang sangat bijak
menasehati Leo untuk tidak terburu-buru untuk melakukan suatu maksud baik.
Kebetulan saat itu tidak ada kenalan pak guru untuk bisa menyelamatkan Leo dari
acara yang aneh tersebut.
H-1, 10 jam menuju acara besar
pernikahan Leo, ia mengetikan lagi pesan kepada semua yang ia kenal, tidak lain
dan tidak bukan adalah membatalkan acaranya tersebut. Termasuk pak penghulu yang
akan menikahinya. Nasib memang nasib.
Sebagian temannya ada yang
mengejeknya sebagian yang lain ada yang menasehati Leo. Nafas sesak yang selama
ini menjepit Leo terhapuskan setelah mengirimkan pesan permohonan maaf itu.
Hari H…
Kondisi panggung yang sudah
terdekorasi dengan baik tersebut hening begitu saja. Tidak ada seorang pun yang
datang kecuali Leo sendiri. Beberapa temannya dengan pakaian yang rapih bak
undangan, ada yang datang dikarenakan tidak membaca pesan pembatalan semalam.
Kecewa? Ya…
Pengalaman itu membuat Leo
menjadi seseorang yang sangat berhati-hati dalam bertindak. Ada yang
terlewatkan dalam perencanaannya yang matang, yakni calon istri yang akan
dinikahi. Menyesal dan malu, itulah yang bisa digambarkan terhadap nasib Leo.
Akhirnya, ia memulai
kehidupannya lagi seperti biasa. Tabungannya yang habis ia kumpulkan kembali
dari sisa gaji bulanannya. Setelah kejadian itu, Leo semakin takut akan
kehadiran perempuan dalam hidupnya. Akan tetapi, peristiwa kemarin membuat
seorang wanita yang dekat dengannya semakin kagum dengannya. 2 bulan setelah
depresi, ia akhirnya menikah dengan seorang perempuan melalui perantara guru
ngajinya.
Selesai…
Hehe…
#dhinar #cerpen #cerpenorisinil #orisinil #1000cerpen #hobi #bogor
#penulis #fiksi #imajinasi #mimpi #kreatif #karya #inovatif #gagalnikah #nikah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar