Jumat, 24 Juni 2016

Kultum PUASA, Inspirasi Kampung Salam, Refleksi Perang Badar Bukber Sekolah Alam Bogor Yayasan Progress Insani

Kultum, inspirasi & tausyiah Ramadhan “all in one day”
Rabu, 22 Juni 2016
Sekolah Alam Bogor - Yayasan Progress Insani

Pak Natiq, Pak Agus, Pak Husnan, Ust. Irfan

*Ust. Natiq: Kultum “tentang PUASA”
“Agama diciptakan bukan untuk mempersulit melainkan unuk mempermudah pelaksanaan kehidupan kita.”

Dalam sebuah tafsir, ada beberapa syariat melakukan puasa untuk setiap umat dizaman yang berbeda

1. Puasanya umat nabi Isa as. yaitu 30 hari. Akan tetapi syariat pelaksanaannya diubah sesuai dengan keinginan mereka. Mereka tidak ingin berpuasa dibulan yang panas terik atau sangat dingin. Maka dari itu mereka bersepakat untuk berpuasa di musim semi (agar suasana lebih sejuk dan lebih ringan).

Dengan alasan itu semua, mereka menambahkan 20 hari pada jumlah hari puasa mereka sehingga ditotal menjadi 50 hari. Proses puasanya berbeda dengan Islam, mereka berpuasa dimulai sejak mereka bangun tidur dan selama puasa tidak boleh mengantuk (jika tertidur saat puasa maka puasanya batal).

2. Puasanya umat Nabi Musa as. dilakukan selama 40 hari 40 malam. Apakah mereka tidak makan sama sekali? Maksudnya adalah mereka berpuasa seperti umat Islam, saat sahur mereka makan, lalu berpuasa kemudian makan kembali saat berbuka. Setelah selesai makan diwaktu berbuka, mereka kembali berpuasa dimalam hari sampai waktu sahur tiba. Sejarah puasa ini dilakukan ketika Nabi Musa as. mendapatkan wahyu dibukit Thur Sinai yang melihat tanda-tanda kekuasaan Allah swt. secara langsung.

3. Puasanya umat nabi Daud as. sering sekali kita kenal dengan istilah puasa Nabi Daud as. didalam kehidupan sehari-hari, yakni puasa sunnah yang menganjurkan kita berpuasa selama satu hari kemudian beristirahat satu hari kemudian berpuasa kembali secara berselang-seling dan begitu seterusnya. Jika dijumlahkan, puasa Daud dilaksanakan 175 hari pertahun (hitungan hari pada tahun hijriah adalah 355 hari).

4. Puasanya umat Nabi Muhammad saw. adalah puasa yang paling banyak kemudahan diantara puasa umat nabi sebelumnya. Pelaksanaannya cukup 1 bulan (hitungan hari mungkin 29 atau 30 hari) pada Bulan Ramadhan. Karena perbedaan jarak antara tahun hijriah dan masehi (sekitar 10-11 hari) maka puasa Ramadhan yang kita lakukan ini dilakukan disemua musim. Untuk dapat berpuasa ditanggal yang sama (misal 1 Ramadhan adalah tanggal 1 Juni), maka kita harus menunggu kurang lebih 36 tahun sekali untuk dapat memulai puasa Ramadhan ditanggal 1 Juni.

Arti kata Ramadhan itu sendiri berawal dari kata dasar “Rama” yang artinya panas. Dimusim panas dijazirah arab adalah puncak panennya buah kurma yang biasa diolah oleh masyarakat arab dengan cara dikeringkan untuk persediaan satu tahun. Istilah lain yang berkaitan dengan Ramadhan adalah terbakarnya dosa umat manusia, sehingga alangkah baiknya jika kita melakukan amal ibadah sebanyak mungkin di bulan Ramadhan (begitupun dibulan selain Ramadhan).

Dalam syariat berpuasa itu sendiri, Allah memberikan keringanan untuk orang-orang yang mengalami kesulitan. Misal ketika sakit/dalam perjalanan, diperbolehkan untuk iftar (berbuka). Maksudnya adalah ketika hendak melakukan perjalanan/sedang sakit sebaiknya tetap makan sahur dan niat berpuasa, masalah keringanan baru diberikan ketika sudah benar-benar tidak kuat.

Menurut ahli kontekstualist (golongan yang mempelajari ilmunya mutlak dari tulisan Al-Qur’an), meski hanya sakit kuku (cantengan), seseorang boleh berbuka puasa. Akan tetapi sangat tidak berhubungan dengan proses puasa itu sendiri. Alhasil (diskusi para ulama), ada 3 hal yang memaksa/memperbolehkan seseorang (baik sakit/perjalanan) untuk iftar/membatalkan:

·         Jika melanjutkan puasa akan semakin memperparah kondisi
·         Memperlambat penyembuhan
·         Memberikan mudharat untuk tubuh

Kalau tetap melakukan puasa, itu lebih baik untuk kalian selama mampu, maka sebaiknya tetap menjaga puasa, maka itu jauh lebih baik. Adapun diqodo atau diganti dengan hari lain adalah termasuk rukhsah dengan syarat tertentu.

Puasa mentargetkan manusia untuk menjadi makhluk yang maksimal, makhluk yang tangguh dan bertaqwa, jangan jadikan puasa alasan untuk manja (sedikit-sedikit keringanan, huft). Hadist yang mengatakan ‘tidurnya orang puasa adalah ibadah’ itu hadist dhoif. Hanya karena puasa kita seenaknya tidur, bukan seperti itu.

“Rasulullah saw mencontohkan shaum di bulan Ramadhan dengan berjuang (karena banyak perang yang terjadi dibulan Ramadhan)”

*Pak Agus: tentang Kampung Salam
Berkumpul ditempat yang dicintai dengan jumlah yang terus bertambah adalah salah satu bentuk perkembangan lembaga. Terimakasih untuk kehadiran semua. Allah swt. Maha Pemberi Balasan, semoga Allah swt. membalas keringat kita dengan yang lebih baik dari semua yang telah kita perbuat.

Perubahan dari waktu ke waktu pasti terjadi, setiap perubahan yang berkembangan memiliki fase regenerasi. Perwujudan Kampung Salam suatu saat nanti akan tercapai dengan cara yang kreatif. Adapun 3 macam yang akan diwujudkan Kampung Salam:

1. ORANGnya
Mau merubah ratusan kampung itu sulit, akan tetapi mewujudkan 1 Kampung Salam itu pasti mungkin. Semoga bisa segera berwujud dan memberikan inspirasi/kebaikan diluar sana. Mulai dari lingkaran SDM, kemudian lingkaran anak, orang tua lalu warga sekitar, kota Bogor, negara dan seterusnya. Amiin…

Adapun orang-orang didalam Kampung Salam senantiasa memegang nilai positif SALAM, selalu spirit/bersemangat, berpakaian akhlakul karimah, inisiatif tinggi, senantiasa berkontribusi, senang belajar, ramah dan sikap-sikap lain yang mencerminkan keteladanan. Semoga dapat terlihat dalam setiap sosok yang bergelut di Kampung Salam.

2. TEMPATnya
Cita-cita Sekolah Alam Bogor itu sederhana, menjadi sebuah kampung yang damai, ngangenin, tempatnya rapih, indah dan tertata. Semua warganya saling berinteraksi dan bersimbiosis. Setiap tamu yang datang dari luar mendapatkan kenangan dan betah berada di Kampung Salam. Buktikan bahwa Pendidikan Islam itu bersih dan tertata rapi bukan kumah dan kotor.

3. Profil BUDAYAnya
Budaya adalah kumpulan kebiasan (perbuatan yang diluang-ulang) menjadi mindset dan perkataan dan membutuhkan jangka waktu tertentu. Untuk membentuk budaya dengan nilai Salam, Alhamdulillah potensi-potensi sudah ada, tinggal aksinya.

Ada beberapa budaya yang perlu diperhatikan:
·         Budaya bersaudara/bersilaturahim
·         Budaya belajar & demokrasi
·         Budaya peduli dan kontribusi

Jika hubungan SDM sudah bersaudara, budaya silaturahim berjalan dengan baik, senang belajar, selalu ada hal-hal baru/inovasi baru itu baru namanya Sekolah Alam Bogor. Jangan sebut Salam kalau merasa dirinya cukup dengan 1 hal/tujuan tertentu, kita harus terus berkembang.

Tujuannya simpel, “menebarkan salam”. Menjadi referensi ilmu untuk belajar. Kemanfaatan akan diterima dan ditebar sekaligus kalau ada orang lain singgah. Pikirkan apa yang bisa kita berikan/apa yang dapat kita bagikan kepada orang lain.

Kejenuhan tentu ada didalam diri kita, kita yang memutuskan apakah akan bergabung menjadi bagian didalamnya atau tidak.

“Syarat hidup lama adalah regenerasi harus terus berjalan“

*Pak husnan: 5 prioritas utama
1. akhlak
2. bahasa ibu (bahasa cinta yang keluar dari hati)
3. bersih dan rapi (mulai dari sekitar kita)
4. kontribusi (mulai dari memberikan hal yang paling sederhana, yang bermanfaat dalam hidup kita untuk orang lain)
5. persaudaraan

*Ustad Irfan : Belajar dari Perang Badar
Ada 2 garis besar yang dapat kita perlajari dari Perang Badar
1. Al ahkam al qouniyah
2. Al ahkam asy syariah

Hukum alam adalah hukum yang pada dasarnya Allah swt. yang menciptakan. Semua kejadian didunia ini pasti bersinggungan dengan hukum alam, termasuk peristiwa besar Perang Badar. Refleksi yang dapat kita pelajari dari Pedang Badar yakni perpaduan iman/keyakinan dan ketaqwaan pada Allah swt. karena takwa adalah atribut yang menjadikan kita memiliki makna/nilai dihadapan Allah swt.
Dalam surat Al-An’am ayat 24

24. lihatlah bagaimana mereka telah berdusta kepada diri mereka sendiri dan hilanglah daripada mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan.

Mereka yang percaya pada sesuatu yang batil akan berakhir pada kehancuran. Sebagai Muslim, kita senantiasa bertakwa dan sabar dalam bagaimanapun kondisinya (Al-Baqarah ayat 155)

155. dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

“Miskin dikatakan absolut miskin apabila seseorang miskin hati dan materi”
Dalam surat thahaa ayat 124

124. dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta".

Semua kehidupan dalam semua lapisan masyarakat, orang yang tidak bertaqwa akan memberikan kerugian. Lapisan orang kaya tidak bertakwa, menjadi pejabat yang korup akan merugikan negara. Lapisan orang miskin tidak bertakwa akan menjadi preman pasar (efek lokal).

“Hukum alam berlaku sama atas segala manusia tanpa terkecuali”

Contoh: orang solih dan orang salah, kalau lompat dari Monas pasti masuk ruang iccu atau mati ditempat, bukan karena solih maka bumi menyambut jatuhnya dia dan selamat sedangkan orang salah tetap mati. Hukum alam bersifat menyeluruh.

***

Dalam Perang Badar terdapat hukum syariat yang membuat kemenangan islam menjadi logis. Meskipun kalah jumlah 313 + 1 Rasulullah saw menjadi 314 melawan sekitar 1.000 orang dalam, dalam perang, jumlah bukan menjadi faktor kemenangan suatu perang. Ada faktor lain yang membuat menang, yaitu:

1. Jarak tempuh
Jarak dari Madinah ke Padang Badar lebih dekat dibandingkan dengan Makkah ke Badar, Energi yang keluar lebih sedikit dibandingkan dengan keletihan kaum kafir quraisy dari Mekkah.

2, Lokasi perang dekat dengan mata air
Barang siapa yang menguasai logistik maka akan memimpin/mengungguli medan perang karena sumur/logistik/sumber air adalah hal penting dalam peperangan.

3. Senjata dan peralatan
Kualitas senjata, baju besi, pedang dan kebugaran fisik juga termasuk pendukung kemenangan Perang Badar. H-1 sebelum perang, Allah swt menurunkan hujan rintik turun sehingga pasukan muslim tidur terlelap dan istirahat maksimal. Sedangkan pasukan kafir was-was tidak bisa tidur dan kurang istirahat.

“Kemenangan menjadi logis sesuai dengan kondisi perang”

***

Tugas kita sebagai pendidik adalah bagaimaan cara kita membangun sistem pendidikan yang menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai basis dalam perjuangan takwa menjadi lebih bermakna.

Takwa itu ibarat angka 1, sedangkan atribut dunia 0 (tampan, kaya, cantik, pintar, cerdas, ramah dsb). Gelar akademik disandarkan pada ketakwaan maka bernilai 10. Wanita soliha membuat dirinya menjadi bernilai 1, tambahannya adalah angka nol dibelakang satu.

“Berapa persen siswa yang mengerjakan Ujian Nasional secara jujur?“ pertanyaan yang sering muncul untuk menguji kejujuran seorang siswa. Sangat ironi di negeri kita ini, ujian tingkat nasional diberlakukan curang demi mendapatkan nilai. Padahal kejujuran adalah hal yang paling penting dibandingkan nilai.

Jujur adalah akar dari kebaikan. Rasulullah saw. memiliki sifat amanah-jujur dan menganjurkan kita untuk berlaku jujur. Tidak perlu takut kalau kita senantiasa jujur. Minimal mulai dari diri sendiri untuk berbuat jujur.

***

Baksos (bakti sosial) ada 2 cara bagi kita untuk melakukannya, yaitu:
1. Gaya ternak Habil
2. Gaya tani Qobil
Suatu ketika, Habil dan Qabil berkonflik. Allah swt. meminta keduanya untuk berqurban, akan tetapi responnya berbeda. Qobil petani memberikan panen yang jelek sedangkan Habil memberikan hasil ternak yang baik. Maka Allah swt. menerima qurban dari Habil.

Kesimpulannya, ajarkan anak berbakti sosial dengan “Habil style of giving” memberikan hasil yang terbaik. Hilangkan bazaar barang/kaos bekas, bukan persembahan terbaik dari kita untuk orang lain. Jika ingin disumbangkan, berikan yang terbaik. Berbakti kepada orang lain dapat meningkatkan etos kerja, kematangan emosional dan ruhiah menjadi bagus.

Semoga bermanfaat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar