Kultum Tarawih #8 Ramadhan 1437 H
Masjid Al-Mi’raj Taman Seruni, Tanah Baru
Minggu, 12 Juni 2016
Bpk Ust. Agus G.
Assalamu’alaikum wr.wb.
Pertama-tama kita
panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya sehingga kita dapat berkumpul ditempat yang berbahagia ini dalam
keadaan sehat wal afiat.
Tak lupa shalawat serta
salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad saw. kepada keluarganya, sahabatnya
dan kita semua selaku umatnya, semoga diakhirat kelak mendapatkan
pertolongannya.
Dalam kesempatan kali ini,
izinkan khotib memberikan sedikit tausiah sebagai bentuk pengingat untuk para
jamaah, terutama pesan ini ditujukan untuk diri khotib sendiri.
Kali ini, khotib akan
memberikan ceramah tentang sesuatu yang sederhana, bahkan mungkin banyak dari
kita yang melupakan atau jarang menyadarinya, namun sesuatu tersebut amat
sangat mempengaruhi segala aktifitas dan amal ibadah kita. “Niat”, akan sedikit
kami ulas tentang niat.
***
Dalam hadist arbain nomor
1, dijelaskan:
Dari Amirul Mu’minin, Abi
Hafs Umar bin Al-Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, ‘Saya mendengar
Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya setiap
perbuatan tergantung niatnya. Dan
sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.
Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya,
maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya
karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin
dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.”
Sejarahnya dulu, ketika
hendak melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah, beberapa sahabat memiliki
perbedaan dalam niat pemberangkatan. Ada yang hijrah karena Allah swt, karena
wanita, maupun karena kesuksesan.
Sahabat yang hijrah karena
Allah dan RasulNya maka Allah dan RasulNya yang didapatkan. Sahabat yang hijrah
karena wanita, maka hanya wanita yang didapatkan, pun sahabat yang hijrah
karena hal tertentu, maka sesuatu yang diinginkannya tersebut akan menjadi
milikinya.
***
Begitu dahsyatnya sebuah
‘niat’, Abu Daud menyimpulkan bahwa niat adalah setengah dari keseluruhan
ibadah yang manusia lakukan selama hidupnya.
Sedangkan Imam Syafi’i dan
Imam Ahmad mengatakan bahwa niat adalah sepertiga dari ilmu.
Para ulama sependapat
bahwa niat termasuk dalam rukun segala amal ibadah. Ibadah akan
dikatakan tidak sah jika niat yang disampaikan tidak lurus (tidak sesuai dengan
syariat).
Dalam sebuah buku karya
Dr. Mustafa, mengatakan bahwa niat harus diyakinkan dalam hati, diucapkan
secara lisan dan dilakukan dalam perbuatan.
***
Niat yang sudah lurus saja
akan diganggu dan digoda oleh kesesatan setan dengan segala macam cara, apalagi
sesuatu yang tidak diniatkan. Setan akan
selamanya mengganggu/menggoda manusia selama melakukan ibadah, baik itu
sebelum, sedang/ketika melakukan, maupun sesudah kita beramal.
Oleh karena itu,
niat menjadi dasar yang paling utama dalam ibadah dan proteksi dari gangguan
setan.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar