Kamis, 30 Juni 2016

Cerpen 11 Zul dan Long Sword

Cerpen 11: Zul & Pedang 3 Meter

Zul adalah seorang pengembara yang tidak tahu tujuannya. Zul sudah tidak memiliki sanak saudara dikampung halamannya. Orang tuanya sudah meninggal dunia karena sakit. Kini ia hidup sebatang kara. Tabiatnya selalu mencerminkan sikap ramah dan senang membantu orang lain. Pada usianya yang ke-20 tahun ia berencana merantau untuk menebar kebaikan. Satu hal yang pasti, niat Zul melakukan perjalanan dari kampung halamannya di Bogor menuju daerah lain adalah untuk membantu sesama umat manusia yang sedang dalam kesulitan. Adapun kebutuhan sehari-harinya selalu tercukupi oleh hasil alam yang melimpah ruah dibumi ini.

Suatu hari dihutan yang sangat rindang, Zul melewati sebuah goa yang ukurannya besar. Dari dalam goa tersebut terpancar sinar yang menyilaukan mata Zul sekaligus membuat dirinya penasaran. Perlahan ia dekati benda yang memantulkan sinar itu untuk memastikan. Ternyata, benda tersebut merupakan pantulan cahaya matahari dari mata pedang yang tergeletak diatas tanah. Entah siapa yang membuat pedang  yang terlihat indah tersebut. Panjangnya kira-kira sekitar 3 meter dengan gagang terbungkus kayu jati berwarna coklat kemerahan.

Merasa kedatangan rejeki nomplok, Zul mengambil pedang yang panjang itu dengan menyeretnya dari bahu. Tidak ada seorang pun disana untuk dikonfirmasi oleh Zul tentang asal-usul pedang tersebut, membuat Zul semakin yakin untuk membawanya dari goa dalam hutan. Disamping untuk persenjataan, khawatir  ada perampok , juga untuk dijual suatu saat tidak mempunyai uang dan kehabisan makanan.

Setelah melakukan perjalanan sekitar 6 jam, Zul menemukan curug kecil disekitar hutan. Merasa letih karena membawa pedang dengan bobot cukup berat, Zul memutuskan untuk beristirahat sekaligus bermeditasi di bawah air terjun. Ukurannya yang panjang membuat ia merasa letih karena harus berkelok-kelok saat sedang berjalan karena tidak jarang pedang itu tersangkut akar pohon hutan yang besar.

Baru saja ia memejamkan mata, Zul mendapat bisikan entah dari mana asalnya yang membuat Zul terkejut. Karena penasaran, ia kembali menutup matanya dan menyimak dengan baik suara yang tiba-tiba hadir ditelinganya.

“Kaulah yang terpilih, jangan menjual pedang yang dibuat oleh leluhur kami untuk kepentingan pribadi. Pergunakan dengan baik!”

Mendengar kabar singkat yang ghaib tersebut, Zul berusaha meyakinkan dirinya untuk tetap tenang dan tinggal sementara dalam hutan sebelum memasuki kawasan penduduk.

Dalam kesendiriannya, Zul mencoba mengayunkan pedang dengan perlahan-lahan. Karena tidak sanggup, ia memikirkan cara lain untuk dapat menggunakannnya dengan baik. Sedikit demi sedikit, Zul melatih fisiknya dengan latihan-latihan yang dapat membentuk kekuatan ototnya dengan harapan mampu menahan beban pedang dan menggunakannya dengan berbagai tehnik.
1 bulan lamanya Zul berada dalam pengasingan demi melatih dirinya menjadi seorang samurai, ia akhirnya dapat mampu mengusai tehnik bermain pedang dengan mahir, terutama pedang panjang yang cukup berat tersebut.

Tiba-tiba terdengar teriakan banyak orang yang datang dari arah pedesaan yang lari ketakutan menuju hutan. Ternyata ada sebuah monster raksasa pemakan manusia yang memporakporandakan kondisi desa dengan kekuatan jahatnya. Monster pemakan manusia itu datang dari puncak gunung tidak lain dan tidak bukan untuk memberikan terror kepada penduduk yang sudah lama tidak memberikan tumbal anak perempuan untuk ia makan.

Tidak sedikit korban yang menjadi santapan monster jahat tersebut. Merasa memiliki kekuatan yang cukup dan keberanian, Zul seolah mendapat tanggung jawab untuk menghentikan monster tesebut. Ditambah teriakan orang-orang yang menghampirinya untuk dimintakan tolong kepada Zul, membuat Zul menjadi semakin yakin akan perannya. Penduduk mengira Zul adalah dewa penyelamat yang diutus dari langit untuk membuat kedamaian dimuka bumi dengan pedang panjang yang digenggamnya.

Dengan sigap, Zul berlari menuju desa untuk menemui monster tersebut. Para penduduk bersorak gembira sekaligus mendo’akan perjalanan Zul demi kelancaran memberantas monster jahat yang mengganggu desa mereka. Pedang Zul yang terseret diatas permukaan tanah, selalu tersangkut oleh akar-akar pohon hutan, membuatnya mengalami sedikit kendala saat menuju desa. Seorang anak bernama Dhin selalu membantu Zul dengan mengangkatkan pedangnya saat tersangkut. Hampir 30 menit lamanya, Zul dan Dhin berada ditengah-tengah desa, tepat dihadapan monster jahat.

Tubuhnya yang besar membuat musuh Zul yang satu ini mudah untuk dikenali dan dicari tanpa harus mempertanyakan keberadaannya. Dhin yang ikut mendampingi Zul, diminta untuk bersembunyi selama pertempuran berlangsung. Tanpa basa-basi, Zul langsung menghunuskan pedangnya ke arah tubuh monster dengan harapan langsung dengan mudah dikalahkan.

Akan tetapi gerakan Zul seolah sudah diprediksi oleh monster. Monster itu mentertawakan gerak-gerik Zul yang masih lamban dalam menggunakan pedang. Seketika monster mengelak dan menghentakan kakinya ke bumi dengan tekanan yang keras sehingga terjadi gempa yang dahsyat. Saat itu juga Zul terpental karenanya. Merasa terancam, monster langsung mengincar tubuh Zul yang tengah berbaring tak berdaya untuk ia santap sebagai makanannya. Namun usahanya sia-sia, dengan tenaga sisa, Zul berlari meniggalkan monster dan pedangnya menjauh.

Monster yang kuat itu kini dipermainkan oleh Zul. Rumah-rumah yang terlewati saat sedang mengumpan dirinya hancur berantakan terinjak monster. Tiba di sudut desa dengan keadaan terdesar, Zul langsung berbalik arah dan berlari secepat mungkin. Hanya satu yang ia tuju yaitu pedang panjangnya. Monster yang kebingungan dengan gerak-gerik Zul, menyerang kembali dengan serangan yang sama, yaitu menghentakkan kaki. Sebelum kakinya terangkat, Zul menebas tumit monster dengan kuat dan seketika monster dengan tinggi 5 meter itu terjatuh dan teriak kesakitan. Suaranya membisingkan seluruh desa dan hutan disekitarnya.

Monster yang terbaring kesakitan itu berusaha berdiri untuk kabur, namun sangat disayangkan, Zul telah menancapkan pedangnya ditelapak kaki monster menembus bagian paha sehingga sulit untuk berdiri dengan luka yang parah seperti itu. Kesempatan emas yang telah dibuat Zul langsung dimanfaatkan untuk menebas leher dan jantung monster dengan menggunakan pedangnya. Dengan darah bercucuran, monster tersebut akhirnya berhasil dikalahkan.

Penduduk yang mengintip dari balik pepohonan hutan, berteriak keluar hutan dengan teriakan kemenangan. Dhin yang ikut bersembunyi, turut keluar dari tempat persembunyiannya. Sebagian pemuda menggendong Zul atas keberhasilannya. Jenazah monster yang tewas tiba-tiba berubah menjadi debu dan tertiup angin. Sebagian orang tua menangis mengingat anaknya yang mati dimakan monster yang kini telah lenyap.

Suka tercampur duka menyelimuti desa saat itu. Beberapa korban yang menjadi tumbal monster dimakamkan dengan sangat apik, mereka diberi gelar pahlawan oleh penduduk desa. Rumah-rumah yang berantakan dibersihkan oleh penduduk dan mulai dibangun kembali rumah yang baru.

Demi keamanan desa yang terjaga, Zul akhirnya ditawari tempat tinggal oleh penduduk desa. Akan tetapi tawaran tersebut ditolak dan Zul meminta izin untuk meninggalkan penduduk demi melanjutkan perjalanannya berkelana keliling dunia. Sebelum pergi, Dhin yang sejak lama memperhatikan Zul, memohon untuk bisa ikut berpetualang bersama Zul dan membantu banyak orang diluar desanya. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Zul mengizinkan anak tersebut ikut dengannya.

Banyak kisah yang tergores oleh pedang misterius tersebut. Akhirnya pedang yang telah membantu Zul itu ia beri nama “long sword” karena bentuknya yang panjang. Hari demi hari Zul dan Dhin berkelana menumpas kejahatan. Beragam cerita menjadi pengalaman hidup mereka saat berpetualang  bersama ‘long sword’.

Selesai…

#cerpen #cerpenorisinil #orisinil #1000cerpen #hobi #bogor #penulis #fiksi #imajinasi #mimpi #kreatif #karya #inovatif 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar